![]() | |
|
Masalah ijazah Joko Widodo sebagai alumni Fakultas Kehutanan UGM terus mengundang polemic. Kali ini bukan hanya persoalan ijazah saja yang mendapat sorotan orang, status Kasmujo sebagai dosen pembimbing Jokowi sewaktu mahasiswa juga ikut dibongkar. Ada banyak kejanggalan di situ.
Jokowi sendiri, dalam sebuah pertemuan di UGM pada Desember 2017, pernah menyebutkan bahwa Kasmujo adalah dosen pembimbingnya. Meski tidak menyebut secara langsung apakah pembimbing akademik atau pembimbing skripsi, tapi dari rangkaian ucapan Jokowi saat dialog di depan public, menunjukkan kalau Kasmujo adalah pembimbing skripsi.
“Beliau itu waktu membimbing saya, seingat saya galak sekali. Begitu maju dibentak, begitu maju dibentak. Tapi saya akhirnya bisa menyelesaikan skripsi saya di jurusan teknologi kayu,” kata Jokowi.
Pernyataan itu disampaikan Jokowi di depan Kasmujo yang hadir pada acara tersebut. Dan sekarang ini Kasmujo sudah pensiun dari status sebagai dosen.
Namun ada yang janggal dari status Kasmujo pada saat Jokowi masih kuliah di UGM. Betapa tidak, Kasmujo ternyata masih berstatus asisten dosen tahun 1980-1985. Sebagai asisten dosen, tentu ia belum bisa menjadi pembimbing skripsi atau pembimbing akademik.
Lebih aneh lagi, di dalam skripsi Jokowi -- yang oleh UGM disebut tesis – ternyata nama Kasmujo sama sekali tidak tertulis sebagai pembimbing, baik itu pembimbing skripsi maupun pembimbing akademik. Jokowi justru menyebut nama Prof Achmad Soemitro sebagai pembimbingnya.
Penulisan nama ini juga agak aneh, sebab dalam beberapa literatur, penulisan nama guru besar UGM itu harusnya adalah Achmad Sumitro, bukan Soemitro.
Di sini kejanggalan itu semakin mencuat. Sayangnya, Achmad Sumitro ini tidak bisa dimintai keterangan karena ia sudah meninggal dunia.
Kini hanya Kasmujo yang masih ada. Tak heran jika ia turut menjadi sasaran keheranan public, kok bisa-bisanya diakui sebagai pembimbing akademik Jokowi, padahal saat itu ia masih berstatus sebagai asisten dosen.
Dengan status sebagai asisten dosen di masa itu, berarti Kasmujo masih di bawah bimbingan dosen, belum bisa mandiri. Lantas kok bisa dianggap sebagai pembimbing skripsi mahasiswa atau pembimbing akademik?
Kejanggalan ini yang membuat Kasmujo ikut sebagai pihak yang digugat dalam rangka membongkar keaslian ijazah Jokowi. Ada kecurigaan kalau Kasmujo terlibat dalam permainan scenario ini. Kasmujo digugat karena ia dianggap ikut dalam konspirasi kebohongan di depan public.
Kasmujo sendiri cukup kelabakan mendengar kabar kalau ia termasuk salah satu pihak yang digugat. Bisa jadi Jokowi juga mengalami perasaan yang sama. Tadinya Jokowi berpikir bahwa masalah ijazah ini hanya menyangkut keaslian materi, tapi belakangan masalah Kasmujo juga ikut diburu.
Maka itu, pada 13 Mei lalu, Jokowi buru-buru mengunjungi rumah Kasmujo untuk berdialog membahas masalah gugatan tersebut. Bisa jadi itu sebagai pengkondisian agar Kasmujo tetap mengakui bahwa ia adalah pembimbing akademik Jokowi. Kalau saja Kasmujo slip bicara di pengadilan, pasti scenario akan berabe. Polri tidak akan bisa lagi berpihak kepada Jokowi.
Tapi Jokowi mengaku kalau kunjungannya ke rumah Kasmujo kala itu adalah dalam rangka memberi batuan hukum sebab Kasmujo ikut terseret dalam gugatan kasus ijazahnya. Bukan untuk pengkondisian scenario.
“Ya, saya mau menawarkan bantuan hukum kepada Bapak Kasmujo. Dia kan sudah tua,” kata Jokowi kepada media di Yogyakarta.
Apapun alasan dari pertemuan itu, yang jelas, masalah ijazah Jokowi semakin banyak menunjukkan kejanggalan. Kini ijazah itu sedang dalam penelitian forensic Bareskrim Polri. Tapi apakah Bareskrim bisa bersikap independen membongkar kasus ini?
Pasti banyak yang pesimis. Wajar saja, sebab Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo adalah orang yang dipromosikan Jokowi sejak awal. Tak heran jika selama Jokowi sebagai presiden, lembaga Polri selalu berada di bawah kendalinya. Sampai-sampai kepentingan politik Jokowi terus mendapat dukungan dari Polri.
Bahkan Polri dituding sebagai 'Partai Coklat' yang turut bermain mengamankan kepentingan penguasa.
Maka itu, sulit dipercaya kalau Forensik Digital Bareskrim juga akan bisa mengungkap secara tuntas kasus ini. Keperpihakan kepada Jokowi sulit terelakkan.
Kita harap, Kasmujo setidaknya mau bersikap jujur. Pengakuan jujur dari Kasmujo mudah-mudah bisa membongkar kejanggalan di balik kasus ijazah itu. ***