Setelah Para Sopir Bus, Giliran Juru Parkir Gelar Aksi Demo Protes Kebijakan Bobby Nasution
Aksi protes terhadap kebijakan menantu presiden Joko Widodo, Bobby Nasution semakin ramai di Kota Medan. Setelah aksi para sopir bus yang sempat memblokade jalan utama Jalan Jamin Ginting tepatnya di Kawasan Simpang Pos, Sabtu (27/7/2024), hari ini Senin (29/7/2024) giliran juru parkir (jukir) di Kota Medan yang menggelar aksi. Mereka menyerukan aksi penolakan terhadap kebijakan parkir berlangganan yang sudah diterapkan sejak 1 Juli 2024 oleh Pemko Medan.
Aksi itu bermula di lapangan Merdeka Medan, tepat di depan Pos Block. Selanjutnya para peserta aksi melakukan long march menuju kantor DPRD Medan. Mereka diterima Paul Mei Anton Simanjuntak (FPDI Perjuangaan) dan Rudianto (FPKS) dari Komisi IV DPRD Kota Medan.
Koordinator aksi Domu kepada kedua anggota dewan yang menerima massa aksi mengatakan, sejak dikeluarkannya Perwal Nomor 6 Tahun 2024 tentang Petunjuk Pelaksanaan Parkir Berlangganan, penghasilan para juru parkir jauh menurun.
Sementara kewajiban untuk membayar uang parkir yang di kutip secara konvensional tetap jumlahnya, sehingga para juru parkir merasa tercekik dengan diberlakukannya parkir berlangganan tersebut.
“Kami sudah sulit untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dari penghasilan juru parkir ini untuk membayar uang sekolah anak dan kebutuhan lainnya sudah sulit,” ujar Rian yang mengaku juru pakir di kawasan Sukaramai.
Karena itu, pengunjuk rasa berharap dibatalkan saja Perwal Parkir Berlangganan tersebut, karena tidak sesuai dengan Perda, sebab parkir berlangganan membuat kegaduhan antara jukir dan masyarakat.
Paul Mei Anton Simbolon yang menerima keluhan para juru parkir tersebut mengatakan, perlu ada sosialisasi terhadap diberlakukannya Perwal Nomor 6 Tahun 2024.
“Perlu ada sosialisasi terlebih dahulu terhadap perwal tersebut, kalau perlu ditunda,” ujar Paul.
Belakangan ini warga Medan mulai getol melakukan aksi demo memprotes kebijakan Bobby Nasution karena mereka tahu kalau mertua Bobby, Presiden Jokowi akan mengakhiri masa jabatannya pada pertengahan Oktober mendatang. Jika Jokowi tidak lagi menjabat presiden, posisi Bobby dipastikan akan lemah karena tidak lagi mendapat dukungan kuat dari pusat.
Selama ini Bobby diketahui merupakan pimpinan yang lebih kuat melekat ke atas ketimbang mendapat dukungan dari arus bawah. Tidak bisa dibantah, naiknya Bobby ke pentas politik karena dukungan mertuanya, bukan karena prestasi. Jika tidak menikah dengan putri presiden, Bobby tidak akan banyak dikenal warga Medan. (*)