-->

Bobby Sebut Harga Emas Penyebab Inflasi di Sumut, Woi..Sejak Kapan Emas Bisa Dimakan?

Sebarkan:

 

Gubernur Bobby Nasution, sebut inflasi di Sumut karena kenaikan harga emas. Ah....kok bisa ya.

Ada-ada saja pernyataan Bobby Nasution ini. Saat ditanya soal penyebab utama terjadinya inflasi di Sumut, menantu Jokowi ini dengan seenaknya menyebut kenaikan harga emas menjadi salah satu penyebab utama terjadinya inflasi di Sumut. 

"Faktor harga emas merupakan salah satu pemicu utama terjadinya inflasi di Sumut," katanya kepada wartawan yang mewawancarainya. Video pernyataan Bobby itu sempat viral di media sosial.

Pernyataan ini tentu saja mengundang geli banyak orang sebab dalam system pemantauan inflasi di Indonesia, yang menjadi tolak ukur adalah bahan makanan. Tidak pernah sejarahnya emas  jadi alat ukur dalam menilai tingkat inflasi di daerah.

Lagi pula harga emas di Indonesia relatif sama. Kenaikan harga emas di Sumut akan sama dengan harga emas di daerah lain. Kalau inflasi di Sumut disebabkan oleh emas, maka seharusnya inflasi yang sama terjadi di daerah lain.  Aneh sekali, Bobby sama sekali tidak paham mengenai masalah ini..!

Dalam memantau inflasi di suatu daerah, BPS sama sekali tidak pernah menjadikan emas sebagai alat ukuranya. Inflasi hanya diukur berdasarkan kebutuhan makanan pokok, seperti harga, bawang, beras, gula dan berbagai kebutuhan makanan lainnya.

“Ukuran inflasi itu biasanya dilihat dari sembilan bahan pokok untuk kehidupan sehari-hari,” kata Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS)  Amalia Adininggar Widyasanti.

Dari pemantauan BPS selama ini, yang paling sering menjadi penyebab inflasi di daerah adalah kenaikan bahan pokok seperti  cabai rawit, cabai merah, dan gula. 

Emas tidak pernah dijadikan tolak ukur untuk melihat inflasi di daerah, sebab emas bukan makanan. Emas hanya alat investasi bagi orang yang punya uang lebih. Kenaikan harga emas tidak pernah mempengaruhi harga bahan makanan.

Maka itu, pernyataan Bobby yang mengatakan inflasi di Sumut disebabkan kenaikan harga emas, tentu saja membuat banyak orang tertawa geli.

“Sangat mengherankan, masak seorang gubernur tidak paham penyebab inflasi. Kok bisa-bisanya kenaikan harga emas disebut sebagai penyebab inflasi. Sejak kapan emas bisa dimakan? Memangnya kalau harga emas naik, orang-orang sulit membeli makanan?” ujar Rizal Sahputra, salah seorang pengamat ekonomi pasar di Kota Medan.

Menurutnya, penyebab utama inflasi itu adalah distribusi bahan makanan pokok yang tidak berjalan baik sehingga ada kelangkaan bahan makanan di beberapa tempat. Kelangkaan ini yang menyebabkan kenaikan harga.

Kelangkaan bisa juga disebabkan gagal produksi sehingga stok bahan makanan kurang di pasaran sehingga membuat harga melambung.

“Makanya kepala daerah harus mengawasi distribusi makanan dengan baik melalui Tim Penanggulangan Inflasi (TPID) yang sudah ada di semua daerah. Gubernur sangat bertanggungjawab memberdayakan tim ini. Sayang sekali kalau Bobby tidak paham masalah ini. Wajar jika TPID di Sumut kurang diberdayakan karena pengetahuan gubernurnya juga seperti itu,” kata Rizal.

Inflasi merupakan situasi di mana terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus. Dampaknya, nominal uang yang dikeluarkan meski sama tidak bisa membeli barang dengan jumlah yang sama seperti sebelumnya. 

Inflasi yang tinggi membuat daya beli masyarakat semakin menurun. Oleh karena itu kewajiban bagi setiap daerah mengawasi terjadinya inflasi ini.

Kementerian Dalam Negeri baru-baru ini memaparkan kondisi inflasi di sejumlah provinsi dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi pada Senin (6/10/2025), di Jakarta Pusat. Dari data Kemendagri, Sumatra Utara jadi provinsi dengan nilai inflasi tertinggi pada 2025 yaitu 5,32 persen.

Di bawah Sumut, ada Provinsi Riau dengan tingkat inflasi 5,08 persen, lalu Aceh yang tingkat inflasinya 4,45 persen, Sumatra Barat tingkat inflasi 4,22 persen, Sulawesi Tengah 3,88 persen, Jambi 3,77 persen, Sulawesi Tenggara 3,68 persen, dan Papua Pegunungan mencapai 3,55 persen.

Pemaparan data tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kemendagri, Tomsi Tohir. Pada kesempatan itu, Tohir juga mengingatkan Gubernur Bobby akan memperhatikan masalah inflasi di Sumut ini. Kalau terus dibiarkan pasti bakal membuat daya beli masyarakat Sumut terhadap bahan makanan akan menurun.

“Kalau inflasi sudah mencapai 5,32 persen, pasti masyarakat sudah mengeluh soal hartga bahan makanan,” kata Tohir. Sayangnya, Bobby kurang paham masalah ini sehingga ia tidak tahu kondisi pasar. 

Daerah di Sumut yang mengalami inflasi tertinggi adalah  Kabupaten Deli Serdang dengan tingkat inflasi 6,81 persen. Angka inflasi cukup tinggi itu turut dirasakan dampaknya oleh masyarakat.

"Masalahnya hanya sedikit provinsi, kota dan kabupaten yang inflasinya tinggi. Kok bisa Sumut mengalami kenaikan yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, Pemda yang wilayahnya masuk kategori merah-merah ini, harus bekerja keras Kenapa? Karena yang lain bisa (menurunkan tingkat inflasi)," kata Tomsi.

Bobby kemudian mengakui kelemahan ini. Ia pun  berjanji akan mencari langkah pemecahan untuk menurunkan inflasi itu.

Masalahnya, Bobby sendiri ternyata tidak tahu apa yang menjadi penyebab terjadinya inflasi itu. Sampai-sampai ia dengan lantang menyebutkan kalau inflasi di Sumut terjadi karena kenaikan harga emas.

Aneh-aneh saja gubernur yang satu ini. Ia terlihat tak tahu kondisi pasar dan tak tahu parameter yang digunakan BPS dalam menilai inflasi. Kok bisa-bisanya harga emas dikatakan penyebab inflasi di Sumut. 

Jangan-jangan lain kali ia bisa mengatakan inflasi karena kenaikan harga mobil, kenaikan harga saham dan sebagainya. Memang aneh. Dasar karbitan..! ***

 

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini