Posisi Bahlil sebagai Ketua Golkar Terancam, Muncul Desakan Munaslub, Istana Mendukung

Sebarkan:
Bahlil Lahadalia

Dinamika internal Partai Golkar kembali memanas menyusul menguatnya wacana Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub). Dorongan untuk mengganti ketua umum partai, Bahlil Lahadalia, makin terdengar nyaring, terutama dari kalangan yang menilai arah kepemimpinan partai sudah tak lagi mencerminkan kemandirian politik.

Sejumlah kader senior menilai posisi Bahlil kian sulit dipertahankan. Keterkaitannya yang terlalu erat dengan Joko Widodo, yang kini tak lagi menjabat presiden dipandang sebagai beban elektoral bagi Golkar.

Beberapa suara bahkan menyebut keberpihakan Bahlil pada Jokowi justru menghambat reposisi partai dalam peta kekuasaan yang baru. Selain isu loyalitas politik, sejumlah kebijakan Bahlil di pemerintahan juga dinilai memperburuk citra Golkar di mata publik.

Skandal pertambangan di Raja Ampat, kontroversi soal distribusi LPG 3 kilogram yang sempat melarang pengecer menjual, serta berbagai polemik lainnya, menjadi sorotan tajam yang mengusik kenyamanan sejumlah faksi dalam partai.

Kabar yang beredar menyebutkan bahwa sinyal restu pergantian pucuk pimpinan telah disampaikan secara langsung kepada Menteri ATR/Kepala BPN, Nusron Wahid. Sosok yang juga dikenal sebagai tokoh Golkar ini dikabarkan telah mendapat panggilan khusus ke Hambalang untuk membahas agenda pergantian.

Jika situasi terus bergulir seperti ini, Munaslub diperkirakan akan digelar sebelum akhir tahun, sebagai upaya penyelamatan arah politik Golkar di tengah tahun-tahun transisi kekuasaan nasional.

Nama Menteri ESDM Bahlil Lahadilia sudah menjadi sorotan sejak awal ketika ia menjabat sebagai ketua umum Golkar menggeser  Airlangga Hartarto. Adalah Presiden Joko Widodo alias Jokowi yang mengatur semua scenario itu. Jokowi mendorong Bahlil mengambil alih jabatan ketua partai agar ia bisa mengendalikan partai beringin itu.

Pasalnya, Bahlil lebih mudah dikontrol dan lebih patuh kepadanya. Apalagi latar belakang pendidikan Bahlil tidaklah Istimewa. Kemampuanya memimpin partai juga tidak teruji sehingga Jokowi berharap bisa menjadi sosok yang mempengaruhi partai itu.

Tapi para tokoh Golkar yang lain tentu tidak bodoh. Melihat Bahlil bagaikan sosok budak di mata Jokowi, maka Upaya menyingkirkan Bahlil terus dilakukan perlahan. Hingga akhirnya pada akhir Juli ini isu itu kian menguat.

Sosok Bahlil

Mengutip laman Kompaspedia, Bahlil Lahadilia lahir di Banda, Maluku pada 7 Agustus 1976. Ia anak kedua dari delapan bersaudara pasangan Lahadalia dan Nurdjani. Leluhur ayah Lahadalia berasal dari Sulawesi Tenggara. Mereka merantau ke Kepulauan Banda, Maluku Tengah. Sedangkan ibunya, Nurdjani berasal dari Banda Neira, salah satu pulau di Kepulauan Banda, Maluku Tengah, Maluku.

Bahlil kecil menghabiskan masa sekolah dasar hingga pendidikan tinggi di wilayah timur. Ia menempuh sekolah dasar di SD Negeri 1 Seram Timur, kemudian melanjutkan ke jenjang sekolah pertama di SMP Negeri 1 Seram Timur, Maluku.

Kemudian keluarganya pindah ke Fak-Fak, Papua Barat. Bahlil kemudian melanjutkan pendidikan di SMEA YAPIS Fakfak, Papua Barat. Lulus SMEA Bahlil berangkat ke Jayapura dan tinggal di asrama orang Fakfak. Di Jayapura, Bahlil mendaftar di Akademi Keuangan dan Perbankan (Akubank) kini menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Port Numbay.

Ia membiayai sendiri kuliahnya dengan menjadi sopir angkot. Ia juga menjadi kuli angkut dan kuli dorong di pasar. Di kampus ia aktif berorganisasi, pada semester lima Bahlil terpilih sebagai Ketua Senat Mahasiswa di era reformasi. Ia pernah terjun menjadi aktivis gerakan reformasi 1997-1998.

Ia juga aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang mengantarkannya ke posisi puncak sebagai Bendahara Umum PB HMI. Jadi Ketua Hipmi Namanya mulai sering wara-wiri di media massa nasional setelah menjadi Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) periode 2015-2019.

Saat menjabat sebagai Ketua Hipmi itulah, jejaringnya semakin meluas. Saat itu pula ia mulai berkecimpungan di perpolitikan nasional.

Bahlil dikenal sebagai orang dekat Joko Widodo (Jokowi). Pada Pilpres 2019, Bahlil yang kala itu masih menjabat sebagai Ketua HIPMI, bahkan memilih mendukung Jokowi ketimbang rekannya di HIPMI, Sandiaga Uno yang berpadangan dengan Prabowo Subianto.

Bahlil bersama rekan-rekannya mendirikan kelompok relawan untuk mendukung duet Joko Widodo -KH Ma’ruf Amin. Namanya Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas). Pendirian Repnas oleh Bahlil yang juga Direktur Penggalangan anak Muda Milenial dan Kepemudaan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf bertujuan untuk menangkal hoaks sekaligus pertanyaan-pertanyaan soal ekonomi, terutama dari kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Sebagai Ketua Hipmi, Bahlil kerap bertemu Presiden Jokowi saat menjabat presiden. Bahkan saat acara buka puasa HIPMI pada 26 Mei 2019, Jokowi meminta agar jajaran HIPMI tidak perlu kaget jika Bahlil nantinya terpilih menjadi seorang menteri.

Akhirnya Bahlil Lahadalia betul-betul masuk dalam Kabinet Indonesia Maju. Presiden Joko Widodo mempercayainya untuk menduduki jabatan Kepala BKPM yang juga setingkat menteri. Pada Pilpres 2024, Bahlil Lahadalia menjadi tim sukses pemenangan Prabowo-Gibran. Prabowo yang memenangi Pilpres kemudian menunjuk Bahlil sebagai Menteri ESDM.

Bahlil sebenarnya tidak punya pengaruh yang Istimewa di Golkar. Perjalanan politiknya di partai itu juga tidak jelas. Namun Jokowi tetap memaksa Bahlil tampil sebagai ketua dengan harapan partai itu kelak akan menjadi alat kekuasaan bagi Jokowi dan keluarganya.

Hal itu terbukti dengan berhasilnya keluarga Jokowi menaikkan anaknya Gibran sebagai wakil presidden dan menantunya Bobby nasution sebagai gubernur Sumut.

Namun setelah Jokowi tidak lagi menjabat, situasinya tentu sudah berbeda. Kalau Bahlil masih berkuasa, diyakini Golkar akan rusak karena Bahlil cenderung membawa Golkar menjadi milik keluarga Jokowi.  Oleh karena itu upaya mencampakkan Bahlil mulai gencar dilakukan. ***

Setelah berhasil membuang Bahlil, rencananya politisi partai Golkar juga akan menyingkirkan Luhut Binsar Pandjaitan dari jabatan Ketua Dewan Penasihat Partai, karena sosok ini juga tidak berbeda jauh dari Bahlil. **

 

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini