Kisah Ulama Sumut: Syekh Musthafa Husein Pendiri Pesantren Purbabaru (Episode 5)
*Tentang Pesantren Musthafawiyah
Pesantren ini masih tergolong pesantren salafi, tetapi muatan Khalafi tetap memasuki pesantren ini. Perkembangan pesantren Musthafawiyah sejak berdiri tahun 1912 d Purbabaru terus mengalami perubahan secara fisik, tetapi keilmuan yang dipelajari masih memakai rujukan-rujukan lama sebagaimana yang ditanamkan pendirinya Syekh Musthafa Husein Nasution.
Tanah pertapakan pesantren ini dibeli oleh Syekh Musthafa dari warga setempat, dan Beliau kemudian tinggal di atas tanah itu, sekaligus membuka pengajian di bantu masyarakat lokal.
Dengan ketekunan dan kegigihan Syekh Musthafa Husein beserta tenaga pengajar (tuan guru) yang ada pada waktu itu, akhirnya keberadaan Pesantren Musthafawiyah terus berkembang. Lembaga pendidikan ini merupakan pesantren tertua dan terbesar di Sumatera Utara.
Salah satu yang perlu dicatat saat Syekh Musthafa Husein membangun lembaga pendidikan Islam ini adalah ia sangat aktif mengirim para alumni untuk belajar ke Mekkah atau pusat-pusat pendidikan Islam di Timur Tengah dan India. Usai menuntut ilmu di negeri itu, mereka diharapkan pulang ke kampung halamannya di Mandailing untuk menjadi tenaga pengajar di Madrasah/ Pesantren. Ada dari para murid itu yang kembali mengajar di Pesatren Musthafawiyah, ada yang kemudian mendirikan pesantren baru.
Selain aktif dalam kegiatan agama, Musthafa juga kerap sekali mengajak masyarakat untuk bersatu mengembangkan usaha ekonomi bersama. Ia berpendapat, untuk majunya sebuah agama haruslah ditopang ekonomi yang kuat. Oleh sebab itu, bersama dengan dibukanya Pesantren Musthawiyah, Syeikh Musthafa juga mengembangkan usaha perkebunan karet bersama warga setempat. Usaha itu juga untuk mendukung aktivitas pendidikan agama yang dikelolanya.
Di samping aktif dalam kegiatan pendidikan agama, Syekh Musthafa juga aktif dalam kegiatan ekonomi. Di sela-sela mengajar, ia melakoni bisnis perdagangan yang terpusat di Pasar Kayu Laut. Pekan di Kayu Laut ini adalah sebagai pusat transaksi perekonomian masyarakat sekitar.
Hari pekan pada masa itu berlangsung pada setiap Selasa. Pada hari itupula Musthafa kerap menjual hasil perkebunannya di pekan Kayu Laut. Ia juga memberi kesempatan kepada murid-muridnya untuk berbelanja pada hari pekan itu, sehingga kegiatan pesantren diliburkan. Tradisi ini terus berlangsung sampai saat ini, sehingga Pesantren Musthafawiyah hanya libur di hari Selasa. Sementara pada hari-hari lainnya kegiatan belajar tetap berjalan. Bersambung…