![]() |
Aksi mahasiswa USU mendukung pemeriksaan Irjen Kemendiktisaintek dan meminta Muryanto Amin mundur dari rektor. Aksi ini mendapat tekanan dari pihak rektorat karena dianggap mempermalukan kampus. |
Bertepatan dengan kehadiran Tim inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Irjen Kemendiktisaintek) yang sedang melakukan pemeriksaan terhadap berbagai manipulasi di kampus USU Medan, sekelompok mahasiswa mengambil peluang untuk melakukan aksi unjukrasa pada kesempatan itu. Mereka mendukung langkah pemeriksaan itu dan meminta pemilihan rektor harus diulang.
Aksi mahasiswa itu tergolong cukup mengejutkan. Sebab sudah menjadi rahasia di kalangan kampus, sejak kepemimpinan Rektor Muryanto Amin, ruang gerak mahasiswa USU untuk menyampaikan aspirasi sangat dibatasi.
Suara kritikan terhadap kampus sangat dilarang. Begitu juga suara kritikan kepada Pemerintah Sumut yang dipimpin Bobby Nasution.
Makanya, ketika mencuat aksi sekelompok mahasiswa di halaman Biro Rektorat Universitas Sumatera Utara (USU), Senin (13/10/2025), pihak pimpinan kampus sempat kelabakan. Mereka tidak menyangka masih ada kelompok mahasiswa yang berani melakukan kritik secara internal.
Wakil Rektor I USU, Edy Ikhsan yang dikenal sebagai salah satu pendukung utama Muryanto Amin buru-buru langsung turun dari ruang kerjanya untuk meminta mahasiswa membubarkan diri dengan alasan aksi tersebut mempermalukan nama baik universitas. Edy Ikhsan juga meminta bantuan tim keamanan kampus untuk membubarkan aksi itu.
“Jangan kalian permalukan kampus sendiri,” kata Edy Ikhsan kepada mereka.
Ucapan itu menunjukkan bahwa mahasiswa tidak boleh mengkritik kampusnya sendiri. Seburuk apapun manajemen kampus, mahasiswa harus bungkam.
Tradisi membungkam suara mahasiswa itu memang sangat popular di masa kepemimpinan Muryanto Amin. Mahasiswa yang dianggap vocal mengkritik kampus bisa dikenakan sanksi. Mahasiswa juga dilarang campur tangan mengurus soal pemilihan rektor yang sempat mendapat kritikan dari Pemerintah pusat karena adanya indikasi kecurangan.
Namun meski dihambat, sejumlah mahasiswa tetap berorasi menyampaikan aspirasi mereka. Aksi mereka tidak berlangsung lama karena pihak rektorat semakin banyak mengerahkan aparat keamanan.
Jika terus bertahan, aksi kekerasan bakal terjadi. Apalagi Edy Ikhsan meminta petugas keamanan bertindak tegas terhadap mahasiswa itu.Meski demikian tujuan aksi itu sudah tersampaikan.
Sekitar 30 mahasiswa yang melakukan aksi itu menamakan kelompok mereka Aliansi Mahasiswa Peduli Kampus – Gerakan Mahasiswa Menggugat (AMPK–GMM). Mereka mendukung langkah Kemendiktisaintek yang mengusut berbagai manipulasi yang terjadi di kampus USU, mulai dari masalah pengelolaan asset, pengeloalaan keuangan, tuduhan keterlibatan rektor dalam kasus korupsi, hingga masalah kecurangan pada pemilihan rektor beberapa waktu lalu.
Koordinator aksi, Aldo berharap tim Irjen Kemendiktisaintek mengusut tuntas semua masalah itu. Mereka juga berharap suara mahasiswa di kampus itu bisa dihargai sehingga hak mereka untuk menyampaikan aspirasi tetap diberikan.
"Usut dan benahi USU agar menjadi kampus yang bebas dari intrik dan kepentingan politik. Lakukan audit keuangan dan ulang pemilihan rektor yang lebih jujur dan demokratis," tegas Aldo dalam orasinya.
Terkait dengan pemilihan rektor, Aldo dan kawan-kawannya berharap proses pemilihan sebaiknya diulang dari awal karena indikasi kecurangan begitu kuat.
Muryanto Amin menjadi sosotan utama dalam proses pemilihan rektor itu karena ialah aktor utama di balik kecurangan yang terjadi. Muryanto Amin begitu ngotot agar ia kembali terpilih sebagai rektor.
Sebagaimana diberitakan media ini sebelumnya, Tim Irjen kemendiktisaintek sedang berada di Medan untuk menelusuri berbagai manipulasi yang terjadi di kampus USU sebagaimana diadukan masyarakat kepada mereka.
Kehadiran mereka menindaklanjuti terbongkar indikasi kecurangan pada pemilihan rektor beberapa waktu lalu. Tim itu akan mengusut lagi dari awal tentang proses pemilihan Senat Akademik dan proses pemilihan Majelis Wali Amanat yang kesemuanya merupakan orang-orang yang pro Muryanto Amin.
Tidak bisa dibantah, USU mengalami banyak kemunduran di masa kepemimpinan Muryanto Amin. Rangking kampus melorot tajam sehingga tidak lagi yang terbaik di Sumatera.
Dalam daftar rangking versi webometrics 2025 yang belum lama ini diterbitkan, posisi USU berada pada urutan 18 nasional, berada di bawah Universitas Syiah Kuala, Universitas Lampung dan juga Universitas Riau.
Sementara dalam pemeringkatan Times Higher Education World University Rankings (THE WUR) 2026 yang disampaikan pada pekan kedua Oktober 2025, USU berada di peringkat 23 dari 27 kampus negeri yang diteliti.
Posisi ini menunjukan betapa kepemimpinan Muryanto Amin telah membuat USU terus jeblok sejak ia menjabat Rektor pada 2020. Muryanto dianggap lebih banyak memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan politik dan bisnis. Ia sibuk berkutat membantu kepentingan Bobby Nasution dan kubu Pro Jokowi ketimbang mengurus kampus.
Yang lebih parah lagi, karya penelitian akademisi USU mendapat predikat red flag alias kurang dipercaya oleh sejumlah jurnal. Reputasi integritas riset akademisi USU menurun setelah kampus ini masuk zona merah dalam Research Integrity Risk Index (RI²) 2025.
Selain itu, kasus self-plagiarism di kampus ini juga turut mengurangi kepercayaan terhadap karya penelitiannya. USU termasuk salah satu dari empat perguruan tinggi di Indonesia yang masuk kategori zona merah dalam laporan riset integritas tahunan.
Sangat aneh kalau keburukan ini tidak boleh dikritisi. Pihak rektorat USU sampai-sampai melarang mahasiswanya mengkritik kampus karena dianggap mempermalukan diri sendiri. Beginilah rusaknya USU di masa rezim Muryanto Amin.
Mereka sepertinya menginginkan kebusukan itu dipendam dan dibiarkan, sehingga mereka bisa mengelola kampus dengan seenaknya saja tanpa ada yang mengusik. **