Jokowi Tidak Mau Disalahkan soal Mahalnya Beras, Ia Menuding karena Masalah Distribusi
Harga beras semakin tidak terkendali. Kenaikannya pada awal tahun ini sudah mendekati 50 persen dibanding tahun lalu. Kenaikan harga beras ini merupakan yang tertinggi selama kepemimpinan presiden di Indonesia dalam 20 tahun terakhir. Tak heran jika kepemimpinan Presiden Joko Widodo menjadi sorotan karena dianggap tidak bijaksana dalam menangani masalah pangan.
Meski demikian Jokowi mengaku tidak mau disalahkan soal kenaikan harga beras itu. Ia justru menyalahkan soal distribusi di tingkat pasar yang terganggu karena kondisi cuaca, termasuk masalah banjir di Jawa Tengah.
“Ini masalah distribusi terganggu karena banjir, di Demak kemarin misalnya seperti itu,” kata Jokowi yang ditemui usai menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2024 di TPS 10 Gambir Jakarta Pusat, dikutip ANTARA, Rabu 14 Februari.
Presiden sendiri selalu memastikan bahwa stok beras di Bulog masih cukup banyak, sehingga masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan soal harga dan kelangkaan pasokan. Namun ia seakan tutup mata soak kenaikan harga yang semakin tinggi.
“Stok beras baik yang medium dan premium di Bulog selalu siap dan selalu ada stoknya. Ini tak perlu dikhawatirkan,” tuturnya.
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan bahwa saat ini stok beras mencapai 1.180.000 atau 1,18 juta ton yang dipastikan aman untuk memenuhi kebutuhan beras nasional hingga April 2024.
“Stok (beras) kami 1.180.000 ton, jadi cukup. Jadi kalau tadi misalnya permintaan beras SPHP (stabilisasi pasokan dan harga pangan) mau di-double itu cukup. Ditambah untuk bantuan pangan sampai dengan Maret dan April, itu cukup,” kata Bayu.
Menurutnya, dengan jumlah stok cadangan beras pemerintah (CBP) di Gudang Bulog tersebut, maka dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara nasional selama Ramadhan dan Idul Fitri 1445 H.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa banjir yang menimpa sejumlah lahan persawahan petani antara lain di kabupaten Demak, Kudus, dan Grobogan di Jateng, tidak mempengaruhi stok pangan secara nasional.
“Yang berpengaruh petaninya, kasian yang terdampak, tapi kalau secara nasional rasanya masih bisa kita alihkan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan saat ini stok beras telah memenuhi sejumlah ritel modern guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
Sesuai perintah Presiden Jokowi, Bapanas bersama Perum Bulog, PT Food Station Tjipinang Raya, Perkumpulan Penggilingan Padi, dan Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI), serta Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) berupaya menstabilkan harga beras.
Sebanyak 50 ribu ton beras dari Bulog mulai masuk ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC).
“Perintah Bapak Presiden adalah stok beras yang ada di Bulog, yang ada di PIBC, di Food Station BUMD DKI Jakarta, dioptimalkan untuk diguyur ke pasar, baik pasar modern maupun pasar tradisional,” tutur Arief saat meninjau stok beras di Gudang PIBC, Jakarta, Selasa.
Menurutnya, tidak ada hambatan untuk melakukan hal tersebut stok beras ada terutama di Bulog ada. Apalagi, saat ini Bulog mempunyai stok beras hingga mencapai kurang lebih 1,3 juta ton yang dipersiapkan pemerintah sebagai cadangan pangan pemerintah (CPP).
Bapanas telah mengatur agar penyaluran stok beras Bulog dapat terus digencarkan ke berbagai lini pasar. Beras sejumlah 50 ribu ton oleh Bulog didistribusikan ke PIBC dan kemudian akan dikemas dalam bentuk beras 5 kg lalu disalurkan ke ritel modern.
Sementara itu, beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) terus disalurkan ke daerah di seluruh Indonesia. Realisasi beras SPHP sampai 12 Februari 2024 telah menyentuh angka 226 ribu ton.
Intervensi pemerintah lainnya akan dilaksanakan dalam bentuk bantuan pangan beras yang akan dimulai lagi mulai 15 Februari 2024. (*)