Dua purnawirawan Polisi dan TNI akan saling bersaing memperebutkan jabatan Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sumut yang digelar pertengahan April ini. Mereka adalah Kolonel (Purn) Hatunggal Siregar dan Kombes (Purn) Parluatan Siregar. Keduanya telah resmi mendaftarkan diri sebagai calon Ketua pada Jumat 11 April 2025.
Pendaftaran berlangsung di Kantor KONI Sumut, Jalan Wiliam Iskandar, Pancing, Medan, dengan diiringi rombongan besar yang merupakan pendukung masing-masing. Keduanya menyerahkan formulir pendaftaran secara terpisah.
Dari sisi kualitas, tentu saja keduanya sangat berbeda. Bagaikan langit dan bumi.
Parluatan Siregar adalah mantan atlit Sumut yang berprestasi di tingkat nasional dan internasional. Saat aktif sebagai atlit pada tahun 90-an. Parluatan berkali-kali mengukir prestasi membanggakan bangsa di cabang olahraga lari.
Ia cukup banyak menyabet medali di Seagames, ASEAN Games dan kejuaraan nasional. Parluatan adalah atlit Sumut yang sukses melanjutkan era keemasan Mardi Lestari.
Parluatan Siregar bisa dikatakan merupakan sosok atlit yang merintis karir dari desa tanpa ada unsur backingan. Saat aktif sebagai atlit, Parluatan Siregar setidaknya telah meraih 10 medali emas di tingkat ASEAN dan Asia, termasuk 2 medali emas SEA Games.
Salah satu prestasi fenomenalnya adalah sebagai pemegang rekor SEA Games di nomor 1500 meter yang bertahan selama 25 tahun serta rekor nasional 3000 meter steeplechase yang tidak terpecahkan selama 25 tahun. Rekor Pekan Olahraga Nasional (PON) yang diukirnya bahkan bertahan selama 33 tahun.
Tak heran jika di rumahnya banyak sekali medali, piala dan berbagai penghargaan yang pernah diraihnya. Berkat pretasi itu, Parluatan sempat diminta mengabdi sebagai pegawai Bank Sumut, namun ia memutuskan lebih memilih bergabung sebagai anggota kepolisian.
Berkat prestasinya di bidang olahraga, Polri mengaku sangat bangga dengan Parluatan sehingga ia mendapat kesempatan membangun karir lebih baik.
Parluatan merupakan lulusan Sespim Polri dan S2 di bidang Hukum Pidana. Leadershipnya sebagai pemegang satuan di kepolisian sangat memuaskan sehingga ia beberapa dipercaya memegang jabatan bergengsi, seperti Kapolres, Reserse dan sejumlah jabatan di Mabes Polri.
Parluatan mengakhiri tugas di kepolisian pada 2024 dengan pangkat terakhir Komisaris besar.
Di saat aktif sebagai polisi maupun setelah pensiun, Parluatan tidak pernah mengalihkan perhatiannnya dari dunia olahraga. Ia sangat memberi perhatian bagi prestasi anak-anak muda nasional di cabang olahraga lari.
Wajar jika sejumlah atlit Sumut berharap Parluatan bisa terpilih sebagai ketua KONI Sumut.
Atlit legenda, seperti Mardi Lestari, Hendrik Simangunsong, Iwan Karo-kari berharap KONI Sumut dapat dipimpin sosok yang paham olahraga, bukan sosok yang tiba-tiba muncul dalam dunia olahraga.
“Pokoknya janganlah KONI Sumut dipimpin orang yang mendadak peduli olahraga. Sebaiknya punya latar belakang yang kuat dalam dunia olahraga sehingga ia paham metode pembinaan atlit yang terbaik,” kata mantan atlet taekwondo Sumut, Bismar Sibuea.
Bismar tidak menyebut siapa sosok yang mendadak peduli olahraga itu. Namun beberapa pegiat olahraga menduga kalau ucapan itu mengarah kepada Hatunggal Siregar yang juga mencalonkan diri sebagai ketua KONI Sumut.
Hatunggal memang sangat berambisi untuk menduduki jabatan itu karena didukung keponakannya yang menjabat gubernur Sumut, Bobby Nasution.
kualitas akan dikesampingkan.Hal inilah yang dikuatirkan para pegiat olahraga di Sumut. Kalau saja Hatunggal yang terpilih hanya karena ia adalah paman gubernur, masa depan olahraga di Sumut akan suram. Apalagi Hatunggal tidak punya latar belakang yang jelas di bidang olahraga.
Ia baru aktif dalam kepengurusan cabang olahraga sejak Februari lalu, yakni sebagai ketua Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) Sumatera Utara periode 2024-2028.
Petanque merupakan salah satu cabang olahraga baru yang pada dasarnya belum banyak berkembang di Indonesia. Olahraga ini berasal dari Francis dan lebih banyak berkembang di Eropa.
Hatunggal tertarik menjadi pengurus FOPI karena sebagai batu loncatannya untuk bisa merebut jabatan ketua KONI Sumut.
Hatunggal sendiri merupakan alumni Fakultas Teknik Universitas Syiahkuala Angkatan 1982. Setelah lulus pada 1987, ia memutuskan bergabung sebagai perwira TNI dari jalur sarjana.
Sebagai perwira, Hatunggal lebih banyak menangani bidang administrasi hingga pensiun dengan pangkat Kolonel pada 2021.
Sebagai paman dari Bobby Nasution, Hatunggal kabarnya mendapat dukungan dari sejumlah Pengda Sumut untuk naik sebagai ketua KONI. Para pengurus KONI yang aktif sekarang juga banyak mendukung Hatunggal dengan perjanjian para pengurus aktif ini bisa terpilih lagi sebagai pengurus di KONI Sumut periode 2025-2030.
Berbeda dengan Parluatan Siregar yang lebih banyak mendapat dukungan dari para atlit. Parluatan Siregar tentu berharap adanya kesadaran para Pengda untuk melihat masa depan olahraga Sumut ke depan. Jika olahraga ingin maju, tentunya latar belakang dan pengalaman harus menjadi petokan.
Mungkin saja Parluatan tidak begitu banyak mendapat dukungan dari Pengda karena kalah dalam hal pengaruh kekuasaan. Hatunggal yang justru berada di atas angin untuk menang pada pemilihan itu.
Bagaimana pun juga , unsur politis tidak akan dapat dihindarkan pada pemilihan nanti. Sudah tentu kekuatan politis ini yang menjadi andalan Hatunggal untuk bisa merebut jabatan ketua KONI Sumut.
KONI adalah posisi yang menggiurkan, karena selain berperan penting dalam memajukan olahraga daerah dan nasional, juga ada anggaran besar yang dikelola organisasi itu.
Untuk anggaran 2024 misalnnya, KONI Sumut mendapat alokasi hingga Rp300 miliar.
Jadi bisa dipahami mengapa jabatan Ketua KONI Sumut hangat diperebutkan, Sampai-sampai ada yang mendadak peduli olahraga karena ingin mengelola anggaran itu. ***