Langkah Membongkar Kecurangan Pemilu Dihambat, Sejumlah Saksi Mulai Mengalami Intimidasi
Upaya Tim Ganjar-Mahfud dan Tim Anies Baswedan-Muhaimin untuk membongkar kecurangan Pemilu tidaklah mudah. Meski sejumlah data masih terus dikumpulkan saat ini, ironisnya para saksi yang memberikan keterangan banyak yang ketakutan. Pasalnya mereka mengaku mendapat intimidasi dari aparat keamanan.
Intimidasi itu telah terjadi di sejumlah daerah. Anies Baswedan menerima langsung pengaduan soal intimidasi tersebut.
“Saya kira ini sangat tidak baik. Makanya saya minta agar aparat keamanan jangan melakukan intimidasi. Kami akan membuktikan penyimpangan itu melalui jalur hukum. Mohon kita saling menghormati,” kata Anies Baswedan.
Anies menilai praktek intimidasi itu tak seharusnya terjadi, terlebih Indonesia adalah negara demokrasi yang telah merdeka. Di sisi lain, Anies mengklaim menemukan adanya praktik politik tekanan dan imbalan yang dilakukan sebelum masa pencoblosan di Pemilu 2024.
Mantan gubernur DKI Jakarta itu mengaku yakin Pilpres 2024 berjalan dua putaran jika dua praktik tersebut tidak terjadi.
“Kami melihat praktik-praktik tekanan, imbalan pra TPS ini yang berpotensi menjadi permasalahan. Bila tidak ada praktik itu, maka ini belum tentu satu putaran,” kata Anies.
Anies mengaku memang tidak mudah membuktikan praktik tekanan dan imbalan itu terjadi dalam Pemilu 2024. Kendati demikian, Anies tetap mengajak seluruh masyarakat untuk tetap mewujudkan Pilpres 2024 yang jujur dan adil terlepas apapun pilihan mereka.
“Ini lah yang harus dijaga bersama-sama. Nah, tapi karena praktik-praktik begini tidak mudah untuk dibuktikan,” tutur Anies.
“Karena itu kami ingin mengajak semua pemilih 1, pemilih 2, dan pemilih 3, pilihan capresnya-cawapresnya boleh beda tapi pilihan pilpres jujur ya harus sama,” imbuhnya. **