Ternyata Ini Makna ‘Body Count’ yang Viral di TikTok, Khusus 17 Plus…
ISTILAH ‘body count’ beberapa waktu belakangan tengah viral di akun media sosial TikTok. Tak jarang orang bakal penasaran dengan istilah ‘body count’ tersebut.
Mau tau kan apa sih sebenarnya makna ‘body count’ versi TikTok? Kajianberita.com coba menjabarkannya!
Jika ditilik secara harfiah, istilah ‘body count’ memiliki arti jumlah tubuh. Istilah ini sebenarnya lebih sering digunakan untuk mengungkap jumlah korban jiwa dari sebuah peristiwa tertentu seperti kecelakaan, bencana alam, atau perang.
Tapi ternyata, istilah ‘body count’ yang sedang ramai dan digunakan di media sosial berubah maknanya menjadi bahasa gaul yang lebih terkesan negatif.
Melansir Distractify, bahasa gaul ‘body count’ memiliki arti jumlah orang yang sudah pernah diajak berhubungan badan.
Istilah ini dipakai para pengguna TikTok untuk menanyakan berapa jumlah orang yang sudah berhubungan badan dengan pengguna lainnya.
Tren ini awalnya dimulai pada tahun 2020 silam dari salah satu pengguna TikTok yang mewawancara orang-orang tak dikenal di jalan untuk menanyakan jumlah orang yang pernah berhubungan seks dengan mereka atau body count.
Hal ini kemudian mulai masuk ke dalam For You Page (FYP) pengguna TikTok lain.
Konten itu pun cukup mengundang banyak respons negatif sebab telah menginvasi ranah pribadi seseorang, apalagi yang tidak dikenal sama sekali.
Kendati demikian, istilah gaul ‘body count’ ini memang sudah cukup lama terkenal di luar Indonesia sebelum trending di TikTok hingga viral.
Penggunaan istilah ini pasalnya sempat mengundang kritik. Umumnya, pertanyaan soal hubungan seksual dianggap privasi dan tidak seharusnya ditanyakan oleh orang asing.
Hanya saja, ada beberapa pengguna TikTok yang tidak menganggap hal ini menjadi masalah. Mereka justru menganggapnya sebagai candaan.
Menurut dosen senior sekaligus penulis spesialis dalam gender dan seksualitas Lauren Rosewarne, keingintahuan seputar ‘body count’ pada seseorang timbul dari keinginan mereka untuk membandingkan kemampuan dirinya dengan orang lain.
“Pada dasarnya, manusia memiliki rasa penasaran terhadap manusia lain. Kami tertarik dengan kehidupan pribadi mereka dan rahasia tergelap mereka,” kata Rosewarne, melansir ABC.
Jika dilihat dari sisi medis, kebiasaan bergonta-ganti pasangan seksual bisa menjadi cara penularan penyakit infeksi menular seksual (IMS). Hal ini dilaporkan oleh The English Longitudinal Study of Aging, melansir Medical News Today.
Para peneliti menemukan bahwa memiliki 10 atau lebih pasangan seksual seumur hidupnya meningkatkan risiko diagnosis kanker, dibandingkan dengan memiliki satu pasangan seksual atau tidak sama sekali. (*)