-->

Pemilihan Rektor USU (Bagian 2): Membaca Strategi Cerdik Muryanto agar Terpilih Lagi

Sebarkan:

Tanda-tanda adanya keberpihakan Senat Akademik USU kepada Muryanto sudah terlihat jelas dua pekan sebelum pemilihan rektor berlangsung. Berawal dari mencuatnya laporan kepada panitia tentang berbagai manipulasi yang terjadi di USU semasa kepemimpinan Muryanto Amin. Pelapor meminta agar Muryanto didiskualifikasi dari pemilihan rektor tersebut. 

Sejumlah anggota Senat Akademik USU awalnya cukup resah dengan laporan ini, apalagi pemberitaan buruk tentang kepemimpinan Muryanto begitu marak di sejumlah media nasional.

Alhasil, Ketua Senat Akademik, Budi Agustono memutuskan mengundang anggota Senat Akademik untuk menggelar rapat bersama di ruang Digital learning, kampus USU pada Jumat 12 September lalu.

Tapi pertemuan itu bukan untuk membuka tabir sejumlah kasus manipulasi yang terjadi, melainkan membungkam mulut anggota Senat Akademik agar tidak terpengaruh dengan kabar tersebut.

Alhasil, anggota senat dipaksa mendukung kesepakatan untuk tidak menggubris semua  laporan tentang keburukan Muryanto. Bahkan termasuk dalam kasus korupsi yang sedang ditangani KPK, Budi Agustono meminta seluruh anggota senat jangan sampai terpengaruh.

“Kita punya mekanisme sendiri dalam pemilihan rektor. Jangan sampai terpengaruh dengan pemberitaan media tentang Muryanto Amin,” ujar Budi Agustono pada pertemuan itu.

Budi yang merupakan guru besar sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU memang dikenal berada dalam barisan pendukung Muryanto. Tak heran ia menampik semua pemberitaan buruk apapun tentang rekannya itu.

Tentu saja tidak semua Senat Akademik sependapat dengan Budi Agustono. Ada beberapa yang diam-diam kecewa dengan sikapnya itu. Namun mereka tidak mau menampakkan diri untuk menghindari kekisruhan di ruang public.

Tapi harus diakui, jumlah Senat Akademik yang tidak sejalan dengan Muryanto ini jumlahnya relatif sedikit. Berdasarkan kalkulasi beberapa dosen senior yang disampaikan kepada Kajianberita.com,  dari 112 anggota Senat USU yang punya hak suara pemilihan tahap pertama, sekitar 98 orang merupakan pendukung utama Muryanto.

Dengan jumlah dukungan yang sangat dominan ini, Muryanto akan sangat mudah mengatur siasat agar ia tetap diunggulkan pada pemilihan di tingkat senat nanti. Bukan hanya mendapatkan suara terbanyak, Muryanto bahkan bisa saja mengatur strategi agar tiga besar calon rektor yang terpilih saat pemungutan di tingkat Senat Akademik adalah orang-orangnya.

Makanya, dari delapan calon rektor yang mendaftar yang bersaing pada pemilihan kali ini, setidaknya ada tiga calon yang disebut-sebut ‘boneka’ Muryanto. Boneka ini nantinya akan tetap mendapat suara signifikan sehingga berada pada posisi tiga besar.

Untuk lebih jelasnya, mari kita Simak delapan calon rektor yang sudah mendaftar ke panitia pemilihan:

  • Prof. Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum, Guru besar dan Ketua Program Magister Kenotariatan  
  • Dr. Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, CA, Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
  • Prof. Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, Rektor petahana
  • Prof. Dr. Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan, S.Si, Wakil Rektor III
  • Dr. dr. Johny Marpaung, M.Ked (OG), Sp.OG, Subsp-KFM, dosen Fakultas Kedokteran
  • Prof. Dr. Syahril Efendi, S.Si, MIT, guru besar FMIPA
  • Prof. Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, Dekan Fakultas Vokasi
  • Prof. Dr. Eng. Himsar Ambarita, S.T, M.T, guru besar Fakultas Teknik

Dari delapan kandidat itu, dosen senior USU selaku pengamat pemilihan rektor kali ini, kepada media ini menyebutkan bahwa ada tiga kandidat yang kemungkinan membangun koalisi. Mereka adalah Muryanto Amin selaku petahana, Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan,  Wakil Rektor III, dan Isfenti Sadalia, Dekan Fakultas Vokasi.

Ketiga dosen ini dikenal  bergabung dalam cyrcle yang sama selama bertugas di kampus USU. Jadi tidak mungkin ketiganya saling bersaing. Masuknya  Poppy Anjelisa dan Isfenti Sadalia sebagai calon rector justru dianggap untuk mengamankan posisi Muryanto.

Satu lagi kandidat lainnya,  Himsar Ambarita berpeluang masuk dalam barisan koalisi itu. Namun peluang Himsar untuk terpilih dipastikan sangat kecil karena faktor agama. Dari delapan calon rektor yang mendaftar, hanya Himsar yang non muslim.

Hal itu yang membuat peluangnya untuk terpilih sangat kecil, sebab dari 112 anggota Senat Akademik USU yang berhak memberikan suara, hanya sembilan yang non muslim. Tak bisa dibantah bahwa faktor agama juga akan menjadi pertimbangan bagi pemegang hak suara.  Makanya masuknya Himsar diperkirakan hanya penggembira demokrasi saja.

Inilah Strategi itu

Jika benar 98 suara dari 112 anggota Senat Akademi itu sudah berada dalam genggaman Muryanto Amin,  maka upayanya untuk memblok masuknya pesaing potensial akan bisa dilakukannya dengannya mudah. Caranya, Muryanto akan membagi suara itu kepada tiga kandidat saja, yakni kepada dirinya sebagai peraih suara terbanyak, dan dua lagi kepada calon rektor bonekanya.

Muryanto bisa jadi akan mendapatkan 35 suara. Sedangkan dua kandidat lain masing-masing mendapatkan 32 suara dan 31 suara. Poppy Anjelisa Zaitun dan Isfenti Sadalia adalah kandidat yang mendapat limpahan suara itu.  Dengan demikian, mereka bertiga akan masuk dalam tiga besar calon rector yang terpilih pada tingkat Senat Akademik.

Saat ketiga nama itu diajukan ke Majelis Wali Amanat, masalahnya akan lebih mudah sebab bisa saja dua kandidat itu akan mundur kemudian. Dengan demikian Muryanto adalah satu-satunya kandidat yang dipilih.

Atau kalaupun keduanya tetap maju pada pemilihan di tingkat Wali Amanat, diatur sedemikian rupa agar suara terbanyak tetap milik Muryanto.

Jadi, kalaupun Mendikti Saintek tidak setuju  dengan Muryanto, ia tidak akan bisa berbuat apapun. Pada akhirnya Muryanto kembali terpilih sebagai rektor.

Yang dikuatirkan Muryanto adalah jika ada kandidat pesaing potensialnya yang masuk dalam tiga besar pada pemilihan di tingkat Senat Akademik. Kalau nama sosok potensial itu masuk,  bisa jadi pemilihan di tingkat Majelis Wali Amanat (MWA) akan lebih ketat.

Katakannya suara Mendikti Saintek diberikan kepada sosok itu, maka nilai suara dari menteri itu akan setara dengan tujuh anggota MWA. Tentu cukup besar. Kandidat itu hanya butuh empat suara lagi dari anggota MWA lainya. Jika petinggi pusat sudah campur tangan, tentu tidak sulit untuk mendapatkan empat suara ini.

Kalau scenario ini yang terjadi, maka peluang Muryanto untuk menang akan lebih kecil. Jika ia gagal menjadi rektor, maka rencana politik besar yang sudah dirancang bersama pro Jokowi akan lenyap. Hal inilah yang akan dihindari Muryanto.

Lantas siapa saja kandidat rektor dari delapan kandidat itu yang menjadi ancaman bagi Muryanto jika masuk tiga besar? ( bersambung)

 

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini