Eks Demokrat yang Berpihak Kepada Moeldoko adalah Kumpulan Para Pengkhianat Partai
Sudah kalah berkali-kali di pengadilan, tapi Moeldoko tidak pernah berhenti mengganggu Partai Demokrat. Ia mengaku paling layak menjadi ketua di partai itu, walau public mengecam aksinya. Moeldoko merasa mendapat dukungan dari sejumlah orang lama di Partai Demokrat.
Salah satunya dari Darmizal yang mengaku sebagai tokoh Demokrat angkatan Pertama. Dengan alasan untuk menyelamatkan partai Demokrat menggalang kekuatan dari kubu pendukung Jokowi untuk merebut Demokrat secara illegal. Moeldoko salah satu yang dimanfaatkan.
Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat , Herzaky Mahendra Putra menyebut, Darmizal yang merupakan inisiator Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat yang dipimpin kubu Moeldoko, merupakan penghianat partai.
Dia menyinggung Darmizal keluar ketika Partai Demokrat tengah berjuang di Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019.
“Katanya gabung ke relawan Jokowi. Dengar-dengar karena alasan kondisi ekonomi keluarga,” ucap Herzaky dalam keterangannya, Sabtu (15/4/2023).
Namun tambah Herzaky, Darmizal ingin kembali ke Demokrat ketika elektabilitas partai pimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) itu naik daun.
“Malah mengaku-aku mau menyelamatkan partai dan sok-sokan pahlawan. Urat malunya di mana ini orang? Sudah tua harus banyak istighfar. Minta ampun sama Tuhan. Jangan malah buat dosa terus, fitnah terus. Demikian Taufiqurrahman, SH, Ketua DPC Partai Demokrat, menegaskan,” tegas Herzaky.
Dia menuturkan, kekalahan KSP Moeldoko yang menggugat Partai Demokrat pimpinan AHY di Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTUN) sebanyak 16 kali adalah fakta hukum. Penyataan Herzaky itu merupakan tanggapan dari pernyataan Darmizal yang menyatakan kekalahan 16 KSP Moeldoko menyesatkan.
“Bawa-bawa PK itu hak lagi, untuk yang ingin mendapatkan keadilan dan kepastian hukum. Apa tidak tahu malu, ya? Keadilan apa yang ingin diperjuangkan? KSP Moeldoko itu jadi anggota Demokrat saja tidak pernah, tidak pernah berjuang untuk Demokrat, lalu mendadak mau jadi Ketum?,” Katanya.
“Mau jadi ketua RT saja harus jadi warga setempat, minimal tinggal atau punya KTP di RT tersebut. Ini mau jadi Ketum partai besar, tapi pemahaman hukumnya saja kalah-kalah dari ketua RT,” tambah Herzaky.
Herzaky, mengatakan upaya yang dilakukan oleh KPS sama saja dengan begal partai. Menurutnya, Kongres Luar Biasa (KLB) yang diadakan Partai Demokrat versi Moeldoko pun ilegal.
“Yang datang bukan pemilik suara, yang mengadakan bukan DPP, melanggar hukum semua, manipulasi semua, tapi malah memfitnah Kongres kami yang di tahun 2020, AD/ART kami yang sah, benar-benar dihadiri pemilik suara, diadakan oleh DPP yang sah, dan sesuai aturan hukum yang ada,” jelasnya.
Herzaky pun tidak terima kalau Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dianggap bukan pendiri Partai Demokrat oleh Darmizal. Hal ini kata dia, Darmizal tidak mengetahui soal sejarah partai Demokrat.
“Demokrat itu dibangun hasil diskusi Bapak SBY dengan para sahabatnya pasca pemilihan wapres di SI MPR bulan Juli 2001,” ucapnya.
“Banyak kader Partai Demokrat bertanya ke Darmizal? Jangan halu. Ente dulu bukan siapa-siapa pas di Demokrat. Jadi Dewan juga tidak pernah. Sekarang ngaku -ngaku kayak pernah jadi tokoh di Demokrat,” tambahnya.
Sebelumnya diberitakan, Salah satu inisiator Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat atau kubu Moeldoko , Darmizal mengkritik klaim Agus Harimurti Yudhoyono ( AHY ) yang mengaku sudah 16 kali menang di pengadilan menghadapi pihaknya. Menurut Darmizal, klaim putra sulung Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu tanpa data. (*)