Rapat paripurna DPRD Sumatera Utara yang berlangsung pada Selasa (17/9/2025) menyisakan kesan yang tidak
positif karena di forum itu terjadi debat sengit soal anggaran daerah yang
tidak transparan. Rapat yang membahas Rancangan Perubahan APBD 2025 berubah
menjadi panas setelah Gubernur Bobby Nasution berlagak arogan.Gubernur Bobby Nasution pada rapat paripurna bersama DPRD Sumut
Ia marah saat menanggapi tuduhan DPRD Sumut bahwa pengelolaan anggaran daerah tidak transparan. Bobby pun dianggap bersikap seperti anak-anak saat menanggapi kritik dari anggota dewan itu.
Tak heran jika Wakil Ketua Koalisi Pemerhati Indonesia Raya (KAPIR), Rahmad Situmorang, mengkritisi keras sikap gubernur itu. Ia menilai Bobby gagal menunjukkan sikap kenegarawanan.
"Prlaku Bobby dalam rapat itu sangat mengecewakan. Ketika dikritik soal pergeseran anggaran, bukannya memberi penjelasan yang masuk akal, malah terkesan defensif dan kekanak-kanakan. Ini bukan panggung sandiwara, ini forum resmi rakyat," tegas Rahmad.
Kritik juga datang dari Fraksi PDI Perjuangan dan Fraksi Gerindra. Anggota DPRD, Syahrul Efendi Siregar menyoroti pergeseran anggaran tahap pertama hingga ketujuh yang tidak pernah dijelaskan secara detail.
"Baru hari ini dijelaskan, setelah berkali-kali kami minta. Ke mana transparansi itu? Ini bukan uang pribadi, ini uang rakyat," ujar Syahrul.
Salah satu sorotan utama adalah pergeseran dana hibah sebesar Rp41 miliar dari Biro Kesejahteraan Rakyat ke Universitas Sumatera Utara (USU). Rahmad mempertanyakan logika prioritas anggaran tersebut.
"Kenapa anggaran koperasi Merah Putih yang nyata-nyata menyentuh ekonomi rakyat justru dikurangi, tapi Rp41 miliar dengan mudah digeser ke USU? Ada apa ini? Rakyat berhak tahu!" tegasnya. Padahal USU merupakan Lembaga yang mandiri.
Perguruan tinggi itu berada dalam naungan Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi yang anggarannya disediakan pusat. Semestinya anggaran daerah lebiih diprioritaskan untuk kepentingan rakyat, sebab USU sudah mendapat anggaran sendiri dari pusat.
Bobby sengaja mengalirkan dana Rp41 miliar untuk USU sebagai upayanya untuk mendukung kembali Muryanto terpilih sebagai rektor. Sebab Muryanto adalah konsultan politik Bobby. Muryanto dan juga Ketua Majelis wali Amanat USU, Agus Andrianto sudah memiliki rencana untuk mendukung kembali Bobby menang pada Pilkada 2029.
Makanya DPRD Sumut cukup sengit mencecar masalah pemberian anggaran untuk USU ini. Anehnya, Bobby bukan menjawab dengan bijak, malah ia membalikkan isu ke masalah lain.
“Masak yang itu dipertanyakan, sementara dewan diam terkai besarnya tunjangan yang didapatkan dari Pemda,” kata Bobby.
Karuan, jawaban Bobby ini membuat ruang sidang kian panas. Bobby dianggap hanya mengalihkan isu terkait topik yang dibahas.
Suasana sidang ini menggambarkan betapa hubungan Bobby dengan DPRD Sumut sedang tidak baik-baik saja. Bahkan dengan fraksi Gerindra sekalipun, ia tidak begitu dekat. Fraksi Gerindra termasuk yang tajam mengkritik Bobby.
Santer mencuat kabar bahwa Bobby sebenarnya sudah Bersiap-siap hengkang dari Gerindra manakala ia tidak lagi mendapat dukungan. Sudah pasti partai yang akan ditujunya nanti adalah PSI, karena partai itu sudah mengklaim sebagai bagian dari keluarga Jokowi, mertua Bobby.**