Kajianberita.com
Beranda Sumut Edy Rahmayadi: Jadikan Masjid Sebagai Tempat Peradaban Umat Islam

Edy Rahmayadi: Jadikan Masjid Sebagai Tempat Peradaban Umat Islam

Gubernur Sumut Edy Rahmayadi hadiri peresmian pembangunan Masjid Quatul Muslimin Jalan HM Joni, Medan. (kajianberita/HumasPmprovsu)

GUBERNUR Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi berharap masjid tidak hanya menjadi sebagai tempat ibadah, melainkan juga sebagai tempat peradaban umat Islam.

Baik itu perbaikan ekonomi umat, pendidikan, kesehatan serta kemaslahatan lainnya.

“Semoga dengan pembangunan masjid ini dapat memberikan kenyamanan bagi kita dalam beribadah. Namun bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat peradaban Islam. Masjid bila kita kelola dengan benar tentunya akan dapat memakmurkan masyarakat di sekitarnya,” ucapnya saat peresmian pembangunan Masjid Quatul Muslimin Jalan HM Joni, Medan, Jumat (10/2/2023) kemarin.

Untuk itu Edy mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat dan donatur yang telah mewakafkan harta dan pikiran, hinggga masjid tersebut dapat terbangun dengan megah. Menurutnya, makmurnya masyarakat juga dapat dilihat dari megahnya masjid yang berdiri di wilayah tersebut.

“Kita harapkan dapat imbalan dari Allah SWT nanti di surga, diganti dengan bangunan istana bagi yang mewakafkan harta dan pikiran atas pembangunan masjid ini,” katanya.

Sementara Pangdam I/BB Mayjen TNI Achmad Daniel Chardin mengatakan, masjid dapat menjadi budaya dan pengembangan Islam ke depan. Selain itu masjid juga dapat memakmuran umat di sekitarnya.

“Sekarang kita balik filosopinya, tidak hanya memakmurkan masjid, akan tetapi masjid memakmurkan masyarakat,” ucapnya.

Dijelaskan Pangdam, cara masjid memakmurkan masyarakat di antaranya adalah memiliki Badan Usaha Masjid yang memberikan bantuan, baik modal usaha, pendampingan dan sebagainya pada masyarakat di sekitar dalam hal ekonomi.

“Tentunya modal ini akan terbebas dari riba, dan berkah bagi masyarakat dalam menjalankan usaha,” katanya.

Dia juga meminta pada BKM untuk tidak menolak para pengunjung yang ingin beristirahat di masjid. Umat Islam adalah bersuadara, bagi mereka yang sedang di perjalanan (musafir) tentunya mencari tempat berteduh dan beristirahat, salah satunya adalah masjid.

“Saya contohkan, masjid di Sragen yang sangat ramah menyambut tamu saudara muslimnya yang lagi musafir. Mereka siapkan kamar di sebelah masjid yang lengkap dengan kasurnya bagi saudara kita yang ingin beristirahat. Saya rasa ini dapat di contoh,” katanya.

Di jajaran Kodam I/BB, Pangdam juga telah memerintahkan pada pengurus masjid untuk mengubah paradigma dengan membuka kontak infak untuk tidak digembok. Karena masjid adalah tempat yang aman dan kejujuran.

“Misalkan ada niat mau bersedakah, uang di kantong cuma uang selembar Rp100 ribu, sedangkan pulang butuh uang minyak dan sebagainya Rp50 ribu, ia dapat mengambil kembalian di kotak infak yang tak digembok itu. Sedekah dia dapat, dan untuk pulang dia juga dapat. Bila ada yang mencuri karena kotak infak digembok anggap saja itu sebagai sedekah bagi si pencuri, karena ia butuh uang karena sesuatu,” ujarnya. (*)

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan