Anggota Densus 88 Bunuh Sopir Taksi Online karena Ingin Kuasai Harta Korban

Jakarta – Semakin terungkap jelas alasan HS, anggota Densus 88 membunuh sopir online. Polda Metro Jaya menyebut HS yang merupakan bagian tim Antiteror itu membunuh sopir taksi online, Sony Rizal Tahitu (56) dengan motif ingin menguasai harta korban.
“Ingin memiliki harta milik korban,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko kepada wartawan, Selasa (7/2).
“Pendalaman terhadap perilaku tadi kami sampaikan salah satunya adalah motifnya ekonomi,” sambungnya.
Trunoyudo menyampaikan motif ini masih didalami lebih lanjut oleh penyidik Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Tujuannya untuk melihat apakah ada motif lain dalam kasus ini.
Trunoyudo mengatakan penyidik juga masih terus mendalami apakah tindakan ini baru pertama kali dilakukan oleh HS atau tidak.
“Proses penyidikan tetap berjalan Pak Kapolda Metro Jaya Selalu menekankan Scientific Crime Investigation tentunya kita masih menunggu,” ujarnya.
Sebelumnya, identitas tersangka pertama kali diungkap oleh kuasa hukum keluarga korban, Jundri R Berutu. Keluarga korban hari ini mendatangi Polda Metro Jaya, Selasa (7/2) hari ini untuk menanyakan kelanjutan kasus tersebut.
“Tadi kami menanyakan, informasinya pelaku masih aktif sebagai anggota. Yang disebutkan adalah Densus 88. Inisialnya kalau tidak salah Bripda HS,” kata Jundri kepada wartawan.
“Pelaku sudah tertangkap dan saat ini sudah ditahan,” sambungnya.
Pernyataan kuasa hukum korban itu diamini oleh Kanit IV Resmob Ditreskrimun Polda Metro Jaya Kompol Tommy Haryono. Ia juga membenarkan yang bersangkutan telah ditahan.
“Anggota Densus. Anggota bermasalah lebih tepatnya,” ujarnya.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko turut menyampaikan saat ini HS telah ditetapkan sebagai tersangka. Ia dijerat Pasal 338 KUHP.
“Pelaku sudah ditetapkan tersangka dan kemudian dilakukan penahanan pada saat itu,” ucap dia.
Kasus pembunuhan sopir taksi yang melibatkan anggota Densus ini menjadi sorotan public mengingat selama ini personal Densus 88 terkesan sangat ekslusif dan jarang bermasalah di masyarakat. (*)