![]() |
| Yahya Cholil Taquf, Ketua PBNU yang dicurigai pro zionis Israel |
Yahya Cholil Staquf memang anak ulama yang cukup kondang di kalangan NU di Jawa. Bapaknya adalah HM. Cholil Bisri, ulama yang cukup berpengaruh di NU. Bersahabat dekat dengan Gus Dur,
Yahya merupakan kakak kandung dari Yaqut Kholil Qaumas, mantan Menteri Agama yang saat ini tengah dibidik KPK dalam kasus korupsi. Dua kakak beradik ini sama -sama sarat kontroversi. Keduanya selalu mengandalkan NU untuk bisa menduduki jabatan politik di berbagai posisi. Mereka seolah menganggap NU paling hebat di Indonesia. Siapapun yang tidak sejalan dengan NU, akan mereka lawan.
Pada Pemilu Presiden 2024 lalu, Yahya jelas-jelas membawa NU bermain politik dengan berpihak kepada pasangan Prabowo-Gibran. Ulama NU yang tidak sejalan dengannya langsung dibuang dari kepengurusan.
Hasilnya, Yahya berhasil menempatkan Sekjen PBNU Syaifullah Yusuf sebagai Menteri Sosial. PBNU juga mendapatkan sejumlah proyek besar di tingkat nasional, termasuk konsesi tambang, pengelola makann bergizi gratis dan lainnya.
Selama di bawa kepemimpinan Yahya, NU seakan digiring untuk berperan sebagai kontraktor pengelola usaha.
Yang lebih parah lagi, Yahya juga sangat dekat dengan kelompok Pro Zionis Israel. Hal itu dapat dilihat dari kebijakan Yahya yang mengundang akademisi Pro Israel, Peter Berkowitz untuk berbicara di sejumlah forum NU, termasuk di Lembaga Akademi Kepemimpinan Nasional (AKN) NU.
Tidak cukup sampai di situ, Yahya kemudian mengundang Peter Berkowitz tampil berbicara di Universitas Indonesia. Yahya Cholil Staquf merupakan Ketua Majelis Wali Amanat UI. Tak heran ia juga punya pengaruh di kampus itu.
Fakta-fakta pro Israel ini yang membuat pengurus NU mulai keberatan dengan kepemimpinan Yahya. Oleh karena itu muncul gerakan untuk melengserkan orangtua ini dari kepengurusan NU.
Rais Aam NU yang dipimpin KH Miftachul Akhyar juga telah menghentikan program Akademi Kepemimpinan Nasional NU karena dinilai telah dirusak kepentingan zionis.
Di tengah dinamika nasional akhir-akhir ini, muncul desakan agar Yahya segera mundur dari jabatannya. Ia dituding telah berbuat macam-macam oleh sejumlah pihak di internal NU. Selama masa kepemimpinan Yahya, NU tidak lagi banyak bergerak di bidang agama, tapi bermain untuk kepentingan politik dan bisnis.
Tidak hanya dituding berteman dengan jaringan Zionis, Yahya juga kini dihadapkan pada isu pemakaian uang organisasi senilai Rp 900 miliar.
Melihat kekacauan itu, pengurus besar NU (PBNU) menerbitkan Isi Risalah Rapat Harian Syuriyah PBNU terkait dengan kehancuran organisasi di masa kepemimpinan Yahya. Ada tiga risalah yang mereka sampaikan yang merupakan kesalahan Yahya, yaitu:
- Pengundangan narasumber yang dikaitkan dengan jaringan Zionisme Internasional dalam kegiatan Akademi Kepemimpinan Nasional NU (AKN NU), yang dianggap tidak sejalan dengan nilai Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah serta bertentangan dengan Muqaddimah Qanun Asasi NU.
- Pelaksanaan AKN NU di tengah situasi genosida di Palestina dinilai memenuhi ketentuan Pasal 8 huruf a Peraturan Perkumpulan NU Nomor 13 Tahun 2025, yang mengatur pemberhentian tidak hormat bagi fungsionaris yang dianggap mencemarkan nama baik organisasi.
- Indikasi pelanggaran tata kelola keuangan di lingkungan PBNU yang dinilai dapat membahayakan eksistensi badan hukum organisasi, serta dianggap tidak sesuai dengan hukum syara’, peraturan perundang-undangan, dan ketentuan dalam AD/ART NU.
Berdasarkan ketiga poin tersebut, Rapat Harian Syuriyah kemudian menyerahkan keputusan final kepada Rais Aam dan dua Wakil Rais Aam. Hasil musyawarah memutuskan agar KH Yahya Cholil Staquf mundur dari jabatan Ketua Umum PBNU dalam waktu tiga hari sejak keputusan diterima.
Jika tidak mengundurkan diri dalam batas waktu tersebut, rapat menyatakan bahwa pencopotan dari jabatan Ketua Umum PBNU akan diberlakukan.
Tegaskan Tidak Akan Mundur
Menyikapi desakan tersebut, Yahya menegaskan dirinya tidak akan mundur. Ia mengaku sama sekali tidak pernah terbesit dalam pikiran untuk mundur dari Ketua Umum PBNU. Yahya bersikeras kalau ia mendapat mandat memimpin NU selama lima tahun, karena itu akan saya jalani selama 5 tahun, insyā Allāh saya sanggup.
“Terkait dengan edaran Risalah Harian Syuriah PBNU yang akan memundurkan Ketua Umum, maka saya tandaskan, menurut konstitusi AD/ART tidak berwenang untuk memberhentikan Ketua Umum," tulis Yahya di akun Instagram pribadinya.
Profil Yahya
Nama Lengkap Yahya Cholil Staquf, lahir pada 16 Februari 1966 di Rembang, Jawa Tengah.
Yahya berasal dari keluarga ulama besar dari kalangan NU, ayahnya KH. Muhammad Cholil Bisri adalah tokoh penting dalam sejarah Nahdlatul Ulama (NU) dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Yahya menempuh pendidikan di pesantren Raudlatut Thalibin dan Madrasah Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, serta kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada jurusan Sosiologi. Dalam karier organisasi, Yahya telah lama berkecimpung di NU, sebelumnya menjabat sebagai Katib A'am PBNU periode 2015-2020.
Pada Muktamar NU ke-34 tahun 2021 di Lampung, ia terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk masa khidmat 2022-2027. Adiknya Yaqut Kholil Qaumas yang kala itu menjabat Menteri Agama berperan untuk menaikkan abangnya duduk sebagai Ketua PBNU.
Dalam kepemimpinannya, ia menegaskan NU sebagai organisasi keagamaan yang fokus pada pendidikan dan penguatan kebangsaan, bukan organisasi politik. Nyatanya, semua itu bertolak belakang.
Selain kiprah di NU, Yahya pernah menjadi juru bicara Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Pada era Presiden Joko Widodo, ia diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Yahya juga aktif dalam dialog antaragama dan dikenal sebagai tokoh yang mendorong moderasi beragama di Indonesia.
Pada 13 Februari 2023, ia menerima gelar doktor honoris causa dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai pengakuan atas kontribusinya dalam perdamaian dan moderasi beragama. ***
