Kajianberita.com
Beranda Headline Survei LSI: Edy Rahmayadi Paling Populer di Sumut, Bobby Mencuat Karena Faktor Mertua

Survei LSI: Edy Rahmayadi Paling Populer di Sumut, Bobby Mencuat Karena Faktor Mertua

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan saat memaparkan rilis survei secara daring dipantau di Jakarta, Minggu (28/7/2024).

Hasil survei terkini Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada Juli menunjukkan tingkat popularitas tertinggi di Sumatera Utara ditempati oleh mantan Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi, sedangkan tingkat kesukaan (akseptabilitas) tertinggi ditempati oleh Wali Kota Medan Bobby Nasution. Namun popularitas Bobby bukan karena prestasinya, melainkan lebih karena statusnya sebagai menantu presiden.

“Walaupun sama-sama populer, ada perbedaan antara akseptabilitas Edy Rahmayadi dan Bobby. Terlihat Bobby lebih tinggi karena faktor statusnya sebagai menantu Jokowi,” kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan, saat memaparkan rilis survei secara daring dipantau di Jakarta, Minggu (28/7/2024).

Di sisi lain, Bobby tidak terlalu menonjol dalam kinerja karena sejumlah program yang ia jalankan di Medan banyak yang gagal. Misalnya saja pembangunan lapangan Merdeka yang kacau balau, pembangunan stadion teladan yang mangkrak, proyek Islamic Center yang tidak jelas, belum lagi citra buruknya karena pembangunan Lampu Pocong.

Selama menjabat sebagai walikota Medan, praktis tidak ada prestasi Bobby yang bisa diandalkan. Ia lebih popular di Sumut karena berstatus sebagai menantu presiden. Tanda berstatus menantu, Bobby tidak akan siapa-siapa. Dalam hal ini Bobby dianggap cerdas memanfaatkan status tersebut.

Sementara itu Edy Rahmayadi dianggap sosok yang berprestasi karena merajut karir sejak muda. Ia juga punya jiwa kepemimpinan yang lebih baik karena lama menghabiskan karir sebagai perwira TNI. Survei mencatat bahwa Edy Rahmayadi dikenal oleh 90,9 persen warga dan disukai oleh 68,4 persen dari yang mengenal namanya. Edy Rahmayadi dikenal sosok yang anti dinasti politik dan tidak mau melibatkan keluarga dalam pemerintahan.

Berbeda sekali dengan Bobby Nasution yang mendapat dukungan dari mertuanya. Bobby Nasution adalah tipikal pemimpin yang tidak mengakar ke bawah tapi punya jaringan tajam ke atas. Tak heran jika Bobby Nasution tak ubahnya seperti raja yang harus dikawal ketat ke manapun ia pergi, bukan sebagai pelayan masyarakat.

Bobby Nasution dikenal oleh 88,4 persen warga Sumut dan disukai oleh 82,2 persen dari yang mengenalnya. Setelah Jokowi tidak lagi jadi presiden pada Oktober 2024 mendatang, diperkirakan tingkat popularitas dan elektabilitas Bobby Nasution akan menurun.

“Mengapa untuk sementara ini Bobby Nasution yang lebih unggul? Kalau lihat dari angka ini karena tingkat akseptabilitas Bobby Nasution lebih tinggi dibandingkan tingkat akseptabilitas Edy Rahmayadi, ini penjelasannya,” ujarnya. Namun LSI tidak bisa memastikan apakah popularitas Bobby akan tetap tinggi setelah Jokowi pensiun.

Adapun nama mantan Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah (Ijeck) menempati urutan ketiga dengan popularitas tertinggi di Sumatera Utara.

Pertarungan Edy Rahmayadi dan Bobby Nasution di Pilgubsu 2024: persaingan arus bawah melawan titipan pusat.

“Musa Rajekshah tingkat popularitasnya di angka 72,6 persen. Tingkat akseptabilitasnya atau kesukaan juga tinggi, bahkan melebihi Bobby Nasution, yaitu 84,8 persen,” katanya.

Djayadi menyebut nama lain yang juga meraih popularitas di atas 50 persen di Sumatera Utara ialah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dengan tingkat popularitas sebesar 71,2 persen dan kedisukaan sebesar 52,8 persen.

“Jadi orang Sumatera Utara kenal betul nih kenal sama Ahok. Nah, cuma memang tingkat kesukaannya lebih rendah dibanding tiga nama tadi,” tuturnya.

Survei LSI pada tanggal 7 Juli 2024 hingga 17 Juli 2024 itu dilakukan dengan populasi survei yang terdiri atas warga negara Indonesia di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki hak pilih dalam pemilu, yakni mereka yang berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei berlangsung.

Pengambilan sampel dengan metode multistage random sampling yang diikuti sebanyak 800 responden. Wawancara secara tatap muka dengan margin of error sekitar kurang lebih 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. (*)

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan