Tembak Mati Shinzo Abe, Tetsuya Yamagami Didakwa Jepang
KAJIANBERITA – Tetsuya Yamagami didakwa Jaksa Jepang lantaran menembak mantan Perdana Menteri Shinzo Abe hingga tewas, Jumat (13/12/2022) lalu.
Kantor Kejaksaan Kota Nara mendakwa Yamagami atas tuduhan pembunuhan dan senjata api. Pengadilan Distrik Nara mengonfirmasi kepada CNN bahwa mereka telah menerima surat dakwaan tersebut.
Meski begitu, belum jelas isi dakwaan jaksa terhadap Yamagami.
Seperti dilansir CNN, Yamagami telah menjalani evaluasi psikiatri di Nara sejak ditangkap pada Juli lalu untuk menentukan apakah dia sehat secara mental untuk diadili atau tidak, menurut laporan lembaga enyiaran publik NHK. Evaluasi masa penahanannya berakhir pada Selasa depan.
Yamagami menembak Abe dari jarak dekat saat eks PM itu berpidato dalam salah satu kampanye partainya di dekat stasiun Kota Nara pada 8 Juli lalu. Yamagami melancarkan aksinya itu menggunakan senjata rakitan sendiri.
Eks personel Angkatan Laut Jepang itu ditahan di tempat kejadian dan mengaku bersalah telah menembak Abe, menurut polisi Nara Nishi.
Dokter mengatakan peluru yang membunuh Abe “cukup dalam untuk mencapai jantungnya,” dan dia meninggal karena pendarahan yang berlebihan.
Sementara itu, dari pernyataan polisi, Yamagami mengaku memiliki ‘dendam kesumat’ terhadap Gereja Unifikasi, sebuah kelompok keagamaan yang ia percaya berhubungan dengan Abe.
Yamagami mengaku Gereja Unifikasi telah membuat keluarganya hidup susah lantaran sang ibu, salah satu anggota sekte itu, menyumbangkan hampir seluruh harta keluarga kepada gereja.
Dendam tersebut menjadi alasan Yamagami menembak Abe.
“Keluarga saya masuk ke organisasi [keagamaan] itu dan hidup kami menjadi semakin sulit setelah mendonasikan uang ke organisasi itu,”
kata Yamagami kepada pihak kepolisian, dikutip dari The Asahi Shimbun pada Juli 2022 lalu.
“Saya ingin menargetkan pejabat tinggi organisasi itu, tetapi sulit. Jadi, saya menyasar Abe karena saya percaya dia berhubungan [ke organisasi itu]. Saya ingin membunuhnya,” lanjut Yamagami.
Yamagami merupakan pria asal Kota Nara berusia 41 tahun. Ia tinggal di sebuah apartemen yang berjarak sekitar tiga kilometer dari Stasiun Kereta Kintetsu Yamato-Saidaiji di Nara, tempat penembakan terjadi. (*)