Kajianberita.com
Beranda Headline Petani Dairi Sampaikan Duka atas Wafatnya Faisal Basri, Perjuangan Melawan PT DPM Berlanjut

Petani Dairi Sampaikan Duka atas Wafatnya Faisal Basri, Perjuangan Melawan PT DPM Berlanjut

Aksi unjukrasa petani Dairi di Jakarta menentang kehadiran PT Dairi Prima Mineral yang merusak lingkungan di wilayah itu.

Duka atas kepergian ekonom Faisal Basri masih dirasakan keluarga dan sahabatnya. Takjiah hari ketiga yang dilaksanakan Sabtu malam 7 September sampai harus menggunakan aplikasi zoom karena banyaknya warga dari berbagai nusantara ingin bergabung mengirimkan doa kepada almarhum. Kelompok petani Dairi termasuk yang ikut dalam takjiah itu.

Pada kesempatan itu, pihak keluarga memberi waktu kepada perwakilan petani Dairi menyampaikan sambutannya. Tampil sebagai pembicara adalah Rainim boru Purba, 63 tahun, warga Desa Pandiangan, Lae Parira, Dairi, yang mengaku sangat terpukul atas kepergian Faisal Basri.

Melalui aplikasi zoom, Rainim Purba menyampaikan duka mendalam dari komunitas petani Dairi atas wafatnya ekonom tersebut.

Dairi adalah kota terakhir yang dikunjungi Faisal Basri dalam rangkaian perjalanannya membantu rakyat kecil. Ia diundang komunitas petani di sana untuk memberikan semangat melawan pencemaran lingkungan yang dilakukan perusahaan tambang PT Dairi Prima Mineral.

Faisal terbang dari Jakarta ke Medan pada Rabu 28 Agustus siang. Selanjutnya dari Bandara Kualanmu berangkat naik mobil Avanza menuju Dairi. Selama dua hari ia sempat berkumpul dengan komunitas petani di sana, sekaligus meninjau lokasi tambang yang dipersoalkan warga.

Di depan komunitas tani Dairi, Faisal menyampaikan pidato terkait ancaman usaha tambang terhadap lingkungan dan kehidupan petani.  Ia juga membeberkan kekacauan ekonomi Indonesia akibat usaha tambang yang tak terkendali. Paparan itu membuat petani Dairi kian bersemangat memperjuangkan hak mereka.

Di sela-sela kunjungannya ke Dairi itu, Faisal sempat menikmati pesta durian. Kebetulan saat itu musim durian sedang maraknya di Dairi. Beberapa petani yang berkumpul di acara itu merupakan pemilik kebun durian. Tak heran jika hanya durian terbaik yang disuguhkan di acara tersebut.

Faisal kembali ke Medan pada 30 Agustus sore dan menginap di Hotel JW Marriot satu malam. Saat berada di Medan, Sabtu 31 Agustus, ia sempat disambangi sahabatnya, Ahmady dan Irmansyah di Hotel JW Marriot. Kepada kedua sahabat itu, Faisal menceritakan kondisi kesehatannya terasa  menurun sepulang dari Dairi.

“Perjalanan naik mobil dari Medan ke Dairi pulang pergi selama 6 jam membuat saya tidak  nyaman karena selama perjalanan kaca mobil dibuka,” katanya.

Faisal Basri menikmati durian saat berkunjung ke Dairi untuk memberi dukungan bagi rakyat setempat melawan perusahan tambang yang merusak lingkungan

Saat berada di Medan, kondisi Faisal Basri terlihat sudah menunjukkan tanda -tanda kurang baik. Ia hampir saja terjatuh saat berjalan dari lift menuju restoran di dekat lobby hotel. Matanya agak kabur. Ia pun beberapa kali muntah saat makan di restoran.

Informasi dari pihak keluarga, Faisal sebelumnya pernah mengalami masalah diabetes. Ditambah lagi perjalanan mobil dalam suasana suhu dingin, membuat kesehatannya kian menurun.  Meski demikian, ia  tetap berupaya menjalani seluruh rangkaian perjalanan sesuai jadwal.

Saat di pesawat dalam perjalanan pulang dari Medan ke Jakarta, tubuh Faisal semakis lemas.  Ketika pesawat mendarat di Bandara Soekarno-Hatta pada Sabtu 31 Agustus pukul 19.00 wib, Ia terpaksa harus diangkut dengan kursi roda.

Sesampai di rumah, pihak keluarga sudah meminta Faisal memeriksakan diri ke rumah sakit. Tapi ia berupaya menolak. Pada Senin 1 September wajah Faisal semakin pucat sehingga keluarga langsung membawanya ke RS Mayapada, Kuningan Jakarta.

Hasil pemeriksaan menunjukkan jantung Faisal harus mendapat perawatan khusus. Adiknya Ramdan Malik mengatakan, rencananya Faisal menjalani operasi pemasangan ring. Namun saat hendak dikateter, ginjal dan gula darahnya tidak stabil sehingga Faisal harus dibawa ke ruang ICU.

Faisal menghembuskan nafas terakhir pukul 03.50 WIB, Kamis, 5 September  2024. Perginya ekonom UI itu membuat Indonesia berduka. Wajar saja, sebab semua orang mengenal Faisal sebagai sosok yang cerdas, tajam dan berani mengkritik siapa saja yang dianggapnya telah merusak negeri ini.

Jaringan pergaulanya sangat luas, baik itu di kalangan politisi, akademisi, aktivitis, petani dan seniman. Faisal juga dikenal dekat dengan kalangan wartawan.

Yang sangat disayangkan, kepergian ekonom itu sempat pula diwarnai hoax yang disebarkan orang tak bertanggungjawab. Beredar informasi di group whatApps bahwa jenazah Faisal akan diautopsi karena kematiannya tidak wajar. Namun semua kabar itu tegas dibantah oleh pihak keluarga.

“Abang wafat karena sakit yang dideritanya. Fakta medis mengatakan itu. Jadi mohon masyarakat jangan percaya kepada hoax yang beredar,” ujar Ramdan Malik.

Duka Petani Dairi

Duka mendalam kepegian ekonom itu tentu saja dirasakan  petani Dairi, pihak terakhir yang mengundang Faisal datang ke desa mereka.

“Sungguh, kami sangat bersedih atas kepergian Bapak Faisal Basri. Beliau orang yang sangat gigih membantu kami melawan kejahatan lingkungan yang dilakukan  PT Dairi Prima Mineral.  Sejak isu ini muncul, Beliau sangat aktif memberi dukungan kepada kami agar jangan mundur memperjuangkan hak. Kami sebenarnya berharap Beliau terus mendampingi kami sampai menang. Tapi takdir berkata lain,” ungkap Rainim Purba dengan penuh isak tangis saat menyampaikan perasaan melalui aplikasi zoom di takjiah malam ketiga.

Rainim Purba mengenal sosok Faisal Basri sejak ia dan rekan-rekannya melakukan aksi di Jakarta memprotes kehadiran PT Dairi Prima Mineral di Dairi. Di mata petani Dairi, operasional perusahaan itu sangat membayakan kehidupan warga. Selain menyebabkan kerusakan lingkungan, aktivitas tambang itu juga berpotensi menghadirkan bahaya ekstrem bagi warga desa.

Para petani Dairi telah berjuang sejak 2008 untuk menentang perusahaan itu. Hingga saat ini perjuangan mereka masih berjalan, sedangkan operasional perusahaan tak pernah berhenti.

PT Dairi Prima Mineral (DPM) mendapat Kontrak Karya dari pemerintah untuk mengelola lahan tambang seluas  24.636 ha di tiga wilayah yang berdekatan, yakni Dairi dan Pakpak Bharat (Sumatera Utara) serta Kabupaten Subulussalam (Aceh).

Tambang yang memproduksi seng dan timbal itu berpusat di Desa Longkotan, Kecamatan Silima Pungga Pungga, Dairi.  Mayoritas saham perusahaan  dimiliki investor asal China.

Sejak awal, kehadiran perusahaan itu telah mendapat penolakan warga lokal. Apalagi lokasi tambang terletak di wilayah rentan gempa, di patahan megathrust Sumatera dan dilalui oleh patahan Lae Renun, Angkola, dan Toba.

Sejak 2006 hingga 2011, PT DPM telah melakukan pemboran di 372 titik yang tersebar di desa Longkotan, Bongkaras. Proses pemboran itu telah mengakibatkan terjadinya kebocoran limbah hingga mencemari sawah dan aliran di Sungai Sikalombun. Limbah juga mencemari sumber air untuk irigasi sawah di Desa Bongkaras dan Tungtung Batu.

Warga sudah menyampaikan protes ke PT DPM dan memblokir jalan pemboran di Sikalombun, Desa Bongkaras. Namun dukungan penguasa yang begitu kuat kepada perusahaan itu membuat  warga desa tak berdaya.

Satu tangkapan layar lokasi proyek terowongan PT Dairi Prima Mineral yang dianggap dapat menimbulkan bencana maha dahsyat di Kabupaten Dairi.

Sejak beroperasinya perusahaan itu, berbagai masalah muncul mengitari kehidupan warga desa. Ada kasus air tercemar, kebocoran gas, pengrusakan lingkungan, turunnya produksi pertanian dan lainnya. Masalah yang bertubi-tubi itu membuat kemarahan warga memuncak sehingga memaksa mereka melakukan aksi hingga ke Jakarta.

Perlawanan warga semakin membesar sejak tahun 2020. Bahkan para petani Dairi rela naik bus ke Jakarta untuk  melakukan aksi di depan Kedutaan Besar China. Mereka juga melakukan konferensi Pers Internasional guna meminta peninjauan ulang izin tambang itu. Sebagian warga desa harus rela bolak-balik dari Dairi ke Jakarta untuk menghadiri sidang yang berlangsung di PTUN Jakarta.

Putusan PTUN sempat dimenangkan warga. Namun Kementerian ESDM mengajukan kasasi atas putusan itu ke Mahkamah Agung hingga akhirnya warga kembali dikalahkan.

Meski begitu, warga tak putus asa. Mereka mengadukan masalah itu ke Komnas HAM dan Komnas Perempuan. Warga juga menuntut Kementrian ESDM melakukan kajian analisis risiko bencana dan menyurati Ombudsman karena adanya tekanan yang diberikan kepada warga oleh Pemerintah Kabupaten Dairi dan kepolisian setempat.

Faisal sangat peduli dengan perjuangan petani Dairi itu karena ia memang kritis melihat setiap usaha tambang yang merugikan rakyat. Selain aktif di lingkup akademisi, Faisal juga banyak terlibat kerjasama dengan sejumlah NGO yang bergerak di isu tambang.

Ia kerap diminta tampil sebagai pembicara membahas kerusakan ekonomi akibat operasi tambang yang tidak terkendali. Tak heran jika Faisal sering berkeliling Indonesia membahas usaha tambang dalam perspektif ekonomi dan lingkungan. Sebelum ke Dairi, Faisal baru saja pulang dari Makassar dan Papua membahas isu tambang di wilayah itu.

Kasus tambang Dairi, menurut Faisal merupakan salah satu kasus yang sangat mengganggu keharmonisan warga desa. Ia mengaku akan terus berjuang bersama petani di sana untuk menghentikan aksi PT Dairi Prima Mineral.

Tidak disangka, Dairi adalah wilayah terakhir yang dikunjungi Faisal dalam perjalanannya memperjuangkan nasib rakyat. Kepergiannya membuat Indonesia kehilangan sosok yang kritis dan konsisten membela hak rakyat kecil. Faisal merupakan figur akademisi selalu berbicara berdasarkan fakta dan data.

Selamat jalan Bang Faisal. Semoga engkau mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT.

Ahmady

 

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan