-->

Ssttt..!Ada Scenario agar Semua PTN di bawah Kendali Gibran, Bobby dan Muryanto Bermain di USU

Sebarkan:

Topan Ginting, Bobby Nasution dan Muryanto Amin dalam sebuah pertemuan di Kota Medan.
Pilkada dan Pemilu Presiden 2029 masih lama, tapi scenario untuk mengatur pesta demokrasi itu sudah dirancang sejak sekarang. Kelompok pendukung Gibran Rakabuming Raka termasuk yang aktif menyiapkan rencana itu. Tanpa banyak yang tahu, ternyata pada 17 Mei 2025, Gibran bersama Bobby Nasution , Opung Luhut Binsar Pandjaitan, Rektor USU Muryanto Amin, anggota DPR RI Sugiat Santoso, dan sejumlah figur lain mengadakan pertemuan rahasia di pinggiran Danau Toba membahas scenario tersebut.

Pertemuan itu bersamaan dengan kunjungan Gibran ke wilayah Tapanuli, Toba dan Simalungun. Gibran kala itu mendarat di Bandara Silangit Tapanuli Utara, tanpa singgah ke Medan. Iparnya Bobby Nasution dan Luhut Binsar Pandjaitan sudah menunggu di sana untuk ikut dalam pertemuan itu.   

Salah satu poin yang dibahas pada pertemuan itu adalah perlunya mengatur agar semua pimpinan perguruan tinggi Negeri (PTN) di Indonesia berada di bawah kendali wakil presiden Gibran Rakabuming Raka.

Oleh karena itu kubu Gibran harus bisa memastikan semua rektor PTN dan Majelis Wali Amanat – sebagai badan tertinggi di universitas -- merupakan orang-orang mereka. Dengan menguasai PTN, Gibran berharap akan mendapat dukungan dari kalangan akademisi untuk bersaing merebut kursi presiden RI pada Pilpres 2029 nanti.

USU menjadi salah satu target utama karena ada kepentingan Bobby Nasution di Pilkada 2029 di Sumatera Utara. Jika kepentingan Bobby sudah terpenuhi, tentunya menjalankan kepentingan Gibran akan lebih mudah.  

Setelah USU, kelompok itu juga akan mengatur agar pemilihan Rektor UI, Rektor UGM, Rektor Universitas Diponegoro, Universitas Padjajaran dan Universitas Airlangga berada di bawah kendali mereka.

Hal ini yang melatarbelakangi mengapa Rektor USU begitu tunduk dan patuh kepada Bobby Nasution. Tidak disangka, Muryanto Amin adalah salah satu motor dalam mendukung rencana Gibran maju pada Pemilu 2029. Mereka adalah bagian dari tim yang akan menggulingkan Prabowo.

Apalagi belakangan ini  ada tanda-tanda Prabowo terkesan kurang begitu tertarik untuk kembali menggandeng Gibran sebagai wakil presiden pada Pilpres mendatang. Maka pilihannya adalah, Gibran harus bisa bersaing merebut jabatan presiden, tidak lagi sebagai wakil presiden pada 2029.

Salah satu jembatan untuk mencapai ambisi itu adalah menguasai semua kampus berpengaruh di Indonesia. USU termasuk yang sangat penting karena ada kepentingan Bobby Nasution di daerah ini.

Untuk menjalankan misi itu, Muryanto Amin sebagai Rektor USU meminta suntikan dana yang cukup guna menguasai semua sistem di kampusnya sehingga ia bisa mengatur semua lini untuk diarahkan bagi kepentingan Bobby Nasution dan Gibran Rakabuming.

Muryanto sendiri sejak awal memang sudah punya hubungan sangat dekat dengan Bobby. Pada Pilkada Medan 2020, Muryanto bermain sebagai konsultan politik  Bobby untuk mendukung menantu Jokowi itu merebut jabatan walikota Medan.

Bergainingnya, Muryanto yang kala itu menjabat Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik USU, harus diangkat sebaga Rektor USU.

Dan benar saja, pada pemilihan November 2020, Muryanto Amin terpilih sebagai rektor mengungguli dua pesaing lainnya yang lebih senior. Jadilah Muryanto sebagai rektor PTN termuda di Indonesia.

Tak lama tampil sebagai rektor, Muryanto lantas memboyong semua pimpinan Fakultas di USU untuk tunduk dan berkhikmad kepada Bobby. Pertemuan berlangsung di Kantor Walikota Medan pada Mei 2021, tidak lama setelah Bobby dilantik sebagai walikota.

Muryanto kabarnya mengancam, jika ada pimpinan fakultas yang menolak, pasti akan dicopot dari jabatannya. Alhasil, semua pimpinan fakultas di USU manut. Mereka harus rela menjual martabat kampus untuk digadaikan kepada Bobby Nasution.

Alasannya halusnya dari pertemua itu adalah untuk membangun kerjasama harmonis antara akademisi dan pemerintah daerah. Tapi di balik semua itu adalah adanya kepentingan Bobby dan keluarga Jokowi untuk menguasai opini yang digalang dari para akademisi sehingga kepemimpinan mereka seakan mendapat pujian dari kalangan intelektual kampus.

Obsesi Muryanto kembali jadi Rektor

Sama seperti masa jabatan kepala daerah, masa jabatan rektor perguruan tinggi juga hanya lima tahun. Muryanto sendiri akan mengakhiri masa jabatannya pada November 2025 sehingga USU harus melakukan pemilihan rektor kembali.

Sejak awal Muryanto sudah menunjukkan obsesinya untuk memegang kembali jabatan itu. Oleh karena itu ia meminta dukungan dari Bobby agar bisa mengatur semua scenario sejak awal. Jika Muryanto tidak terpilih, maka semua scenario jelang 2029 yang sudah mereka susun akan gagal berjalan.

Muryanto sendiri sangat yakin bakal menang pada pemilihan nanti, sebab 112 anggota senat yang memiliki hak suara untuk memilih rektor, semuanya berada di bawah kendalinya. Sejak awal Muryanto sudah mengatur anggota senat ini agar tunduk kepadanya.

Peluang itu semakin menguat setelah pada pemilihan Majelis Wali Amanat (MWA) USU Juni lalu, Muryanto berhasil menempatkan Jenderal Pol (purn) Agus Andrianto sebagai ketua.  Semua itu adalah bagian dari scenario yang sudah diatur bersama Bobby Nasution.

Agus Andrianto sendiri adalah petinggi Polri yang merupakan orang dekat Jokowi. Mantan Wakil Kapolri yang kini menjabat Menteri Imograsi dan Lembaga Pemasyarakatan. Saat masih aktif di Mabes Polri,  Agus Andrianto adalah orang yang terlibat dalam mengatur scenario guna menggerakkan ‘Partai Coklat’  untuk memenangkan Bobby pada dua Pilkada, yakni Pilkada Medan 2020 dan Pilkada Gubernur Sumut 2024.

Berkat permainan partai coklat itu, sehingga Bobby menang di dua Pilkada tersebut. Agus Andrianto sangat mudah mengendalikan peran polri di Sumut karena ia cukup lama bertugas di daerah ini. Agus pernah menjabat Wakapolda Sumut dan kemudian Kapolda Sumut sebelum ia ditarik sebagai perwira tinggi di Mabes Polri.

Sejak awal Agus juga  memiliki kedekatan dengan Muryanto Amin karena mereka sama-sama menjalankan kepentingan untuk membela Bobby Nasution di ranah politik.  Kalau Agus bermain di tataran aparat keamana, maka Muryanto berperan sebagai konsultan politik.

Dengan naiknya Agus Andrinto sebagai Ketua MWA USU, bisa dipastikan kampus USU kini sepenuhnya berada di bawah kendali Bobby Nasution dan pendukung Gibran. Agus Andrianto terpilih sebagai Ketua MWA USU secara aklamasi, dan ia berhak menduduki jabatan itu sampai 2030 mendatang. Wali Amanat ini adalah gerbang terakhir yang memegang kendali untuk pemilihan Rektor.

Langkah selanjutnya yang harus dilakukan kubu Bobby Nasution adalah memastikan agar  Muryanto Amin kembali terpilih sebagai rektor USU lima tahun ke depan. Pemilihan akan berlangsung paling lambat Oktober 2025 ini.

Agar scenario berjalan mulus, maka kucuran dana harus mengalir dari Pemerintah provinsi Sumut kepada Muryanto Amin agar ia bisa mengendalikan suasana lapangan. Dana dari Pemprovsu itu nantinya  akan digunakan Muryanto untuk mengatur semua anggota senat agar berpihak kepadanya.

Siapa yang mengalirkan uang ke Muryanto Amin?

Di sinilah adanya peran Topan Ginting sebagai kepanjangan tangan Bobby Nasution di Pemerintah provinsi. Topan mendapatkan uang dari para kontraktor, dan kemudian sebagian dari uang itu mengalir ke Muryanto Amin.

Makanya jangan heran kalau komunikasi antara Topan Ginting dan Muryanto Amin berlangsung sangat intensif belakangan ini. Komunikasi ini yang menjadi salah satu landasan KPK untuk memeriksa Muryanto Amin dalam kasus korupsi proyek jalan yang ada di Sumut. (berlanjut)

Simak Berita lanjutnya:  Gerakan Senyap Mengalirnya Dana Proyek Jalan ke Kampus USU

 

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini