Angka Kematian Ibu dan Bayi di Sumut Capai 741 Kasus
MEDAN – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sumatera Utara, mencatat angka kematian ibu dan bayi di Sumut sepanjang 2022 berjumlah 741 kasus. Dengan rincian, angka kematian ibu mencapai 131 kasus dan kematian bayi baru lahir 610 kasus.
Angka kematian ibu dan anak ini menurun bila dibandingkan pada 2021 yang berjulah 248 kasus untuk kematian ibu dan 633 kasus untuk kematian bayi.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan mengatakan sepanjang tahun lalu ada tiga kabupaten/kota yang menduduki urutan tertinggi atas kematian ibu melahirkan, yakni, Deliserdang, Labuhanbatu dan Kota Medan>
“Medan menduduki urutan ketiga dengan jumlah sebesar 6,87% atau ada 9 kasus. Di Labuhanbatu tercatat 10 kasus dan di Deliserdang 16 kasus,” kata Alwi, Senin (6/3/2023).
Alwi juga menyebutkan untuk kasus kematian bayi Kota Medan menduduki posisi pertama dengan jumlah sebanyak 65 kasus, di susul Gunungsitoli dengan jumlah 39 kasus dan Nias Selatan sebanyak 34 kasus.
Berdasarkan data tersebut, Alwi menyebut, faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan karena hipertensi, pendarahan, jantung, infeksi dan lain-lain.
Sementara faktor utama penyebab kematian bayi baru lahir yakni Asfiksia, lalu BBLR merupakan berat bayi yang lahir rendah, kelainan kongenital, infeksi, diare, dan lainnya.
Maka dari itu, lanjut Alwi, meminta Rumah Sakit (RS) di Sumut agar meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi untuk dapat menekan angka kematian ibu dan bayi. Sebab, RS memiliki peran penting dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Menurutnya, dengan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi di RS, ditambah dengan upaya lain seperti deteksi awal pencegahan komplikasi kehamilan, peningkatan respon time pada kondisi darurat, serta keterpaduan data dan informasi kesehatan, diyakini akan dapat menekan angka kematian ibu dan bayi di Sumut.
“Diharapkan RS bisa melakukan peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang meliputi dimensi kepatuhan terhadap standar pelayanan, patient safety, penguatan kinerja rujukan serta keterlibatan penuh dari pasien, keluarga dan masyarakat,” ungkapnya. (*)