Penangkapan dan penahanan kepala Dinas Pekerjaan umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) Sumatera Utara oleh KPK pada Jumat (27/6/2025) telah memunculkan euphoria bagi
masyarakat Sumatera Utara. Sikap euphoria itu terlihat dari banyaknya karangan
bunga yang dipajang di berbagai lokasi di Kota Medan sebagai bentuk ucapan syukur
atas ditahannya pejabat kesayangan Bobby Nasution itu.Karangan bunga sebagai ucapan syukur atas penangkapan Topan Ginting
Karangan bunga itu terlihat dipajang di sekitar Jalan Karya Wisata dan di sekitaran Medan Selayang. Selain bersyukur atas ditangkapnya Topan Ginting, pada karangan bunga itu juga tertulis ucapan dukungan kepada KPK atas keberanian mereka melakukan operasi tangkap tangan di Sumut.
Karangan bunga terbanyak dapat dilihat di sekitar Jalan karya Wisaya Medan, tidak jauh dari area Taman Cadika, Medan Johor. Lokasi itu menjadi sasaran pemajangan papan bunga karena Topan Ginting memiliki rumah di sekitar Karya Darma, Medan Johor. Beberapa warga kerap melihat dia tinggal disana, walau tidak setiap hari.
“Rumahnya banyak bertebaran di mana-mana. Yang di seputaran Karya Darma itu adalah salah satunya. Dia terkenal pejabat yang sangat kaya,” kata Erwin, salah seorang warga di wilayah Medan Johor.
Meski usiannya masih relatif muda, sekitar 42 tahun, Topan Ginting telah menjelma sebagai menjadi pejabat yang sangat berkuasa dan disegani. Kedekatannya dengan Gubernur Bobby Nasution membuat Topan bagaikan seorang pejabat yang sangat Istimewa yang tak mungkin dilawan oleh siapapun.. Ia bahkan kerap memarahi pejabat senior di depan orang banyak.
Selain menjabat sebagai Kepala Dinas PUPR, Topan Ginting juga menyandang berbagai jabatan di organisasi masyarakat. Salah satunya, Ketua Kwarcab Pramuka Kota Medan yang diembannya sejak 2023.
Pada Pilkada Gubernur 2024, Topan Ginting sangat aktif memanfaatkan jaringan Pramuka ini untuk mendukung kampanye Bobby Nasution. Tak pelak lagi, di bawah kepemimpinan Topan, Pramuka Medan telah berubah menjadi alat politik penguasa.
Pada 22 Juni 2025 lalu Topan Ginting baru saja terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Kwarda Pramuka Tingkat provinsi Sumut. Sebenarnya banyak senior Pramuka Sumut yang memprotes pemilihan itu sebab sejak awal Gubernur Bobby Nasution – melalui jaringan Dinas Pemuda Olahraga Sumut – telah mengatur agar tidak ada kandidat lain yang muncul selain Topan.
Hal ini bisa dipahami, sebab Bobby Nasution sangat berkepentingan memanfaatkan jaringan Pramuka Sumut sebagai alat politiknya pada Pilkada 2029 mendatang. Topan Ginting adalah orang kepercayaannya yang bisa memainkan peran itu.
Makanya sejak awal musyawarah Pramuka Sumut sudah diwarnai rekayasa sehingga hanya ada satu kandidat yang tampil, yaitu Topang Ginting. Sedangkan kandidat lain, meski jauh lebih senior dan berpengalaman, dianggap tidak layak karena kurang mendapat dukungan.
Menariknya, sebelum Topan dilantik sebagai Ketua Kwarda Pramuka Sumut, ia keburu ditahan KPK dalam operasi tangkap tangan kasus gratifikasi proyek jalan di Tapanuli bagian Selatan. Tak pelak lagi, sejumlah senior pramuka Sumut menyambut gembira kabar itu.
“Syukur sekali dia ditangkap. Jika tidak, Pramuka pasti akan dijadikannya sebagai alat politik penguasa,” kata salah seorang senior Pramuka Sumatera Utara.
Kepentingan politik itu tentu saja untuk memastikan agar kekuasaan Bobby tetap langgeng hingga dua periode ke depan.
Dengan ditangkapnya Topan Ginting, maka hasil musyawarah Pramuka yang berlangsung 22 Juni lalu resmi dibatalkan. Pengurus Kwarda Pramuka periode sebelumnya tetap menjabat kembali sampai berlangsungnya musyawarah ulang.“Kita sedang menyiapkan musyawarah ulang untuk memilih Ketua Kwarda Pramuka Sumut lima tahun ke depan. Mudah-mudahan kali ini tidak ada lagi campur tangan penguasa.,” kata sumber itu.
Salah satu karangan bunga yang dipajang di sekitar pintu gerbang Taman Cadika jalan Karya Wisata kabarnya berasal dari salah seorang senior Pramuka Sumut. Lokasi itu sengaja dipilih karena Taman Cadika merupakan salah satu pusat kegiatan Pramuka di Kota Medan. Kantor Kwarcab Pramuka Medan yang dipimpin Topan Ginting berada di dalam taman itu.
Dari semua karangan bunga yang dipajang, tidak ada satupun yang menyentuh soal Bobby Nasution. Namun kalau saja KPK mau memeriksa menantu Jokowi itu, apalagi menahannya, dipastikan ratusan karangan bunga lainnya akan mewarnai Kota Medan.
Adapun karangan bunga sebagai ucapan syukur atas penangkapan Topan dikirim oleh orang-orang yang mengaku pernah tersakiti oleh pejabat itu. Antara lain, ada dari Korban Lampu Pocong, Korban Drainase, Korban Proyek Stadion Teladan, Korban Penipuan Proyek Lapangan Merdeka, atas nama Komunitas Warga Medan, atas nama Ormas dan lainnya.
Saat ini Masyarakat Sumut sedang menunggu keberanian KPK untuk memeriksa menantu Jokowi itu, sebab semua orang meyakini kalau korupsi yang dilakukan Topan tidak mungkin hanya untuk dirinya sendiri. Uang haram itu pasti mengalir untuk kepentingan atasannya. **