Kajianberita.com
Beranda Internasional Alamak! Bohongi Komunitas LGBTQ, Pria Australia Ini Jadi Ayah 60 Anak

Alamak! Bohongi Komunitas LGBTQ, Pria Australia Ini Jadi Ayah 60 Anak

Ilustrasi bayi-bayi. (kajianberita/pixabay)

SYDNEY – Menyumbangkan spermanya kepada orangtua dari komunitas LGBTQ di Australia, pria ini menjadi ayah lebih dari 60 orang anak.

Hal ini terjadi setelah pria yang belum diungkap identitasnya itu dilaporkan menggunakan empat alias yang berbeda ketika mendonorkan spermanya.

Seperti dilansir Sindonews, Selasa (21/2/2023), praktik itu terungkap ketika para orang tua dari komunitas LGBTQ (lesbian, gay, biseksual, transgender, dan queer) bertemu di sebuah acara dan melihat anak-anak mereka mirip.

Mereka kemudian mulai menghubungi fasilitas IVF (in vitro fertilization) setempat untuk menyelidiki.

Dr Anne Clark dari Fertility First mengatakan kepada News Corp bahwa pria itu pernah ke kliniknya sekali.

Namun, pria tersebut telah menawarkan jasanya melalui beberapa cara tidak resmi, seperti melalui grup Facebook.

“Kami tahu dia mendapat hadiah, liburan–semuanya merupakan tindak pidana,” kata Clark, seperti dikutip dari The Independent.

Di Australia, menurut Human Tissue Act (Undang-Undang Jaringan Manusia) adalah ilegal bagi seseorang untuk menjual atau menukar organ dan jaringan kepada orang lain dengan hadiah.

Meskipun demikian, halaman Facebook penuh dengan postingan yang meminta sumbangan informal.

Di Inggris, menurut Otoritas Fertilisasi dan Embriologi Manusia (HFEA), ilegal bagi donor sperma untuk menerima pembayaran atas sumbangan mereka.

Mereka diperbolehkan menerima maksimum £35 untuk setiap kunjungan klinik untuk menutupi pengeluaran mereka.

Mereka dapat mengeklaim jumlah yang lebih tinggi jika biaya perjalanan, akomodasi, atau pengasuhan anak mereka melebihi jumlah tersebut.

HFEA juga mengatakan bahwa donasi sperma satu orang dapat digunakan di antara maksimal 10 keluarga.

Tidak ada batasan jumlah anak yang dapat dilahirkan di antara setiap keluarga, dan pendonor dapat memutuskan untuk menurunkan batas donasi mereka kepada keluarga. (*)

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan