Dosen Senior USU Ingatkan Jokowi Netral pada Pemilu, Rektor dan Dosen Muda Tak Berani Bergabung
Para dosen senior, guru besar dan sejumlah alumni USU tidak mau ketinggalan dalam menyuarakan sikap kritis kepada Presiden Joko Widodo yang sudah melenceng dalam penegakan demokrasi di Indonesia. Dalam pertanyaannya Senin petang (5/2/2024) para guru besar dan perwakilan alumni USU itu meminta Jokowi agar bersikap netral pada Pemilu 2024. Jangan sampai memanfaatkan jaringan kekuasaan untuk memenangkan kandidat yang ia dukung.
Anehnya, hanya para dosen senior yang berani bersuara kritis untuk menyampaikan kritiknya kepada pemerintah. Sementara Rektor USU, Muryanto Amin sama sekali tidak menampakkan muka. Demikian juga dengan dosen-dosen muda yang menjabat sebagai dekan, pembantu dekan dan lainnya. Semuanya tak ada yang berani bergabung.
Seorang dosen senior kepada Kajianberita.com menyampaikan, rektor dan para dosen yang mendapat posisi strategis di USU sudah menyatu dengan kekuasaan. Mereka tidak n mau bersuara kritis terhadap pemerintah karena mereka mendapat kekuasaan dari titipan penguasa. Maka itu, hanya dosen senior dan para guru besar yang berani bersuara mewakili kampus USU.
Para guru besar dan dosen senior itu berani bersuara karena mereka lebih independent dan bukan orang yang berambisi untuk mendapatkan jabatan bergengsi di kampus. Berbeda dengan para dosen muda yang umumnya sangat takut dengan ancaman Rektor USU, Muryanto Amin.
Diketahui Muryanto adalah Rektor yang sangat dekat dengan pemerintahan Jokowi. Keberhasilannya menduduki jabatan sebagai Rektor tidak lepas dari dukungan pemerintah pusat. Padahal di tingkat kampus USU, Muryanto Amin pernah ditolak.
Bahkan pernah ada petisi yang menolak Muryanto ditunjuk sebagai rector karena terlibat kasus self plagiarism. Tapi karena dukungan dari Presiden Jokowi, Muryanto tetap ditunjuk sebagai rector USU.
Tidak heran Jika Muryanto sangat keberatan kalau para dosen USU menyuarakan sikap kritisnya kepada Pemerintah. Ia pun mengancam dosen-dosen lain untuk melakukan hal yang sama. Tidak heran jika para dosen muda USU tidak mau bergabung dalam menyampaikan sikap kritis itu. Mereka tidak mau kehilangan jabatan dari posisi stretagis yang mereka pegang saat ini.
Sikap ‘menjilat’ Muryanto terhadap penguasa terlihat jelas tatkana ia membawa sejumlah dosen USU untuk ‘sowan; bertemu dengan Bobby Nasution, walikota Medan yang juga menantu Jokowi. Dalam sejarah USU, tidak pernah ada seorang rector yang sampai ‘menjual’ harga diri kampus untuk bertemu dengan walikota hanya karena walikota itu menantu seorang presiden.
Dengan kedekatan Muryanto kepada penguasa, sehingga hanya dosen senior dan para guru besar yang berani bersuara menyampaikan sikap kritis mereka terhadap pemerintahan.
Dalam pernyatannya, para guru besar, dosen, dan alumni itu mengingatkan Presiden Jokowi beserta jajarannya mulai dari Pusat hingga Daerah untuk bersikap netral pada Pemilu 2024.
Guru Besar Fakultas Hukum USU Prof Dr. Ningrum Natasya Sirait, membuka pernyataan sikap dengan melihat kondisi negara saat ini, yang memprihatinkan saat Pemilu 2024 ini.
“Hal ini sebagai upaya menjaga keutuhan hidup berbangsa dan bernegara serta menjaga suasana tertib, aman, dan damai selama dan setelah pelaksanaan pemilu,” sebut Prof. Ningrum di Gedung Pancasila, Kampus USU, di Jalan Dr Mansyur, Kota Medan, Senin (5/2) petang.
Dalam pernyataan sikap tersebut, dibaca oleh Prof Dr Nurlisa Ginting, menyatakan bahwa akhir-akhir ini kami melihat keresahan di tengah tengah masyarakat, sehubungan berbagai hal tentang berbagai gejala yang berkaitan dengan rusaknya nilai nilai etika dan perilaku dalam sistem kehidupan perpolitikan dalam berbangsa dan bernegara
Oleh karena itu, dalam upaya untuk menjaga keutuhan hidup berbangsa dan bernegara serta terpeliharanya suasana tertib, aman dan damai dalam pelaksanaan dan pasca pelaksanaan Pemilu 2024.
Kami beberapa Guru Besar, Dosen dan Alumni Universitas Sumatera Utara menyampaikan keprihatinan dan sekaligus pernyataan sikap sebagai berikut :
Presiden Republik Indonesia beserta seluruh jajarannya mulai dari pemerintah pusat hingga daerah untuk bersikap netral dalam pelaksanaan Pemilu 2024.
Komisi Pemilihan Umum, dan Badan Pengawas Pemilu beserta jajarannya untuk tetap netral, jujur dan dan adil, serta mencegah terjadinya kecurangan dalam pelaksanaan Pemilu 2024.
TNI dan Polri untuk tetap netral, dan bekerja secara profesional dan maksimal
Untuk menjaga keamanan dan ketertiban dalam pelaksanaan Pemilu 2024. Demikian pernyataan sikap ini kami sampaikan sebagai bentuk keprihatinan kami semua untuk dapat di laksanakan demi keutuhan bangsa dan negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta.
Guru besar yang hadir dalam pernyataan sikap ini, yakni Prof Dr Ningrum Natasya, Prof Dr Nurlisa Ginting, Prof Dr Runtung Sitepu, Prof Dr Robert Sibarani, Prof Sondang Pintauli, Prof Dr Budiman Ginting. Sedangkan, dari Alumni Ir Akhyar Nasution Mantan Wali Kota Medan, akademisi Roy Fachraby Ginting SH M.Kn, serta sejumlah akademisi dan praktisi lainnya. (*)