Smesh Tajam dan Perjalanan Panjang Menembus Kancah Internasional

SUARA teriak dukungan kerap menggema mengisi lapangan indoor kala smesh-an tajam dilancarkannya.
Tak jarang juga suara terompet dan nyanyian dukungan saling bersahutan menemani perjuangannya di atas lapangan.
Suara-suara itu seakan masih terus menggema dan mengiang di kedua telinganya.
Tapi itu dulu. Saat era keemasan masih digenggamnya. Dan kini, sisa gemuruh itu menyisakan kenangan.Ya, sepenggal cerita yang coba dikenang kembali oleh Afni Fadillah. Si pebulutangkis andalan Sumatera Utara.
Turun di kelas spesialis ganda, Afni Fadillah telah menorehkan tinta emas di dunia bulutangkis Sumatera Utara dan juga Indonesia.
‘Sejuta’ prestasi telah ditorehkan sejak usianya memasuki 11 tahun. Tak hanya tingkat lokal, namun juga nasional hingga internasional.
Dan kini, prestasi itu belum pudar, mengingat dirinya masih aktif di dunia bulutangkis sebagai pelatih di PB Indocafe dan berhasil menghantarkan anak asuhnya merebut titel juara umum Kejurkot PBSI Medan 2022 yang berlangsung 6 hingga 10 November lalu.
Lewat tangan dinginnya PB Indocafe berhasil merebut juara umum dengan torehan 6,5 emas (setengah medali berpasangan dengan PB lain), 4 perak dan 11 perunggu. (Kejurkot) PBSI Medan.
Penasaran dengan prestasi apa saja yang telah ditorehkannya? dan bagaimana Afni bisa mengenal, bahkan jatuh cinta dengan dunia bulutangkis?
Afni Abdillah membuka kisahnya kepada awak media saat ditemui, beberapa waktu lalu.
Afni sapaan akrabnya itu mengaku telah mencintai dunia bulutangkis saat dirinya duduk di bangku kelas IV sekolah dasar.
Kala itu, Afni tengah mengikuti ekstrakulikuler olahraga bulutangkis di sekolah.
Kebetulan juga saat itu gurunya Herman melihat cara bermainnya yang sedikit berbeda dari teman usianya.
“Pak Herman lalu mengajak saya sparing. Saat itulah dia merasa saya memiliki bakat dan menyarankan saya latihan di PB Pertiwi, klub tempat saya bersekolah (SD Pertiwi),” ujar Afni.
Selanjutnya ada pertandingan persahabatan dengan sekolah lain. Afni pun diajak serta untuk bertanding.
Awalnya Afni menolak karena kurang percaya diri. Namun, setelah ada desakan dari orang tua saat itu, akhirnya Afni menurut dan berhasil memenangkan laga.
“Mulailah saya konsen untuk latihan di PB Pertiwi. Dan kejuaraan pertama yang diikuti adalah Tetrapex pada 2006, namun belum berhasil meraih gelar,” kenang wanita kelahiran 1995 silam itu.
Edisi berikutnya, tepat setelah 5 bulan berlatih, Afni berkesempatan mengikuti Kejurda PBSI Medan.
Bermain di kelompok kelas anak-anak putri, Buah hati dari pasangan Almarhum H. Edo Ardi dan Almarhumah Hj. Yusnita itu berhasil meraih juara II.
Kemenangan itu jugalah yang memecut semangatnya untuk memilih jalan hidupnya sebagai atlet bulutangkis.