![]() |
Bobby Nasution bersama sejumlah wartawan saat bersilaturrahmi pada Senin (25/8/2025) |
Setelah dicecar sejumlah media terkait buruknya kepemimpinannya di Pemerintah Provinsi Sumut sejak dilantik Februari lalu, Gubernur Bobby Nasution mulai melakukan pendekatan dengan sejumlah media. Untuk pertama kalinya ia mengadakan silaturrahmi dengan pemimpin redaksi dari 104 media di Sumut. Tujuannya, untuk minta dukungan bagi suksesnya pembangunan di daerah ini.
Sejumlah pemimpin redaksi menyambut baik undangan itu. Beberapa dari mereka sempat berbicang akrab dengan Bobby mengenai hal-hal yang tidak penting.
Anehnya, tidak ada hal-hal yang menarik dibahas pada pertemuan itu. Sama sekali tidak ada pembahasan mengenai hal yang up to date, misalnya, mengenai tuduhan kacaunya sejumlah proyek Pemko Medan sewaktu masih ditangani Bobby saat menjabat walikota, atau kasus korupsi yang melibatkan Topan Ginting yang merupakan pejabat kepercayaan Bobby Nasution, atau bagaimana soal konspirasi Bobby dengan Muryanto Amin untuk mengendalikan kampus USU sehingga memaksa Rektor itu dipanggil KPK, atau juga soal sejumlah proyek mangkrak, dan sebagainya.
Begitu juga terkait penelitian lembaga MudaBicara ID, sebuah komunitas peneliti muda nasional yang menyebutkan Bobby sebagai gubernur terburuk di Indonesia. Sama sekali tidak ada pertanyaan mengenai hal ini untuk Bobby. Padahal public sangat menunggu bagaimana respon Bobby terkait isu tersebut.
Justru yang dibahas adalah hal-hal yang tidak terlalu penting. Misalnya soal peran pers dalam pembangunan, pentingnya kerjasama Pemerintah Daerah dengan pers, dan lainnya. Benar-benar seremonial yang isinya kosong. Tidak ada substansi yang bermakna di dalamnya.
Sejak awal terkesan kalau Dinas Informasi dan Komunikasi Sumut sengaja mengundang media yang selama ini bisa mereka ajak kerjasama untuk memberitakan hal positif tentang Pemerintah daerah. Dari sekitar 400 media cetak dan media digital yang ada di Sumut, hanya 104 media yang diundang.
Langkah Bobby yang mengadakan silaturrahmi dengan wartawan itu diyakini terkait dengan banyaknya pemberitaan negatif tentang pemerintahannya belakangan ini.
Misalnya, saat pejabat kepercayaan Topan Ginting diciduk KPK, media beramai-ramai mengaitkan kasus itu dengan kemungkinan adanya perintah darinya. Bahkan ada media yang melakukan investigasi mendalam tentang keterlibatan Bobby dalam korupsi proyek jalan itu.
Belakangan ini sejumlah media juga mulai mengurai kerjasama antara Bobby Nasution dengan Rektor USU Muryanto Amin terkait langkah yang mereka siapkan menjelang 2029. Bobby berharap bisa mendapat dukungan dari akademisi USU untuk maju lagi di Pilkada nanti. Tapi kuncinya, Muryanto berharap bisa mendapat dukungan kembali terpilih lagi sebagai rektor pada pemilihan 2025 ini.
Semua itu tentu membutuhkan biaya politik. Dan biaya politik ini yang mengharuskan adanya uang mengalir dari fee proyek jalan di Sumut kepada Muryanto Amin, hingga praktik busuk itu terendus KPK. Akhirnya Muryanto pun turut diperiksa sebagai salah seorang saksi.
Maraknya pemberitaan negatif tentang kepemimpinan Bobby di Pemerintahan Provinsi Sumut membuat menantu Jokowi itu gerah. Oleh karena itu iapun berupaya merangkul sejumlah media dengan harapan meminta dukungan.
Tentu saja langkah itu tidak mudah. Lagi pula istilah merangkul media di sini bukan berati Bobby bisa menjinakkan semua media agar tidak menulis keburukan system pemerintahannya. Bau busuk di Pemerintahan Bobby tetap isu menarik untuk disampaikan ke publik.
Meski demikian, Ketua PWI Sumut Farianda Putra Sinik menilai undangan silaturrahmi Gubernur Bobby Nasution itu cukup bagus dalam membangun hubungan antara Pemerintah Sumut dan kalangan jurnalis.
“Saya apresiasi pertemuan ini. Namun sikap kritis media tetap harus dijaga. Jika ada hal salah, tetap harus diberitakan. Memberitakan hal yang negatif itu bukan berarti karena tidak suka. Kritik pers justru bentuk kepedulian agar gubernur bisa melaksanakan tugas dengan baik,” katanya.
Maka itu, Farianda Putra Sinik juga mengkritik sikap Pemerintah Sumut yang hanya mengundang media dalam jumlah terbatas.
Diketahui, kebijakan Dinas Kominfo Sumut yang hanya mengundang 104 pemimpin redaksi menuai kritik. Silaturahmi yang digelar terbatas di Aula Tengku Rizal Nurdin, Medan, dinilai tak mencerminkan semangat keterbukaan karena yang dibahas justru hal-hal yang normatif. Sama sekali tidak ada dibahas mengenai isu-isu ter-up date di Sumut.
Pertemuan Bobby dan pimpinan redaksi media di Sumut berlangsung Senin pagi (25/8/2025) sekitar pukul 10.00 WIB dengan pengamanan ketat Satpol PP. Pimpinan media yang boleh masuk hanya yang diundang saja. ***