Kajianberita.com
Beranda Ekonomi Penyebab Muhammadiyah Tarik Dana Rp 15 Triliun Dari BSI, Ada Campur Tangan Gerindra?

Penyebab Muhammadiyah Tarik Dana Rp 15 Triliun Dari BSI, Ada Campur Tangan Gerindra?

Penarikan dana sebesar Rp 15 Triliun yang dilakukan Muhammadiyah dari Bank Syariah Indonesia (BSI) masih menarik perhatian publik. Terbaru, muncul isu yang diduga menjadi penyebab berpalingnya Muhammadiyah dari bank syariah terbesar di Indonesia tersebut.

Berdasarkan informasi yang beredar, kisruh BSI dan Muhammadiyah diduga berawal dari polemik kursi komisaris. Awalnya, ada permintaan nama oleh BSI ke Muhammadiyah untuk dicalonkan sebagai Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Komisaris di BSI.

Muhammadiyah kemudian menyodorkan Jaih Mubarak sebagai calon DPS dan Abdul Mu’ti sebagai calon komisaris. Namun dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) BSI pada 17 Mei 2024, Abdul Mu’ti tidak diterima sebagai komisaris.

Namun pada kenyataannya BSI justru mengangkat Felicitas Tallulembang yang merupakan politikus Partai Gerindra. Dari sisi latar belakang, jelas sekali Felicitas Tallulembang orang yang bukan berkompeten menduduki jabatan itu.

dr. Felicitas Tallulembang yang didukung Gerindra duduk sebagai komisaris BSI.

Felicitas Tallulembang adalah seorang berpendidikan dokter yang kemudian terjun sebagai politisi Gerindra. Ia tercatat pernah menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2014-2019.

Felicitas sempat menjabat sebagai ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Sinjai (2002-2009), Ketua PMI Kabupaten Sinjai (2004-sekarang), hingga Pengurus Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi). Masuknya Felicitas Tallulembang sebagai komisaris BSI diduga tidak lepas dari dukungan Prabowo Subianto, ketua umum Gerindra dan presiden terpilih.

Masuknya Felicitas Tallulembang dalam jajaran komisaris dianggap Muhammadiyah sebagai langkah mundur karena ada unsur politis di dalamnya. Meski pun Felicitas Tallulembang seorang hajjah, namun Muhammadiyah bukan memandang dari sisi agama.

Mereka justru menilai kemampuan Felicitas yang dianggap tidak berpengalaman dalam dunia perbankan. Campur tangan politis dalam penunjukan Felicitas dianggap bisa membahayakan bank itu.

Namun Muhammadiyah tidak mau berbicara secara terus terang mengenai kritikan mereka terkait campur tangan Gerindra dalam jajaran komisaris BSI. Organisasi itu tiba-tiba saja langsung membuat keputusan yang mengejutkan, menarik seluruh dananya sebesar hampir Rp 15 Triliun di bank itu.

Tentu saja itu bukan angka yang kecil. Besar dana Muhammadiyah itu setara dengan 5 persen dana ketiga yang tersimpan di seluruh BSI. Apalagi semua orang tahu kalau Muhammadiyah merupakan organisasi besar yang memiliki banyak sekali badan usaha. Berbeda sekali dengan Nahdlatul Ulama (NU) yang sangat menggantungkan diri kepada asupan dana APBN dan APBD.

Erick Thohir pura-pura tidak tahu soal penarikan dana Muhammadiyah dari BSI.

Makanya Muhammadiyah cenderung bersikap kritis dan independent terhadap Pemerintah. Bandingkan dengan NU yang pengurusnya selalu mendekatkan diri kepada penguasa. Maklum, mereka butuh dana setiap tahunnya.

Keputusan Muhammadiyah menarik dananya dari BSI tentu saja membuat bank itu cukup goyah. Tidak bisa dibantah, Menteri BUMN Erick Thohir menjadi sasaran kemarahan banyak pihak karena BSI berada di bawah kendalinya.

Sampai hari ini Sabtu (8/5/2024) Erick mengaku belum mendengar kabar penarikan dana Muhammadiyah itu. Bisa jadi itulah cara itu untuk pura-pura tidak tahu. Biasalah, cuci tangan ala Erick Thohir yang belakangan ini selalu siap menjalankan apa saja mau penguasa. (*)

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan