![]() |
| Hendriyanto Sitorus dan Ijeck |
Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Sumut yang sempat diundur berkali-kali, akhirnya dipastikan bakal berlangsung awal tahun depan. Pelaksana tugas (Plt) Ketua Golkar Sumut, Ahmad Doli Kurnia Tanjung memperkirakan Musda itu akan digelar pada pekan kedua Januari 2026. Saat ini ia sedang berpikir keras mencegah terjadinya chaos (kekisruhan) pada Musda tersebut.
Sejauh ini nama Hendriyanto Sitorus paling santer disebut bakal tampil sebagai kandidat kuat ketua Golkar Sumut. Bupati Labuhanbatu Utara itu sejak awal memang sudah mendeklarasikan diri bakal maju pada Musda nanti.
Ia disebut-sebut bakal bersaing dengan Musa Rajekshah alias Ijeck, mantan ketua Golkar sebelumnya disebut sebagai kandidat kuat.
Namun saat ini peluang Ijeck justru mulai menurun seiring dengan upaya pengurus Golkar Pusat yang mengucilkan posisinya dari partai itu. Ijeck yang semula menjabat ketua Golkar Sumut, telah dilengserkan dengan cara yang sangat halus, bahkan bisa dikatakan cerdik dan licik.
Caranya, pengurus pusat Golkar pusat terus mengulur-ngulur pelaksanaan Musda sampai masa jabatan Ijeck sebagai ketua Golkar berakhir.
Musda itu semestinya dilaksanakan pada November atau awal Desember 2025. Namun terus ditunda oleh pusat.
Ijeck dan pengurus Golkar Sumut sudah berkali-kali meminta izin Dewan Pengurus Pusat (DPP) Golkar pusat untuk segera menetapkan jadwal Musda itu. Namun Ketua Umum Bahlil Lahadalia tidak menanggapi. Sampai akhirnya masa jabatan Ijeck berakhir sehingga ia pun dilengserkan.
Tampak jelas bahwa sebenarnya DPP Golkar Pusat sengaja memperlambat Musda guna memperlemah posisi Ijeck sehingga ada alasan untuk melengserkannya dari jabatan ketua.
Dengan tidak lagi menjabat ketua Golkar Sumut incumbent, posisi Ijeck dipastikan bakal melemah. Suara dukungan dari DPC Kabupaten/kota yang semula akan diberikan kepadanya, tentu lebih mudah dialihkan.
“Memang sejak awal Bahlil tampak sekali ingin melengserkan Ijeck dengan cara menunda-nunda Musda,” kata salah seorang pengurus Golkar Sumut.
Alasannya, Ijeck dianggap sosok yang sangat dekat dengan Airlanggar Hartarto, Ketua Umum Golkar sebelumnya yang merupakan musuh politik Bahlil.
“Bahlil memang ingin membersihkan Golkar Sumut dari semua jaringan Ijeck. Ia juga mau memastikan bahwa Partai Golkar akan mendukung Bobby pada Pilkada mendatang. Jika Ijeck masih ketua, posisi Bobby akan berat karena hubungannya dengan Ijeck sudah tidak baik lagi,” kata sumber itu.
Setelah Ijeck tidak lagi menjabat Ketua Golkar Sumut, kekuatannya di DPC kabupaten/kota juga bakal menipis. Pada saat Musda nanti, pengurus DPP Golkar pusat kabarnya bakal memaksakan agar pengurus Golkar Kabupaten/kota memberikan dukungan kepada kandidat yang pro kepada Bahlil. Kandidat itu tidak lain adalah Hendriyanto Sitorus.
Tak heran, setelah Ijeck dilengserkan dari jabatan ketua, posisi Hendriyanto sebagai calon ketua Golkar Sumut semakin menguat.
Sejauh ini memang belum ada pernyataan Ijeck bahwa ia tidak akan ikut bersaing merebut kursi Ketua Golkar pada Musda mendatang. Kabarnya ia masih ngotot maju, walau semangatnya tidak sekuat dulu lagi.
Kalau saja Ijeck dan Hendriyanto tetap bersaing di Musda itu, potensi terjadinya chaos sangat besar. Betapa tidak, di belakang kedua sosok itu ada dua organisasi pemuda yang sangat berpengaruh di Sumatera Utara.
Di belakang Ijeck ada Organisasi pemuda Pancasila. Maklum, ia adalah Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila (PP) Sumut. Sementara di belakang Hendriyanto Sitorus ada Ikatan Pemuda Karya (IPK) mengingat ia adalah dewan Pembina di organisasi itu.
Persaingan dua sosok ini dipastikan bakal melibatkan dua Organisasi Pemuda tempat mereka bernaung. Semua warga Sumut tentu paham, kalau PP dan IPK sudah bersaing, suasana pasti kisruh. Bisa -bisa Musda bakal kacau balau.
Kalaupun Ijeck tetap maju, sebenarnya ia sadar bahwa peluangnya merebut kursi ketua Golkar Sumut sangat kecil karena pengurus DPP Golkar Pusat tidak suka kepadanya. Segala cara pasti akan diupayakan agar Ijeck tidak lagi terpilih.
Selain Ijeck, sejauh ini belum ada kandidat lain yang siap berkompetisi dengan Hendriyanto Sitorus. Kalau saja Hendriyanto yang tampil sebagai ketua, perombakan besar-besaran bakal terjadi dalam struktur kepengurusan partai Golkar Sumut. Orang yang selama ini dekat dengan Ijeck dipastikan tersingkir.
Ancaman terjadinya kekisruhan pada Musda nanti memang cukup besar. Hal ini yang sedang dipikirkan oleh Ahmad Doli Kurnia Tanjung. Bahkan bisa-bisa ia sendiri tidak aman karena dianggap menjadi bagian dari kekisruhan itu.
Bukan rahasia lagi kalau Ahmad Doli Kurnia dan Ijeck sudah tidak sejalan di Golkar sejak beberapa tahun lalu. Ahmad Doli adalah pendukung Yasir Ridho Lubis, mantan ketua Golkar Sumut yang digulingkan Ijeck pada Musda Golkar Sumut 2020.
Jadi bisa dikatakan Musda nanti adalah arena balas dendam. ***
