Kajianberita.com
Beranda Ulama Sumut Kisah Ulama Sumut: Syekh Musthafa Husein Pendiri Pesantren Purbabaru (6-Tammat)

Kisah Ulama Sumut: Syekh Musthafa Husein Pendiri Pesantren Purbabaru (6-Tammat)

Tokoh ulama Sumut, Syekh Haji Musthafa Husein. (KAJIANBERITA/Istimewa)

PERALIHAN kepemimpinan di pesantren itu terjadi setelah Syekh Musthafa Husien wafat. Pengelolaan pesantren kemudian diteruskan oleh anak Haji Abdullah Musthafa pada tahun 1955 sebagai mudir atau pimpinan yang bertanggungjawab di bidang manajemen. Sedangkan Raisul Mu’allimin yang bertanggunjawab di bidang pendidikan dijabat oleh Syekh Abdul Halim Khatib yang merupakan murid senior Syekh Musthafa Husein.

Sejak itu Pesantren Musthafawiyah terus berkembang dengan murid yang semakin banyak. Berbagai bangunan fisik untuk kepentingan pendidikan semakin dipebesar dan diperluas.

Kegiatan belajar di pesantren itu lebih berkembang sejak diterimanya santri perempuan pada 1959. Pada awalnya hanya tiga santri perempuan yang belajar di sana. Seiring perkembangan waktu, sekarang justru santri perempuan lebih mendominasi.

Setelah Haji Abdullah Musthafa wafat tahun 1995, kepemimpinan mudir pesantren sempat dipegang oleh adiknya Drs. H. Abdul Khalik dari tahun 1996 sampai tahun 2003. Selama Beliau memimpin pesantren, sempat terjadi konflik internal dalam keluarga dan selama kemimpinannya ini berpengaruh juga terhadap jalannya sistem pendidikan di pesantren itu.

Pada tahun 2003, akhirnya dilakukan perdamaian antara Drs.H.Abdul Khalik dengan pihak keluarga almarhum H.Abdullah Musthafa, yang kesepakatan damainya berlangsung dihadapan “Notaris”. Intinya kesepakatan itu, bahwa Drs H.Abdul Khalik menyerahkan sepenuhnya kepemimpinan Pesantren Musthafawiyah kepada Haji Musthafa Bakri Nasution yang merupakan anak dari Haji Abdullah Musthafa.

Haji Musthafa Bakri Nasution menjadi Mudir Musthafawiyah dari tahun 2004 sampai sekarang. Sedangkan jabatan Raisul Mu’allimin sejak Syekh Abdul Halim Khatib wafat pada 1991 terus mengalami pergantian ke Syekh Syamsuddin al- Hafiz al-Mandili dan selanjutnya berpindah ke tangan guru yang lebih senior sesuai ketetapan dari mudir Musthafawiyah.

Sejak tahun 2004 sampai sekarang Pesantren Musthafawiyah dapat dikatakan merupakan salah satu pesantren terbesar di Sumatera. Jumlah Santrinya mencapai 13.000-an. Keberadaan pesantren ini di Desa Purbabaru Panyabungan berperan besar menghadirkan perputaran perekonomian yang sangat dinamis di desa itu.

Kalau sebelum tahun 1980-an, gubuk-gubuk tempat tinggal para santri banyak berada di sepanjang jalan besar mengikuti alur Aek singolot, terpisah dengan masyarakat Desa Purbabaru, sejak tahun 2000-an gubuk itu telah membaur dengan masyarakat desa. Sedangkan santriwati tinggal di asrama santri dekat dengan bangunan tempat belajar. (*)

Sumber:
-Wawancara Muhammad Faisal, Kepala Satuan Pendidikan Muadalah Tsanawiyah Pesantren Musthafawiyah
-Prof.Dr.H.Abbas Pulungan, Pesantren Musthafawiyah, Perdana Publising cetakan kedua 2021.

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan