Ajang pemilihan rektor USU kembali menarik perhatian public karena dinilai sarat campur aduk kepentingan politik kelompok Pro-Jokowi di Sumatera Utara. Adalah Muryanto Amin, rektor petahana yang disebut-sebut bagian dari jaringan Pro-Jokowi itu. Sudah pasti Gubernur Bobby Nasution sangat mendukung terpilihnya kembali ia sebagai rektor. Oleh karena itu dukungan uang diberikan agar Muryanto bisa meraih suara terbanyak.
Janji-janji manis juga telah ditebar kubu Muryanto kepada sejumlah anggota Senat Akademik agar mau memberikan suara kepada rektor petahana itu.
Anggota Senat Akademik USU berjumlah 112 orang. Mereka inilah yang berhak memberikan suara pada pemilihan tahap pertama untuk memilih tiga kandidat peraih suara terbanyak sebelum diajukan ke Majelis Wali Amanat.
Salah seorang yang aktif bermain menekan anggota Senat Akademik itu adalah Wakil Rektor II, Dr. Muhammad Arifin Nasution. Sosok yang satu ini memang dikenal sebagai orang kepercayaan Muryanto Amin di USU.
Pekan lalu Muhammad Arifin telah memanggil sedikitnya 20 anggota Senat Akademik secara bergiliran untuk datang ke ruangannya di Biro Rektor guna memastikan mereka tetap memberikan suara kepada Muryanto Amin.
Jaringan Jurnalis Investigasi Sumatera (JJIS) menemukan fakta itu berdasarkan penjelasan salah seorang anggota Senat Akademik yang dipanggil.
“Kami dipanggil untuk mau memberikan suara kepada Muryanto Amin. Ada uang yang dijanjikan hingga Rp50 juta. Sebagai buktinya, kami diminta memotret surat suara yang dicoblos,” kata anggota senat itu.
Tidak sekedar ditekan untuk memilih Muryanto, mereka juga diminta merekrut kolega lainnya agar bersuara sama. Skemanya berjenjang menyerupai piramida di mana para penggerak berada di puncak mengarahkan dukungan ke tingkat bawah. Di sinilah kemudian muncul tawaran uang kepada sejumlah senat akademik.
Ada juga guru besar juga terseret dalam konspirasi itu. Malah uang pun sudah mengalir ke kantong mereka. Hal ini yang membuat sejumlah akademisi USU merasa malu.
“Memalukan, reputasi kampus dipertaruhkan hanya untuk kepentingan kelompok Pro Jokowi untuk persiapan Pemilu 2029. Rusak marwah USU ini ,” ujar seorang dosen senior.
Kepentingan Pro Jokowi menjadi sorotan karena Muryanto adalah konsultan politik Bobby Nasution selama dua Pilkada yang telah berlangsung, yakni Pilkada Medan 2020 dan Pilkada Gubernur 2024.
Pada Pemilu 2029, Muryanto juga mendapat tugas mendampingi Bobby maju kembali sebagai gubernur. Ia juga diminta berperan memenangkan Gibran pada Pilpres 2029 karena hampir bisa dipastikan Prabowo tidak akan lagi berduet dengan putra Jokowi itu. Kelompok Pro Jokowi sudah merancang Gibran maju sebagai presiden.
Diharapkan Sumatera Utara menjadi salah satu kantong utama kemenangan Gibran. Oleh karena itu dukungan politik untuk Bobby Nasution harus diperkuat. Sebagai landasan bagi kekuatan politik Bobby, ia harus memastikan bahwa Muryanto tetap sebagai rektor USU.
Dengan segala daya upaya langkah itu harus dilakukan, termasuk dengan mengalirkan uang kepada Muryanto dari proyek yang berbau korupsi. Uang ini yang disebut-sebut akan diberikan kepada sejumlah anggota senat.
“Memang tidak semua anggota Senat bisa disuap. Tapi dari 112 itu, ada beberapa yang sudah mau,” kata sumber itu.
Kebenaran tentang hasil investigasi ini sudah berupaya dikonfirmasikan awak media ini kepada Wakil Rektor II Muhammad Arifin Nasution. Namun ia sama sekali tidak merespons pesan yang dikirim melalui WhatsApp. Meski begitu, kasak kusuk mengenai permainan politik uang ini telah memanas sejak pekan ini.
Adapun Muryanto Amin sama sekali tidak mau menanggapi kabar ini. Ia selalu menghindar dari kejaran wartawan kalau ditanya mengenai kerjasamanya dengan Bobby Nasution dan kelompok Pro Jokowi lainnya. Muryanto sangat anti jika berbicara soal kasus korupsi yang menyeret dirinya untuk diperiksa KPK.Sebenarnya kerjasama Muryanto dengan kubu Pro Jokowi ini sudah tercium oleh pusat. Tidak heran jika pemerintah pusat cukup memberi perhatian terhadap proses pemilihan rector USU kali ini.
Pemilihan ini agak unik karena tidak hanya terkait dengan masa depan USU, tapi ada hubunganya dengan kasus korupsi dan jaringan politik yang dipersiapkan untuk melawan kekuatan Prabowo pada Pemilu 2029.
Jika Senat Akademik USU salah memilih, maka kampus ini akan terperosok dalam kepentingan penguasa. Mahasiswa akan terkungkung dalam kebekuan, sedangkan aktivitas penelitian akan mencapai titik terendah karena penelitian USU masuk kategori kurang terpercaya di sejumlah jurnal nasional dan internasional. ***