Sejak dulu Luhut Binsar Panjaitan dikenal sebagai orang
dekat Jokowi. Ia mendapat banyak jabatan semasa pemerintahan Jokowi. Sampai saat
ini ia juga selalu membela keluarga Jokowi dari setiap kecaman public. Di mata Luhut, Jokowi adalah pemimpin yang paling
benar. Luhut Binsar Panjaitan, pasang badan untuk Gibran dan keluarga Jokowi
Tatkala mencuat kabar tuntutan sejumlah Jenderal purnawirawan yang meminta agar putra Jokowi, Gibran Rakabuming dicopot dari jabatan wakil presiden, Luhut berdiri paling depan untuk membelanya. Bahkan Ketua Dewan Ekonomi Nasional ini menyentil sejumlah purnawirawan yang meminta pergantian Wakil Presiden itu. Luhut menyebut mereka sebagai jenderal purnawirawan yang berperilaku kampungan.
"Ah itu apasih. Kita itu harus kompak, gitu aja sekarang. Ini keadaan dunia begini, ribut-ribut begitu kan kampungan itu," ujarnya di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin malam (6/5).
Luhut berpandangan, dalam situasi ekonomi dunia yang tidak stabil, yang dibutuhkan adalah kekompakan. Termasuk mendukung pemerintah menyelesaikan berbagai tantangannya.
"Kita harus fokus gimana mendukung pemerintahan dengan baik," imbuhnya.
Sebelumnya, permintaan agar Gibran dicopot dari jabatan Wapres datang dari Forum Purnawirawan Prajurit TNI. Usulan itu menjadi salah satu dari delapan poin yang diusulkan.
Pada forum tersebut terdapat sejumlah nama tokoh TNI yang cukup terkenal di masanya. Misalnya saja ada nama Wakil Presiden ke-6 RI, Try Sutrisno, Mantan Wakil Panglima ABRI Jenderal Purn Fachrul Razi, Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Jenderal (Purn) Tyasno Sudarto, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Mayjen TNI (purn) Sunarko, mantan Danjen Kopassus dan sejumlah jenderal kondang lainnya.
Para jenderal itu menilai Gibran memang sangat tidak layak untuk menjabat sebagai wakil presiden. Selain kemampuannya yang sangat tidak memadai, Gibran pun dinilai tidak banyak tahu soal masalah tatanan kebangsaan.
Gibran dikenal sosok yang takut berhadapan dengan mahasiswa di kampus. Ia selalu menolak jika diajak berdialog dengan para aktivis mahasiswa. Kalau ditanya wartawan, jawabannya selalu normatif dan mengambang ke sana ke mari.
Bahkan saat menayangkan rekaman video di youtube terkait bonus demografi yang ada di Indonesia, Gibran mendapat puluhan ribu tanda dislikedari masyarakat Indonesia. Sedangkan tanda like yang diterimanya relatif sedikit.
Belakangan para pendukung Jokowi diajak untuk beramai-ramai memberi tanda like pada video itu. Celakanya, jumlah yang like itu tidak sama dengan jumlah viewer, sehingga bisa dipastikan kalau tanda like itu adalah rekayasa hasil mobilisasi massa pendukung Jokowi.
Lucu, tentu saja. Tapi itulah kondisi di negeri ini. Gara-gara seorang anak kecil yang sebenarmya tidak cukup umur untuk menjadi pejabat negara, kekacuan terjadi di mana-mana.
Anehnya lagi, anak kecil itu kabarnya akan diplot untuk maju lagi pada Pilpres 2029 mendatang. Alamak…!