Kajianberita.com
Beranda Headline Koalisi yang Dibangun Prabowo Terancam Berubah, Sedangkan Pendukung Anies Solid

Koalisi yang Dibangun Prabowo Terancam Berubah, Sedangkan Pendukung Anies Solid

Prabowo Sudianto bersama pimpinan partai Koalisi Besar yang dibangunnya. Peta koalisi itu kini terancam berubah

Peta koalisi pendukung calon presiden pada Pemilu 2024 mendatang bakal mengalami perubahan setelah PDIP  memutuskan Ganjar Pranowo yang mereka usung sebagai kandidat presiden. Perubahan itu akan terasa pada Koalisi Besar yang digagas Partai Gerindra, Golkar, PKB, PPP dan PAN.

Besar kemungkinan PPP dan PAN akan merapat ke PDIP, sebab sejak semula dua partai ini nyata-nyata mendukung Ganjar. Elit PPP sendiri mengaku akan segera menyelenggarakan rapat internal dalam merespon tampilnya Ganjar sebagai calon presiden.

Ketua Majelis Pertimbangan DPP PPP M. Romahurmuziy menyampaikan Ganjar Pranowo merupakan bagian dari keluarga besar Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sehingga dia menyambut baik Gubernur Jawa Tengah itu diusung sebagai calon presiden (capres) oleh PDIP.

“PPP menyambut baik diumumkannya Ganjar Pranowo sebagai capres dari PDIP. Dengan demikian, masyarakat Indonesia secara politik sudah memiliki satu lagi bakal capres yang mulai bisa diikuti rekam jejaknya,” kata Romahurmuziy dilansir ANTARA, Jumat, 21 April.

Romahurmuziy menyampaikan sepanjang periode Pemilu 2009 dan 2014, dia juga sering berkampanye bersama Ganjar Pranowo. Karena itu ia akan berusaha menggiring PPP keluar dari Koalisi yang dibangun bersama Gerindra untuk kemudian bergandengan dengan PDIP.

PAN juga memberi sinyal yang sama. Sejak awal PAN telah menjagokan Ganjar maju pada Pilkada. Hanya saja karena PDIP tidak cepat merespon, PAN sempat merancang koalisi Bersama Gerindra, Golkar dan PKB. Namun setelah adanya kepastikan Ganjar maju, mereka mempertimbangkan keluar dari Koalisi besar tersebut.

Bagaimana dengan Gerindra?

Tidak ada pilihan lain, Prabowo harus bisa merangkul Golkar atau PKB — baik itu keduanya atau salah satunya–  agar bisa mengusung kandidat sendiri pada Pilpres mendatang.  Untuk maju sendiri, Gerindra tidak memenuhi ambang batas 20 persen kursi di parlemen. Mereka harus berkoalisi dengan partai lain.

PKB adalah mitra Koalisi Gerindra sebelumnya, hanya saja syaratnya Muhaimin Iskandar yang tampil sebagai pendamping Prabowo sebagai bakal cawapres. Namun Prabowo tidak sepenuhnya tertarik dengan figure itu karena elektabilitas Muhaimin dianggap rendah.

Hal yang sama juga menjadi tawaran Golkar. Partai ini pernah mengatakan setuju membangun Koalisi dengan Gerindra asal ketua umum mereka Airlangga Hartarto menjadi bakal cawapres untuk Prabowo.

Tak pelak lagi, Muhaimin dan Airlangga akan saling berebut untuk maju sebagai pendamping Prabowo. Bila Prabowo tidak bisa mengharmoniskan persaingan ini, bukan tidak mungkin salah satunya akan kecewa dan kemudian keluar dari koalisi itu.

Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran Ganjar yang diusung PDIP lebih banyak mengganggu kesempatan Prabowo untuk maju pada Pilpres mendatang. Sementara Koalisi perubahan yang mendukung Anies Baswedan  justru tenang-tenang saja.

Mereka malah senang dengan majunya Ganjar  karena hal ini akan membuat kekuatan partai pendukung pemerintah terpecah. Dengan demikian peluang Anies untuk unggul akan lebih besar mengingat pemilih Anies cenderung tidak terpengaruh dengan gerak politik PDIP dan Gerindra. (*)

 

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan