![]() |
| Tim SAR berupaya menyelamatkan warga yang rumahnya terkena banjir di Desa Sibuluan, Tapanuli Tengah |
Sebagai buktinya, pada hari ini Selasa 25 November 2025, bencana banjir telah melanda Sebagian wilayah Tapanuli Tengah. Ribuan rumah warga terendam banjir setelah hujan deras tanpa henti mengguyur wilayah itu selama beberapa hari terakhir.
Curah hujan ekstrem yang berlangsung beruntun dalam beberapa minggu belakangan menyebabkan air meluap dan menenggelamkan permukiman hingga mencapai ketinggian tiga meter di sejumlah titik.
Banjir pertama kali menerjang sekitar pukul 03.00 WIB dini hari. Warga yang sedang tertidur terpaksa bergegas menyelamatkan barang-barang seadanya ketika air tiba-tiba naik dengan cepat. Hingga siang hari, debit air bukan menurun, tetapi justru terus bertambah.
Di ruas Jalan Lintas Sumatera, ketinggian air mencapai 1,5 meter, sehingga akses transportasi lumpuh total. Sejumlah kendaraan dilaporkan terjebak, sementara sebagian pengendara memilih memutar balik karena arus air yang deras dan membahayakan.
Sejumlah warga mengaku bahwa banjir kali ini merupakan yang terburuk dalam beberapa tahun terakhir. Selain merendam rumah, air juga menggenangi fasilitas umum, tempat ibadah, dan lahan pertanian.
Di Kecamatan Pandan, SMP Negeri roboh akibat tanah longsor. Bangunan sekolah hancur, menambah daftar fasilitas umum yang terdampak. Banjir dan longsor juga merusak rumah warga dan tanggul PLTA Sihaporas, memperparah kondisi lapangan.
Sedangkan di Kecamatan Sitahuis, empat korban meninggal dunia dilaporkan tertimpa rumah yang roboh, semuanya dari satu keluarga. Evakuasi korban selesai sekitar pukul 08.00 WIB.
“Sementara teridentifikasi 4 warga yang meninggal,” ujar Bupati Tapanuli Tengah Masinton Pasaribu saat dikonfirmasi Kajianberita.com, Selasa (25/11/2025).
Menurut data BPBD Tapanuli Tengah, banjir melanda delapan kecamatan, sedangkan longsor terjadi di lima kecamatan. Dampak bencana meluas, mengganggu aktivitas warga dan merusak rumah serta fasilitas umum. Pihak polisi, TNI, dan BPBD terus melakukan evakuasi dan menyalurkan bantuan logistik. Tim SAR membantu warga yang terjebak di lokasi terdampak. Pemerintah daerah meminta masyarakat tetap waspada dan mengikuti informasi resmi.
Selain korban jiwa, bencana ini menimbulkan kerusakan infrastruktur signifikan. Banyak rumah rusak, fasilitas pendidikan hancur, dan tanggul jebol. Pemerintah dan masyarakat setempat berharap pemulihan wilayah terdampak bisa segera dilakukan agar kehidupan normal kembali.
Upaya tanggap darurat masih berlangsung. Bantuan pangan, obat-obatan, dan kebutuhan pokok terus disalurkan ke lokasi terdampak, sambil memastikan keselamatan warga yang terkena dampak langsung banjir dan longsor
Tidak jelas sampai kapan ancaman banjir itu akan berlangsung. BMKG memperkirakan selama seminggu ini bisa jadi potensi ancaman hujan besar akan tetap datang.
“Berdasarkan
faktor global, IOD negatif diprediksi berlangsung hingga Desember 2025. Kondisi
ini menambah suplai uap air di pantai barat Sumut,” ujarnya Kepala Balai Besar
MKG (BBMKG) Wilayah I Medan, Hendro Nugroho dalam siaran pers yang diterima Kajianberita.com,
Senin (24/11/2025). 
Kehancuran rumah warga yang terjadi di Desa Sibabangun, Tapanuli Tengah
Selain itu, gelombang atmosfer juga terpantau aktif di wilayah Sumut sehingga turut meningkatkan suplai uap air.
“Kami mengidentifikasi sistem tekanan rendah (95B) di sekitar Selat Malaka yang memicu pertemuan angin serta belokan angin signifikan di Sumut. Kondisi tersebut meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara intensif dan mendukung pembentukan awan Cumulonimbus (CB),” lanjutnya.
Hendro menambahkan, tingginya kelembapan udara di Sumut membuat kondisi cuaca semakin basah dan mendukung terjadinya hujan lebat hingga sangat lebat di berbagai wilayah.
Selain Tapanuli Tengah, daerah lain yang berpotensi terdampak meliputi Kota Medan, Binjai, Tebing Tinggi, Sibolga, Padangsidimpuan, serta Kabupaten Deli Serdang, Langkat, Serdang Bedagai, Simalungun, Samosir, Karo, Dairi, Pakpak Bharat, Humbang Hasundutan, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, dan Mandailing Natal.
Di Kepulauan Nias, wilayah berpotensi terdampak antara lain Kota Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Nias Utara, Nias Selatan, dan Nias Barat. ***
