![]() |
Tiga calon kuat rektor USU, Muryanto Amin, Hasim Purba dan Johny Marpaung |
Ketujuh kandidat yang telah mendaftar adalah Prof. Muryanto Amin (sebagai petahana), Prof Dr Hasim Purba ( guru besar sekaligus ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum), Prof Dr Poppy Anjelissa Z Hsb.M.Si (Wakil Rektor III), Prof Isfenti Sadalia, SE M.S (Dekan Fakultas Vokasi), Dr. dr. Johny Marpaung. M.Ked(OG), Sp.OG(K) (Dosen Fakultas Kedokteran), Prof. Dr. Syahril Efendi S.Si., M.I.T (Dosen Fakultas MIPA), Prof. Dr. Eng. Himsar Ambarita, ST., MT (Wakil Guru Besar Fakultas Teknik), dan Prof. Dr. Ir. Noverita Sprinse Vinolina, M.P (Wakil Guru Besar Fakultas Pertanian).
Beberapa akademisi USU menilai, dari tujuh kandidat tersebut, kemungkinan yang serius untuk bersaing merebut posisi rektor hanya tiga orang. Sedangkan empat lagi diperkirakan cuma sebagai pelengkap saja. Bisa saja akan ada yang batal maju saat pengembalian formulir nanti.
“Dari tujuh kandidat itu, saya perkirakan ada dua kandidat yang hanya boneka Muryanto. Ini merupakan strategi untuk menggagalkan kandidat lain yang berpotensi menggulingkannya,” kata sumber tersebut.
Menurut sumber itu, strategi yang diterapkan Muryanto itu sudah terbaca sejak awal karena beberapa kandidat yang maju itu adalah bagian dari kelompok konspirasinya. Nantinya Muryanto akan mendorong agar dua koleganya itu masuk dalam kelompok tiga besar peraih suara terbanyak saat pemilihan di tingkat Senat Akademik.
Dari 112 senat akademik USU yang berhak memberikan suara untuk memilih tiga besar kandidat, sebagian besar dipastikan merupakan orang-orang binaan Muryanto Amin. Berkali-kali Muryanto mengingatkan anggota Senat Akademik itu agar tetap memberi dukungan kepadanya.
“Jadi sebenarnya sudah diatur sedemikian rupa sehingga tiga besar kandidat yang nantinya meraih suara di tingkat Senat akademik adalah orang Muryanto Amin. Setelah itu saat pemilihan di tingkat Majelis Wali Amanat, dua kandidat ini akan mundur sehingga Muryanto mulus melangkah kembali sebagai rektor kedua kalinya,” ujar dosen senior USU itu.
Dari 112 Senat Akademik USU, sumber itu memperkirakan, ada sekitar 98 orang yang merupakan boneka Muryanto Amin. Nantinya sebanyak 98 suara ini akan dibagi kepada tiga.
Misalnya, Muryanto akan mendapat 35 suara, lalu dua kandidat lainnya mendapatkan masing-masing 32 suara dan 31 suara.
“Ini strategi yang sudah disiapkan kelompok Muryanto. Dengan demikian saat ketiga nama itu diajukan ke Majelis Wali Amanat, yang terpilih semuanya adalah orang-orang yang merupakan boneka Muryanto. Pada akhirnya boneka itu akan tersingkir sehingga Muryanto kembali terpilih secara mutlak,” ujarnya.
Menurut dosen senior itu, Muryanto sengaja menerapkan strategi itu untuk menghalangi kandidat potensial lain yang masuk dalam tiga besar.
Adapun sosok yang sangat disegani Muryanto untuk menjegalnya adalah Prof Hasim Purba, yang merupakan guru besar Fakultas Hukum. Di samping itu ada pula sosok Dr. dr. Johny Marpaung. M.Ked(OG), dosen Fakultas Kedokteran yang juga Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (Sumut).
Muryanto sejak awal sudah berusaha menjegal agar dua nama ini tidak masuk dalam tiga besar. Terutama Hasim Purba, ia adalah dosen yang sangat produktif di USU.
Hasim dikenal sebagai sosok akademisi yang idealis dan dikenal memiliki pergaulan luas. Ia tidak mudah didikte oleh penguasa. Tokoh masyarakat Simalungun ini juga dikenal banyak terlibat dalam organisasi masyarakat sejak masih mahasiswa.
Kalau saja nama Hasim Purba masuk dalam tiga besar, maka impian Muryanto untuk membangun kekuatan politik bersama kelompok Pro Jokowi bisa saja pudar.
Jika nama Hasim Purba masuk tiga besar, kemungkinan sosok ini yang akan didukung Pemerintahan Prabowo karena ia merupakan dosen yang tidak memiliki cacat moral. Apalagi Hasim dikenal memiliki pemikiran yang cerdas tentang cara memajukan dunia pendidikan.
Berbeda dengan Muryanto yang kini menjadi sorotan setelah namanya dipanggil KPK untuk dimintai keterangan terkait aliran uang korupsi proyek jalan yang mengalir ke kantongnya.
Muryanto juga menjadi sorotan nasional karena telah menjual martabat kampus USU untuk tunduk dalam kendali kelompok Pro-Jokowi. Hal itu tidak mengherankan, sebab Muryanto adalah konsultan politik Bobby Nasution dalam dua Pilkada di daerah ini. Belum lagi kasus pencaplokan dua rumah dinas dosen untuk disatukan menjadi rumah dinasnya di kompek USU.
Saat ini Muryanto juga sedang membangun persekongkolan dengan kubu pro Jokowi lainnya untuk mendukung kembali Bobby terpilih sebagai gubernur Sumut pada Pilkada 2029. Ia juga disebut-sebut akan berperan mendukung kemenangan Gibran Rakabuming di Sumut pada Pemilu Presiden 2029 mendatang.
Sejak awal kelompok pro Jokowi ini memang telah merencanakan agar Gibran maju sebagai presiden, bukan lagi sebagai wakil presiden pada Pemilu 2029.
Itu sebabnya Bobby disebut-sebut memberi perintah kepada Topan Ginting – eks Kadis PUPR Sumut yang sudah ditahan KPK – untuk mengalirkan uang ke Muryanto sebagai modal money politic guna meraih suara terbanyak di pemilihan rektor USU.
Namun ketika masalah ini ditanyakan kepada Muryanto, ia selalu menghindar. Sejak namanya masuk dalam daftar pemeriksaan KPK, Muryanto tak mau memberi komentar kepada wartawan terkait masalah itu.
Kabarnya KPK akan segera melayangkan panggilan kedua dalam waktu dekat ini kepadanya. Tapi Muryanto sudah pula langkah cerdik untuk menghindari panggilan itu. Ia sudah menyiapkkan rencana untuk berangkat umroh sehingga punya alasan untuk tidak hadir pada pemanggilan kedua nanti. ***