![]() |
Virus Covid-19 varian baru telah menewaskan sejumlah penderita |
Ancaman pandemi Covid-19 tampaknya bakal hadir lagi di sekitar kita. Beberapa negara sudah mengalaminya, seperti India, Pakistan dan Singapura. Lonjakan Covid-19 di negara itu berkembang pesat belakangan ini sehingga membuat negara itu harus melakukan antisipasi yang akurat.
Salah satunya di India yang kembali mengalami lonjakan kasus COVID-19 cukup tinggi. Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India melaporkan peningkatan signifikan, dengan 391 kasus baru dalam 24 jam terakhir per Sabtu, 7 Juni 2025. Jumlah kasus aktif kini mencapai 5.755 orang.
Dalam periode yang sama, empat pasien dilaporkan meninggal dunia akibat infeksi COVID-19. Seluruhnya diketahui memiliki penyakit penyerta (komorbid), seperti gangguan tiroid dan masalah pernapasan.
Lonjakan ini turut dipicu oleh munculnya sejumlah varian baru virus corona, antara lain LF.7, XFG, JN.1, dan subvarian NB.1.8.1. Warga yang terinfeksi umumnya mengeluhkan gejala pernapasan—mulai dari yang ringan hingga berat.
Dua pasien perempuan berusia 66 dan 50 tahun yang dirawat di Rumah Sakit Manipal Broadway menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan. Keduanya memiliki penyakit bawaan, sehingga harus mendapatkan penanganan intensif setelah terkonfirmasi positif COVID-19.
“Kami mendeteksi kasus ini setelah hampir satu tahun tidak ada temuan. Dengan adanya peningkatan kembali, kami merekomendasikan pengujian bagi pasien bergejala yang memiliki komorbid,” ujar ahli mikrobiologi Shelly Sharma Ganguly, dikutip dari Times of India, Minggu (8/6/2025).
Sebagai respons, sejumlah rumah sakit di India mulai melakukan pengujian kembali terhadap pasien yang menunjukkan gejala COVID-19. Fokus utamanya adalah pasien dengan gejala SARI (Severe Acute Respiratory Infection) dan ILI (Influenza Like Illness), terutama yang memiliki kondisi kesehatan tertentu.
“Pengujian ini penting untuk mengidentifikasi pasien dengan risiko tinggi. Bukan untuk menimbulkan kepanikan, tetapi langkah pencegahan,” jelas Partha Guchhait, ahli mikrobiologi dari Peerless Hospital.
Kendati demikian, tidak semua pasien mengalami gejala berat. Sebagian lainnya hanya menunjukkan keluhan ringan seperti demam ringan, pilek, batuk, dan sakit tenggorokan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar infeksi masih tergolong ringan, kewaspadaan tetap diperlukan—terutama bagi kelompok rentan dengan komorbiditas.
Karakter Varian baru
Subvarian COVID-19 baru, NB.1.8.1, belakangan ini mencuri perhatian karena menunjukkan penyebaran yang lebih luas. Sama seperti varian baru lainnya, NB.1.8.1 merupakan turunan dari keluarga Omicron. Data awal menunjukkan bahwa subvarian ini kemungkinan lebih mudah menular, meski sejauh ini tidak menyebabkan gejala yang lebih parah.
Menurut laporan Times of India, NB.1.8.1 muncul sebagai jalur baru virus SARS-CoV-2, penyebab COVID-19, dan termasuk dalam keluarga Omicron yang mendominasi beberapa gelombang sebelumnya.
Saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum menetapkannya sebagai "varian yang perlu diwaspadai". Namun, otoritas kesehatan terus memantau penyebarannya yang cepat dan kemungkinan dampaknya.
"NB.1.8.1 telah ditetapkan sebagai varian SARS-CoV-2 yang sedang dipantau (VUM) dengan proporsi yang meningkat secara global, sementara LP.8.1 mulai menurun," kata WHO dalam siaran pers minggu lalu.
Penting untuk dipahami bahwa penetapan sebagai Varian dalam Pemantauan (VUM) oleh WHO bukan berarti subvarian ini langsung menimbulkan ancaman. Label ini menandakan bahwa para ilmuwan sedang memperhatikan perubahan genetik yang mungkin memengaruhi seberapa cepat varian ini menyebar, tingkat keparahan penyakitnya, atau efektivitas vaksin dan perawatan yang ada. Namun, status ini masih sebatas langkah antisipasi, bukan alarm darurat.
Pada varian baru NB.1.8.1, para ahli kesehatan menemukan tanda-tanda penyebaran di berbagai belahan dunia. Meski demikian, gejala yang muncul sejauh ini belum menunjukkan bahwa penyakit yang disebabkan oleh subvarian ini lebih parah daripada sebelumnya.
Label “daftarbpantauan” (VUM) yang diberikan WHO pada NB.1.8.1 pada dasarnya mirip seperti daftar pantauan: status ini berarti varian tersebut belum terbukti menimbulkan risiko yang besar, tetapi para pejabat kesehatan tetap memerhatikannya untuk berjaga-jaga. Status ini merupakan bentuk kewaspadaan dini tapi belum menjadi alarm bahaya.Gejala COVID-19 yang perlu diwaspadai
Orang yang terinfeksi NB.1.8.1 telah melaporkan gejala yang mirip dengan subvarian Omicron lainnya. Gejala tersebut meliputi:
- Batuk terus menerus
- Sakit tenggorokan
- Kelelahan
- Sakit kepala
- Kehilangan selera makan
- Masalah gastrointestinal
- Penglihatan kabur
- Mual atau pusing
- Kesulitan berkonsentrasi
Menurut laporan terbaru, subvarian NB.1.8.1 memunculkan gejala unik yang disebut hipertermia tingkat rendah yang persisten. Gejala ini berbeda dengan demam karena melibatkan peningkatan suhu tubuh tanpa mengubah titik setel alami tubuh. Artinya, tubuh terasa lebih hangat dari biasanya, tetapi tidak selalu menunjukkan demam.
Meski infeksi akibat subvarian ini meningkat, sebagian besar kasus masih tergolong ringan. Otoritas kesehatan pun menekankan pentingnya mendapatkan vaksinasi terbaru, terutama bagi mereka yang rentan. Dosis penguat tetap direkomendasikan untuk membantu menekan risiko terjadinya gejala parah.
Meskipun dosis booster yang disesuaikan dengan varian Omicron masih mampu memberikan perlindungan terhadap gejala parah, temuan awal menunjukkan bahwa LF.7 dan NB.1.8 sedikit mengurangi efektivitas vaksin. Hal ini membuka kemungkinan perlunya pembaruan formulasi vaksin dalam waktu dekat.
Melacak pergerakan kedua subvarian ini juga bukan perkara mudah. Tidak seperti gelombang varian Alpha dan Delta yang punya penanda genetik khas dan gejala yang lebih parah, LF.7 dan NB.1.8 menyebar secara diam-diam dengan gejala ringan. Kondisi ini membuat upaya deteksi dini dan pelacakan kontak menjadi jauh lebih rumit.
Dokter spesialis penyakit menular dari Fakultas Kedokteran Universitas Case Western Reserve Amy Edwards memberikan rekomendasi sederhana untuk meminimalkan resiko terinfeksi varian baru virus penyebab COVID-19.
"Cuci tangan secara teratur, gunakan masker, dan tetaplah di rumah jika merasa sakit. Terapkan etika batuk dan bersin secara benar," katanya, dikutip dari Antara, 31 Mei 2025. ***