Hisobi Sarankan Obesitas Orang Dewasa di Indonesia Direvisi
JAKARTA – Definisi obesitas pada orang dewasa di Indonesia disarankan untuk direvisi. Nilai batas menjadi indeks massa tubuh (IMT) tersebut di atas 25 kg/m2.
“Kami telah merilis publikasi yang menyarankan untuk merevisi nilai batas IMT ≥25 kg/m2, ambang batas ini mungkin lebih tepat untuk mendefinisikan obesitas pada populasi orang dewasa di Indonesia,” kata Ketua Bidang Organisasi Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) Dicky L. Tahapary dilansir dari berbagai sumber, Sabtu (11/3/2023).
Ia mengatakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkategorikan seseorang mengalami obesitas tingkat pertama apabila IMT-nya 25-29,9 dan obesitas tingkat kedua dengan IMT di atas 30. Sementara menurut Pedoman Gizi Seimbang, seseorang dikatakan obesitas apabila memiliki IMT di atas 27.
IMT didapatkan dengan membagi antara berat badan dalam satuan kilogram dan tinggi badan dalam satuan meter dikuadratkan atau berat badan (kilogram) dibagi tinggi badan (meter) dikali tinggi badan (meter).
“Untuk menambahkan Edmonton Obesity Staging System (EOSS) ke dalam klasifikasi antropometri untuk evaluasi klinis obesitas yang lebih baik. EOSS merupakan sistem analisa obesitas yang mencakup faktor metabolik, fisik, psikologis dan evaluasi klinis untuk memberikan opsi intervensi obesitas yang terbaik,” ungkapnya.
Baca Juga : Masyarakat Wajib Tahu! Obesitas Pemicu Komplikasi Penyakit
Sistem tersebut mengklasifikasikan obesitas ke dalam 5 kategori atau 0-4 tingkatan, tingkat 0 menunjukkan tidak ada faktor risiko terkait obesitas atau gangguan kesehatan apa pun, dan tingkat 4 menunjukkan kecacatan parah akibat penyakit kronis terkait obesitas.
Batas lingkar pinggang yang lebih rendah dari standar WHO, lanjut Dicky, harus diterapkan di Indonesia. Banyak populasi Asia, prevalensi risiko metabolik yang tinggi terjadi pada lingkar pinggang yang lebih rendah dibandingkan dengan orang Eropa.
“Penting bagi kita untuk mengedukasi masyarakat bagaimana memahami dan melakukan pengukuran lingkar pinggang sendiri,” ungkapnya.
Baca Juga : Bayi Obesitas Asal Bekasi, Sering Pakai Baju Ayah, Popok Sering Kesempitan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi obesitas di kalangan orang dewasa Indonesia meningkat dari 19,1 persen pada 2007 menjadi 35,4 persen pada 2018.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI, Eva Susanti, menuturkan hasil itu menunjukkan obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling mendesak di Indonesia.
Peningkatan ini kemungkinan disebabkan oleh dua faktor, yakni stigma mengenai obesitas dan ketidaksadaran akan tingkat keseriusan kondisi obesitas.
“Obesitas dapat menyebabkan komplikasi, seperti hiperglikemia, diabetes tipe 2, dan penyakit kardiovaskular, hingga kematian. Menurut penelitian, setiap lima unit IMT di atas 25 kg/m2 dapat meningkatkan risiko kematian sebesar 30 persen,” pungkasnya. (*)