Edan, Nama Soeharto Diajukan sebagai Pahlawan Nasional, Ada Juga Tokoh asal Sumut

Sebarkan:
Menteri Sosial Syaifullah Yusuf

Kementerian Sosial bersama Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) mulai membahas pengusulan calon Pahlawan Nasional tahun 2025. Ada sepuluh nama tokoh yang diusulkan kepada presiden.

Dalam daftar tersebut, nama Presiden RI ke-2 Soeharto termasuk di dalamnya. Ada pula nama Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Total ada 10 nama yang sudah siap diajukan, termasuk satu dari Sumut, yakni Prof. Dr. Midian Sirait.

Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mengatakan, kalau penetapan Pahlawan Nasional 2025 itu mengusung semangat persatuan.

Semangat itu yang kemudian menjadi pedoman bagi anggota TP2GP yang terdiri dari Staf Ahli, akademisi, budayawan, perwakilan BRIN, TNI, serta Perpustakaan Nasional menyeleksi daftar tokoh. 

Selain lintas unsur sosial, mekanisme pengusulan Pahlawan Nasional juga harus melalui tahapan berjenjang dari tingkat daerah hingga ke pemerintah pusat.

Tokoh yang diusulkan, antara lain:

  1. K.H Abdurrahman Wahid atau Gus Dur (Jawa Timur)
  2. Jenderal Soeharto (Jawa Tengah)
  3. K.H. Bisri Sansuri (Jawa Timur)
  4. Idrus bin Salim Al-Jufri (Sulawesi Tengah)
  5. Teuku Abdul Hamid Azwar (Aceh)
  6. K.H. Abbas Abdul Jamil (Jawa Barat)
  7. Anak Agung Gede Anom Mudita (Bali)
  8. Deman Tende (Sulawesi Barat)
  9. Prof. Dr. Midian Sirait (Sumatera Utara)
  10. K.H. Yusuf Hasim (Jawa Timur)

Munculnya nama Soeharto dipastikan tidak lepas dari kepentingan penguasa yang masih terkait dengan keluarga Soeharto. Seperti diketahui, Presiden Prabowo Subianto adalah mantan menantu dari Soeharto. Diam-diam kekuatan orde baru ini sebenarnya sedang bangkit kembali di Indonesia.

Salah satu buktinya adalah upaya Prabowo mengaktifkan kembali dwi fungsi TNI sehingga perwira TNI nantinya bisa ditempatkan di berbagai bidang yang selama ini dikuasai sipil. Pada akhirnya Indonesia sekarang akan sama dengan Indonesia di masa Orde Baru.

Adapun munculnya nama Gus Dur tidak lain adalah kepentingan NU, organisasi yang selama ini dikenal penjilad penguasa. Padahal Gus Dur adalah presiden gagal. Ia hanya berkuasa sekitar dua tahun sebelum dijatuhkan oleh parlemen karena buruknya manajemen kepemimpinannya.

Prof Dr Midian Sirait
Yang menarik adalah munculnya sosok  Prof. Dr. Midian Sirait, tokoh asal Sumut yang masuk dalam daftar usulan itu. Munculnya  nama tokoh ini tidak lepas dari usulan dari para akademisi Universitas Negeri Medan (Unimed).

Siapa Midian Sirait?

Midian Sirait merupakan sosok pejuang kemerdekaan yang berasal dari Desa Lumban Sirait Gu, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba, Sumatera Utara. Ia lahir dari orangtua seorang petani dan pedagang  pada 12 November 1928.

Di masa menjalani sekolah, Midian Sirait turut menjadi saksi bagi invasi Jepang dan  Belanda di kampung halamanya. Midian Sirait ikut ambil bagain dalam  perjuangan kemerdekaan melalui berbagai organisasi politik.

Ia pernah menjabat sebagai Ketua Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) di wilayah Danau Toba.  IPI  merupakan  kompi tentara pelajar. Sebagai Ketua IPI, Midian Sirait kemudian menjadi Kepala Staf Tentara Pelajar Batalion Arjuna yang membawahi kompi-kompi tentara pelajar dari sekolah yang berbeda.

Pada 21 Juli 1947 Belanda melancarkan perang agresi yang pertama. Saat  itu  Midian Sirait sebagai kepala staf tentara pelajar ambil bagian dalam perlawanan. Midian Sirait adalah satu di antara tokoh pejuang yang mempertahankan posisi Gubernur Militer Tapanuli tetap berada pada dr Ferdinand L Tobing.

Midian Sirait boleh dikatakan memiliki pemikiran modern karena ia tidak hanya aktif dalam kegiatan politik melawan penjajah, tapi juga terlibat dalam perjuangan bangsa saat ia belajar di Jerman, Midian memperdalam ilmu apoteker  karena ia merupakan Alumni SAA dan selanjutnya mendapat gelar doktor dan profesor di bidang farmasi.

Selama di Jerman, Midian juga aktif dalam gerakan pelajar Indonesia untuk  membangun opini publik kepada warga dan Eropa umumnya agar bersikap positif terhadap perjuangan Indonesia. Pada waktu itu, Belanda melakukan disinformasi bahwa perjuangan Indonesia merupakan gerakan yang didukung komunis.

Sekembali dari Jerman, Midian Sirait beraktivitas sebagai seorang dosen di kampus ITB. Atas dorongan tokoh-tokoh mahasiswa pada saat itu, Midian Sirait terpilih sebagai Wakil Rektor III ITB yang mengurus urusan kemahasiswaan (1965-1969).

Midian sendiri berkesempatan menjadi salah seorang di dalam tim penyusun konsep Golongan Karya. Midian Sirait kerap memberikan kritik bagaimana kemudian hari Golongan Karya berkembang menjadi partai dengan cita-cita luhur, tetapi orientasi itu berubah, jauh dari cita-cita awal didirikannya.

Midian Sirait merupakan sosok yang jauh melihat masa depan Indonesia manakala organisasi kepemudaan tidak solid.  Ia berperan besar mendirikan Komite Nasional Pemuda Indonesia yang dideklarasikan pada 23 Juli 1973, di Gedung Angkatan 45, Jalan Menteng Raya 31, Jakarta.

Ia juga berperan membentuk lembaga BP-7 itu. Di lembaga ini Midian banyak terlibat dalam penyusunan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.  

Midian Sirait juga pernah terlibat mengurus Pengawas obat dalam makanan. Sebagai ahli obat-obatan, Midian Sirait aktif membangun  kerja sama dengan para pengusaha farmasi yang berkontribusi mengembangkan pendidikan melalui Yayasan TP Arjuna.

Kerjasama yang dibangun Midian Sirait dengan pengusaha farmasi akhirnya dapat merahabilitasi gedung-gedung dan kemudian menambah gedung induk dan satu gedung museum di atas tanah yang Midian dapatkan dari masyarakat sekitar.

Midian juga sangat mencintai budaya batak. Ia sangat aktif mengumpulkan rartefak yang pernah dipakai orang Batak, meliputi artefak seni budaya, peralatan rumah tangga, peralatan pertanian, teknologi tradisional berburu ikan maupun hewan, dan lain sebagainya.

Memasuki purnabakti sebagai Gurus Besar ITB pada 1993, semakin mendorong dirinya memikirkan situasi dan kondisi lingkungan kawasan Danau Toba yang semakin memperhatinkan pada masa itu. Ia lantas mendirikan  Yayasan Perhimpunan Pencinta Danau Toba.

Midian Sirait Meninggal dunia di Jakarta pada 9 Januari 2011 pada usia 83 tahun dan dimakankan di kampung halamannnya di Porsea. **

 

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini