Tahap pertama pemilihan rektor Universitas Sumatera Utara
(USU) telah tuntas. Pada Kamis (25/9/2025) Senat Akademik telah memilih tiga
besar kandidat rektor yang akan disampaikan ke tingkat pusat. Seperti yang
sudah ditebak, ketiga kandidat yang terpilih semuanya adalah kubu Muryanto
Amin. Sementara Muryanto Amin yang
merupakan rektor petahana, mendapat dukungan suara paling besar. Hasil akhir pemilihan rektor USU di tingkat Senat Akademik
Dari perhitungan suara akhir pemilihan itu, Prof. Muryanto Amin mendapatkan 53 suara, disusul Prof. Poppy Anjelisa sebanyak 18 suara dan di pososi ketiga ada Prof. Isfenti Sadalia dengan 16 suara.
Sementara sosok kandidat rektor progresif justru mendapatkan suara lebih minim. Prof Hasim Purba yang disebut-sebut sebagai kandidat kuat mengalahkan Muryanto justru hanya mendapat dua suara. Begitu juga Johny Marpaung yang mendapatkan 9 suara. Malah ada kandidat yang sama sekali tidak mendapatkan suara.
Dengan demikian, nama tiga kandidat yang memperoleh suara terbesar, yaitu Muryanto Amin, Poppy Anjelisa dan Isfenti akan dibawa ke Jakarta untuk mengikuti pemilihan tahap akhir di tingkat Majelis Wali Amanat pada 2 Oktober mendatang.
Terbaca sejak awal
Sejak awal, analisisi Kajianberita.com telah menyebutkan kalau calon rektor Poppy dan Isfenty pada dasarnya berada dalam kubu yang dikomandoi Muryanto Amin. Muryanto sengaja membangun kubu itu untuk menguasai tiga besar posisi calon rektor karena ia mampu mengendalikan 112 suara Senat Akademik selaku pemegang hak suara.
Sejak awal Muryanto mewanti- wanti agar dua nama yang ia takuti, yakni Hasim Purba dan Johny Marpaung jangan sampai masuk dalam posisi tiga besar itu. Kalau saja salah satu dari dua nama itu masuk, maka peluang Muryanto menang di tingkat pusat akan sangat tipis sebab sudah beredar kabar kalau namanya tidak disukai pusat.
Oleh karena itu Muryanto sengaja membagi 112 suara itu agar menyebar lebih besar kepada tiga kandidat saja, yakni kepada dirinya dan kepada Poppy serta Isfenti. Langkah itu terbukti berhasil. Dengan demikian akan lebih mudah bagi Muryanto mengatur strategi pada pemilihan tahap kedua nanti.
Namanya akan menjadi pilihan utama, sebab Poppy dan Isfenti tidak akan ngotot bermain di tingkat majelis amanat. Tugas mereka hanya mendampingi nama Muryanto masuk dalam tiga besar.
Citra Muryanto sendiri sudah cukup buruk di tingkat pusat karena selama menjabat rektor USU periode 20120-2025, ia terlalu banyak melakukan manuver politik. Muryanto bukannya membangun kampus agar lebih maju, tapi lebih cenderung memanfaatkan kampus untuk mendekat kepada penguasa.
Muryanto adalah konsultan politik Gubernur Bobby Nasution. Ia juga berkoalisi dengan Agus Andrianto -- mantan Wakapolri yang kini menjabat Menteri Imigrasi dan Lembaga Pemasyarakatan – untuk menyiapkan terpilihnya kembali Bobby pada Pilkada 2029. Agus Andrianto sendiri saat ini juga menjabat Ketua Majelis wali Amanat USU.
Investigasi media ini menyebutkan bahwa tiga kelompok ini, yakni Bobby, Muryanto dan Agus Andrianto, berencana membangun kembali kejayaan kubu Pro Jokowi pada Pemilu 2029. Oleh karena itu bukan rahasia lagi kalau Bobby bermain dibelakang untuk mendukung terpilihnya kembali Muryanto sebagai rektor.
Bobby dan Agus Andrianto nantinya akan ikut memberikan suara pada pemilihan di tingkat Majelis Wali Amanat (MWA) untuk memilih 1 dari tiga nama yang akan dipilih sebagai rektor. Dari 21 pemilik suara di tingkat MWA, sebagian besar dipastikan bakal memilih kembali Muryanto sebagai rektor sebab sejak awal anggota MWA itu merupakan pilihan Bobby, Agus dan Muryanto.
“Jadi memang pemilihan rektor kali ini sudah diatur sejak awal agar Muryanto kembali terpilih. Maka itu, calon progressif sejak awal harus dihalang agar jangan sampai masuk tiga besar,” kata sumber Kajian Berita yang merupakan dosen senior di USU.
Dari 21 pemilik suara di tingkat MWA, ada satu suara Istimewa yaitu milik Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi yang nilainya 35 persen. Kemungkinan besar suara itu tidak akan diberikan kepada Muryanto karena cacat citra yang dimiliki rektor USU ini.
Namun betapapun besarnya nilai suara Menteri itu tetap tidak akan berarti apa-apa, sebab hampir semua anggota MWA lainnya bakal memberikan suara untuk Muryanto sehingga sulit membendung anak mud aini untuk kembali duduk sebagai rektor USU.
Adapun Isfenti dan Poppy hanya sebagai pelangkap saja di tingkat pemilihan MWA. Mereka diyakini tidak akan bisa mengalahkan Muryanto sebab sejak awal kehadiran mereka hanya untuk menguasai posisi tiga besar guna menghalangi naiknya Hasim Purba dan Johny Marpaung.
Meski tidak akan terpilih sebagai rektor, Isfenti dan Poppy tetap akan mendapatkan jabatan Istimewa dalam kepemimpinan Muryanto periode kedua nanti. Setidaknya jabatan pembantu rektor atau dekan tetap akan diberikan kepada mereka.
Kasus Korupsi Berjalan
Dengan hasil yang diperoleh di tingkat Senat Akademik itu, sulit untuk menghalangi Muryanto untuk kembali menjabat sebagai rektor USU. Namun bukan berarti ia bisa bersenang senang dengan jabatan itu. Pasalnya, kasus korupsi yang melibatkan dirinya masih didalami oleh KPK.
Dalam waktu dekat KPK akan memanggil kembali Muryanto untuk menjalani pemeriksaan karena ia diduga menerima aliran dana korupsi proyek jalan di Sumut yang diberikan oleh Topan Ginting, mantan Kepala Dinas PUPR Sumut yang kini sudah mendekam di tahan KPK sebagai tersangka.
Mencuat kabar kalau Topan mengalirkan uang itu atas perintah Bobby sebagai modal bagi Muryanto untuk memenangkan pemilihan rektor USU. Maka itu, aroma politik uang sempat menghangat pada pemilihan rektor kali ini.
Meski demikian, Senat Akademik USU yang sebagian besar adalah orang-orang yang berada di bawah kendali Muryanto menolak mengakui adanya indikasi permainan busuk itu. Mereka tetap mendukung Muryanto, meski kenyataannya kualitas USU menurun tajam semasa kepemimpinannnya. ***