Partai Tarik Dukungan dari Aulia Rahman karena Tahu Tidak akan Menang, Ada Partai Kebingungan Sendiri
Nasib Aulia Rahman sungguh miris. Wakil walikota Medan ini sebenarnya begitu berambisi maju pada Pilkada 2024 dengan dukungan dari tiga partai, yakni PSI, Demokrat dan PKS. Belakangan, dua partai pertama telah menarik dukungan tepat sehari sebelum pendaftaran. Yang aneh justru PKS karena menjadi Partai Kebingungan Sendiri.
Ironisnya, partai yang terlebih dahulu menarik dukungan itu adalah PSI, tempat Aulia Rahman bernaung. Awalnya PSI yang pertama kali mencalonkan Aulia Rahman maju pada Pilkada Kota Medan. Tapi kemudian partai ini justru yang pertama kali menarik dukunganya dari wakil walikota Medan itu.
Rupanya PSI sadar bahwa peluang Aulia Rahman untuk menang sangat tipis karena elektabilitasnya rendah.
Melihat partainya sendiri menarik diri, Demokrat yang sebelumnya juga mendukung Aulia berpasangan dengan politisi PKS Hidayatullah, juga membatalkan dukungannya. Baik PSI maupun Demokrat mengalihkan dukungan mereka kepada Rico Waas dan Zakiyuddin Harahap, pasangan yang mendapat dukungan dari Nasdem, PAN dan Gerindra.
Dengan ditariknya dukungan oleh dua partai itu, maka tinggalkan PKS yang kebingungan sendiri. Partai ini seperti kehilangan identitas. Sudah ‘menjual diri’ kepada partai kecil, malah belakangan ia ditinggal sendiri.
Coba bayangkan, PKS rela merendahkan dirinya dengan mendukung kader dari PSI untuk maju sebagai calon walikota Medan. Padahal partai ini merupakan peraih suara kedua terbesar di Kota Medan. PKS memiliki 8 kursi di DPRD Medan, hanya satu kursi di bawah pemenang Pilkada, PDIP.
Semestinya PKS layak mengajukan calonnya sendiri. Tapi partai ini merasa tidak punya kepercayaan diri yang cukup. Yang terjadi, mereka malah mendukung Aulia Rahman, kandidat dari PSI yang sebenarnya tidak memiliki elektabilitas yang tinggi. PKS mengajukan politisi senior mereka, Hidayatullah untuk mendampingi Aulia Rahman.
“Sepertinya PKS sudah kehilangan orientasi politiknya. Mereka memiliki pendukung kedua terbesar di Medan, tapi tidak percaya diri mengajukan kandidat. Malah mendukung kader dari partai yang lebih kecil,” kata Rahimma, salah seorang pendukung fanatik PKS.
Kasus yang dialami PKS Medan ini, ujar Rahimma, ibarat seorang pekerja kebun yang memelas minta kerja. Setelah bekerja keras menjalankan tugasnya, kebun yang dibersihkan dikotori lagi oleh pemiliknya.
“Tentu saja itu sebuah penghinaan bagi PKS,” katanya. Oleh karena itu, Rahimma menjuluki PKS sebagai Partai Kebingunan Sendiri. Bingung karena begitu mudahnya mereka dipermainkan oleh partai kecil pendatang baru seperti PSI.
Belakangan, setelah PSI dan Demokrat tidak mau lagi mendukung Aulia Rahman-Hidayatullah, PKS pun terpaksa mengambil langkah yang sama. Partai ini kemudian memilih mendukung pasangan Hidayatullah – Yasir ridho yang terbentuk secara dadakan. Sungguh kasihan PKS..!