-->

Prabowo Lepas dari Bayang-Bayang Jokowi, Bobby Nasution Bangun Kekuatan Baru

Sebarkan:
Prabowo dan Bobby Nasution berpeluang besar untuk berpisah jalan pada 2029 seiring lepasnya pengaruh dan bayang-bayang Jokowi dari pemerintahan yang sekarang. Prabowo akan melepas pengaruh itu dengan memecat sejumlah menteri yang berada dalam kendali Jokowi

Presiden Prabowo Subianto baru saja merombak kabinet dengan mengganti lima menteri. Langkah itu, oleh sejumlah pengamat, diyakini sebagai upaya untuk melepas diri perlahan-lahan dari pengaruh Pro Jokowi. Secara bertahap, perombakan ini akan kembali berjalan sehingga dua tahun ke depan sampai pengaruh Jokowi akan benar-benar lepas dari pemerintahan.

Direktur Citra Publik Lingkaran Survei Indonesia, Hanggoro Doso Pamungkas meyakini kalau langkah Prabowo merombak kabinet itu tidak lepas dari tafsir memperkuat posisinya agar tidak lagi tunduk dalam bayang-bayang Jokowi. Apalagi salah satu pejabat yang diganti adalah Menteri Koperasi dan UKM, Budi Arie.

Budi Arie, selain terlibat kasus judi Online, diam-diam juga sedang membangun kekuatan Pro Jokowi di pedesaan dengan memanfaatkan program Koperasi Merah Putih yang dijalankan kementeriannya. Tidak bisa dibantah, program koperasi itu sudah disusupi kepentingan Pro Jokowi dan kelompok Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Ketika Prabowo mengganti Budi Arie dari jabatan menteri itu, maka pupus sudah rencana membangun kekuatan Pro Jokowi melalui program koperasi. Tak heran jika para politisi PSI banyak yang kecewa.

Terlebih dalam waktu dekat pergantian juga akan menyosor Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Jika pergantian ini bisa dilakukan pada Oktober ini, kekuatan Pro Jokowi semakin tergerus. Diperkirakan, Mendagri Tito Karnavian juga akan masuk dalam daftar yang digeser.

Keputusan Prabowo itu sudah pasti akan berdampak pada langkah politik anak dan menantu Jokowi, terutama Wakil Presiden Gibran Rakabuming yang merupakan putra sulungnya, serta Gubernur Sumut Bobby Nasution yang tidak lain adalah menantunya.

Kalaupun Prabowo maju lagi pada Pemilu Presiden 2029, besar kemungkinan ia tidak akan bersama Gibran lagi.

Kubu Jokowi  sudah memahami situasi ini. Makanya mulai muncul gerakan dari kelompok itu untuk menjatuhkan citra Prabowo melalui aksi propaganda di media sosial. Mereka menuding Prabowo sebagai presiden yang pro koruptor, tidak berkomitmen membangun Indonesia, tidak becus memimpin, dan sebagainya.

Mereka membandingkan dengan masa Pemerintahan Jokowi yang dianggap begitu berjasa membangun Indonesia. Kelompok ini sangat membanggakan proyek IKN yang di mata mereka sangat berhasil. 

Begitu juga dengan proyek jalan tol dan pembangunan Indonesia  Timur yang menurut mereka sangat sukses di masa Jokowi. Di mata kelompok itu, Jokowi bagaikan nabi.

Mereka lupa bahwa proyek IKN Jokowi telah merusak ekonomi nasional. Mereka juga menampik tuduhan bahwa Jokowi salah satu pemimpin paling korup di dunia. Mereka abai dengan menumpuknya utang luar Indonesia di masa pemerintahan Jokowi.  

Kelompok ini terus berupaya membangun kembali kekuatan Pro Jokowi di berbagai lini. Dalam scenario yang dirancang kelompok ini, mereka akan mendukung majunya Gibran Rakabuming sebagai calon presiden pada Pilpres 2029.

Nasib Bobby Nasution

Yang menjadi pertanyaan adalah nasib menantu Jokowi, Bobby Nasution. Sejatinya, Bobby adalah kader Gerindra, partai yang berada di bawah kendali Presiden Prabowo Subianto. Sejak awal, Bobby sebenarnya berharap akan mendapat mandat sebagai ketua partai itu di wilayah Sumut.

Namun Prabowo menolak rencana itu. Ia hanya menempatkan Bobby sebagai kader biasa. Sedangkan jabatan Ketua DPD Gerindra Sumut diberikan kepada  Ade Jona Prasetyo, pengusaha yang juga anggota DPR RI.

Ade Jona memang dikenal sebagai sahabat kental Bobby. Namun dalam kebijakan politik, bukan berarti ia sesukanya berpihak kepada kemauan Bobby.

Bagaimana pun juga, Ade Jona pasti tunduk kepada kebijakan Gerindra pusat. Bobby tidak bisa serta merta memanfaatkan status Ade Jona di Gerindra untuk kepentingannya.

Dengan kata lain, kekuatan Bobby di Partai Gerindra sangatlah rentan terguling. Harus diakui, dukungan Gerindra pada Pilkada yang lalu kepadanya bukanlah  karena prestasi Bobby sebagai walikota Medan, tapi semua itu tidak lepas dari pengaruh Jokowi yang kala itu masih menjabat presiden.

Sekarang Jokowi tidak lagi berkuasa, sedangkan Prabowo sedang berupaya lepas dari bayang-bayang mantan presiden itu. Sudah pasti pengaruhnya juga akan berimbas kepada Bobby Nasution.

Maka itu Bobby mutlak tidak bisa lagi berharap dukungan Gerindra untuk maju pada Pilkada Gubernur 2029 mendatang sebab posisinya tidak terlalu kuat di partai. Ia sewaktu-waktu bisa saja didepak dari partai itu.

Jika Prabowo total melepaskan diri dari pengaruh Jokowi, besar kemungkinan Bobby pun tidak akan dicalonkan lagi oleh Gerindra pada Pilkada Sumut 2029.

Sadar dengan kondisi itu, Bobby pun harus membangun kekuatan baru sebagai back-up guna mendukung langkah politiknya ke depan. Satu-satunya partai yang ia andalkan saat ini hanyalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Sementara dukungan dari partai lain, seperti Golkar, PAN, Nasdem dan PKB, masih mengambang.

Biasanya dukungan partai-partai itu akan bergantung kepada arahan penguasa alias presiden.  Kalau Gerindra sudah tidak mendukung Bobby, pasti ia pun akan sulit mendapatkan dukungan dari partai besar lain nya.

Hanya PSI yang bisa diharapkannya, sebab partai itu sudah mendeklarasikan diri sebagai partai keluarga Jokowi. Ketua umumnya juga masih dijabat putra sulung Jokowi, Kaesang Pangerap. Tidak heran jika muncul keyakinan bahwa tak lama lagi Bobby kemungkinan hengkang dari Gerindra ke partai itu.

Untuk mengandalkan PSI semata, pasti Bobby tidak terlalu percaya diri. Oleh karena itu ia mencoba membangun kekuatan dari kelompok lain, seperti dari para akademisi, organisasai agama, dan para tokoh elit di tingkat pusat yang masih loyal kepada Jokowi.

Dari kelompok akademisi misalnya, Bobby berupaya menjalin kekuatan dari kampus Universitas Sumatera Utara (USU) dengan menggaet Muryanto Amin, rektor USU untuk kembali sebagai konsultan politiknya. Namun jabatan Muryanto sebagai rektor akan berakhir pada Desember 2024. Maka itu Bobby terus memberi dukungan agar Muryanto kembali terpilih sebagai rector.

Dukungan Bobby tidak hanya diberikan lewat suara (sebab Bobby sebagai gubernur punya satu  suara pada pemilihan di tingkat Majelis Wali Amanat), tapi juga diberikan melalui dukungan dana.  

Sayangnya, dana yang mengalir dari Bobby Nasution ke Muryanto Amin terindikasi dari dana korupsi proyek jalan. Makanya KPK memanggil Muryanto untuk dimintai keterangan mengenai uang korupsi itu.

KPK sudah membenarkan bahwa Muryanto dan Bobby berada dalam satu cyrcle kekuasaan.  Di dalamnya juga ada Topan Ginting, mantan Kepala Dinas PUPR Sumut yang sudah ditahan KPK dalam kasus korupsi. Topan adalah pejabat kepercayaan Bobby Nasution.

Bobby dekati HKBP

Langkah Bobby lainnya adalah mendekati kelompok organisasi agama.  Kelompok Ormas Islam sudah pasti menjadi sasarannya. Hanya butuh persediaan uang yang besar untuk mendapatkan dukungan dari kelompok itu.

Yang justru sedang didekati Bobby saat ini adalah dukungan dari HKBP melalui tangan tokoh elit yang dekat dengan organisasi itu. Salah satu strategi Bobby mendapatkan dukungan HKBP adalah dengan menunjuk Togap Simangunsong sebagai Sekda Pemerintah Provinsi Sumut.

Togap adalah tokoh HKBP yang cukup berpengaruh di masyarakat dan pemerintahan.  Ia bahkan kerap mewakili HKPB dalam berbagai pertemuan. Tentu saja sebagai gubernur, Bobby akan mendukung sejumlah kegiatan yang dilakukan HKBP di Sumut.

HKBP adalah ormas Kristen terbesar di Sumut dengan jumlah pengikutnya diperkirakan mencapai 4,5 juta jemaat. Sudah tentu jumlah ini sangat seksi untuk dimanfaatkan pada setiap Pilkada dan Pemilu.

Selain ormas agama, Bobby tentu saja tetap membangun koalisi dengan para elit di Jakarta yang masih setia dengan Jokowi. Cantolannya tidak lain adalah Luhut Binsar Pandjaitan yang sampai sekarang tetap menempatkan diri sebagai loyalis Jokowi.

Selain itu, ada pula sosok Agus Andrianto, mantan Wakapolri yang kini menjabat Ketua Majelis Wali Amanat USU.

Pada Pilkada Medan 2020 dan Pilkada Gubernur 2024, Bobby sangat banyak dibantu oleh Agus Andrianto ini melalui gerakan politik polisi yang disebut ‘Partai Coklat’. Atas jasanya itu, tak heran jika Jokowi turut merekomendasikan Agus Andrianto kepada Prabowo untuk diangkat sebagai Menteri pada Kabinet Merah Putih.

Semua kelompok ini yang menjadi andalan Bobby Nasution untuk kembali berkuasa pada Pilkada 2029. Ia akan menguasai kampus USU dengan mendorong Muryanto kembali terpilih sebagai rektor, ia akan mendekati Ormas agama, dan  menjalin kerjasama dengan elit tertentu Jakarta.  

Sedangkan untuk partai, satu-satunya harapan pasti itu hanya ada pada PSI. Dukungan untuk Bobby dari partai Gerindra, PAN, Golkar dan lainnya sangat bergantung perkembangan hubungan Prabowo dan Jokowi.

Tak terbantahkan bahwa langkah Bobby dalam dunia politik tidak lepas dari karbitan Jokowi. Tanpa Jokowi, Bobby adalah no body. Status mertua yang membuat ia menjadi sosok some body.

Makanya jangan heran jika pemilihan rektor USU yang sedang berjalan saat ini menjadi isu nasional, semuanya karena tidak lepas dari scenario Pro Jokowi menjelang Pilkada dan Pemilu 2029. ***

 

 

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini