PDIP Nilai Lampu Jalan yang Dibangun Bobby di Tengah Kota Medan Program Memalukan
PDI Perjuangan sebagai partai politik pengusung Wali Kota Medan Bobby Nasution di Pilkada Medan 2020 disinyalir mulai pecah kapal dengan Bobby Nasution. Terbukti partai itu mulai mengkritik sejumlah kebijakan Bobby yang dinilai kurang bermanfaat dan tidak terkait kepentingan masyarakat.
Terbaru, partai dengan logo banteng hitam bermoncong putih itu menuding lampu jalan yang akrab disebut warga Kota Medan “lampu pocong” sebagai program yang memalukan.
“Malu lah kita sebagai warga Kota Medan itu. Kita juga kecewa sekali dengan hasil yang kita lihat, dari tujuan untuk memperindah kota kok jadi tidak memperindah, terkesan asal jadi dengan anggaran begitu besar,” ucap Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Medan, Hasyim, yang dikutip sejumlah media di Medan, Selasa (14/3).
Hasyim yang juga Ketua DPRD Kota Medan ini akan meminta komisi terkait untuk melakukan rapat dengar pendapat (RDP) dengan Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Bina Konstruksi Kota Medan.
Sebab masih banyak yang mereka temukan pengerjaan “lampung pocong” di Ibukota Provinsi Sumatera Utara ini belum selesai, padahal sudah melebihi batas waktu.
“Saya nanti minta komisi terkait membuat agenda RDP atau rapat kerja terkait dengan masalah lampu jalan yang belum selesai yang masih terbengkalai, walaupun sudah diperpanjang, tetapi kita temukan masih banyak yang belum selesai,” tegas Hasyim.
Dr Indra Fauzan, PhD, pengamat politik dan pemerintahan Universitas Sumatera Utara (USU) memberikan pandangan atas sikap partai politik yang dipimpin Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
“Saya melihat ini sebagai dinamika politik di Kota Medan. Tampaknya ada ‘missing link’ antara PDIP dengan Wali Kota Bobby Nasution yang kita tahu berasal dari PDIP juga. Sikap kritis PDIP ini melalui ketua Hasyim membuat publik bertanya-tanya ada apa sebenarnya dengan PDIP,” kata Fauzan.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) USU itu menyebut harusnya ada mekanisme yang lebih baik ketimbang harus berkoar di media.
“Saya rasa baiknya dibicarakan dalam internal partai atau melalui mekanisme politik antara eksekutif dan legislatif, hal ini tentunya menimbulkan asumsi tidak harmonisnya internal PDIP sebagai partainya Bobby,” ungkap dia.
Indra Fauzan mengatakan dari pengetahuan yang dimilikinya, justru beberapa partai oposisi tercatat mendukung program Bobby Nasution.
“Komunikasi PDIP terputus, sebab justru malah oposisi yang mendukung program Bobby Nasution dan Pemkot Medan,” tutur alumnus negeri jiran itu.
Kata Fauzan, biasanya partai politik ini justru pasang badan terhadap program kadernya.
“Peran apa yang dimainkan oleh PDIP saat ini? Dari banyak karakter pemimpin PDIP, selalunya PDIP itu pasti ‘pasang badan’ terkait program pemimpin dari kadernya. Ini bisa kita lihat, ya di beberapa daerah,” papar Fauzan.
Bahkan, terang dia, PDI Perjuangan di DKI Jakarta sekarang begitu berbanding terbalik dengan di Kota Medan.
“Saya rasa perlu diskusi internal dalam tubuh PDIP sendiri. Pak Hasyim perlu menyampaikan juga letak permasalahan sama PDIP atau mungkin legislatif. Komunikasi-komunikasi politik yang baik perlu dibangun antara eksekutif dan legislatif,” tutup Indra Fauzan. (*)