Gara-gara Topan Ginting, KPK akan Buat Aturan bagi Tersangka Korupsi yang Tutup Wajah

Sebarkan:
Gaya Topan Ginting saat diseret KPK. Ia selalu menutup wajah untuk menghindar dari sorotan kamera

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berencana membuat aturan untuk tahanan akan atau sesudah diperiksa di gedung Merah Putih KPK, Kuningan Persada, Jakarta Selatan.

Hal ini disampaikan Juru Bicara KPK Budi Prasetyo menanggapi sejumlah tahanan yang kerap menutup wajahnya dari jepretan kamera pewarta dengan masker, topi, maupun map. Pembahasan sedang dilakukan tapi tak dirinci kapan selesainya.

"Terkait hal ini sedang kami bahas di internal untuk mekanisme tersebut," kata Budi kepada wartawan, Sabtu, 12 Juli.

Budi menyebut tahanan KPK selama ini bisa menutupi wajahnya karena tak ada larangan. "Belum ada ketentuan," tegasnya.

Kondisi ini membuat komisi antirasuah akan mengatur cara supaya tersangka tak bisa lagi menyembunyikan wajahnya. Sehingga, mereka bisa mendapat efek jera lebih maksimal.

Sejumlah tahanan komisi antirasuah diketahui kerap kali menutupi wajahnya. Salah satunya adalah eks Kadis PUPR Provinsi Sumatera Utara Topan Obaja Putra Ginting atau Topan Ginting.

Ketika itu, Topan terlihat menggunakan jaket yang ada penutup kepalanya. Dia juga memakai topi dan menutupi wajahnya dengan masker ketika akan masuk ke kantor komisi antirasuah untuk diperiksa.

Begitu juga saat keluar, wajahnya tak terlihat sedikit pun. Dia memilih bergegas dan hanya diam saat ditanya perihal kedekatannya dengan Gubernur Sumatera Utara yang juga menantu Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi), Bobby Nasution.

Adapun nama Topan dikaitkan dengan Bobby Nasution karena dia dilantik sebagai Kadis PUPR pada 24 Februari 2025 atau setelah politikus Partai Gerindra itu menjadi gubernur. 

Sudah menjadi rahasia umum kalau Topan adalah pejabat kesayangan Bobby. Malah ia disebut-sebut sebagai ATM bagi Bobby. Topan yang bertugas mengatur permainan dengan para kontraktor, makanya Bobby mempercayainya menangani proyek besar, baik itu sewaktu di Pemko Medan maupun saat di Pemprovsu.

Dengan kedekatan itu, sangat sulit dipercaya kalau kasus korupsi yang dilakukan Topan tidak terkait dengan Bobby. Semua manipulasi yang dilakukannya pasti atas restu Bobby.

Topan dan Bobby memang sudah menjalin kedekatan sejak di Pemko Medan. Semasa Bobby menjabat walikota Medan sejak Februari 2021, karir Topan terus menjulang karena Topan aktif mendukung kampanye Bobby.

Dari camat Medan Tuntungan, ia naik kelas menjadi Kepala Dinas PU atau Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga dan Bina Konstruksi Kota Medan. Kemudian melesat lagi sebagai Pelaksana tugas (Plt) Sekda Kota Medan ketika Bobby menjabat sebagai Wali Kota Medan.

Setelah Bobby terpilih sebagai Gubernur Sumut, Topan ditariknya pindah ke provinsi untuk menduduki jabatan Kepala Dinas PUPR Sumut. Di sinilah keduanya aktif bermain menangani proyek-proyek besar hingga akhirnya Topan tertangkap tangan saat menerima gratifikasi dari kontraktor.

Bobby tidak terlibat? Tentu saja sulit dipercaya kalau tidak terlibat. 

Tapi semua tahu, KPK saat ini berada di bawah kendali Kapolri. Ketua KPK dan ketua tim penyidik KPK adalah sama-sama titipan Polri.  Sedangkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo merupakan orang dekat Jokowi.  Bahkan bisa dikatakan Listyo merupakan Kapolri yang sampai sekarang di bawah kendali Jokowi.

Dengan situasi itu,  sangat mustahil Bobby akan diseret sebagai tersangka. Malah yang terjadi belakangan ini,  KPK turut mencari celah agar Bobby tidak terlibat kasus korupsi Topan Ginting.

Yang justru dipersoalkan KPK sekarang bukanlah keterlibatan Bobby, melainkan soal masker dan penutup muka yang dipakai Topan Ginting  untuk menghindar dari sorotan kamera. 

Aturan penutup muka ini yang akan dibenahi oleh KPK. Soal Bobby, mungkin akan mereka lupakannya sesuai perintah Kapolri.

"KPK akan menyusun pengaturan atau mekanismenya dan menjadi pedoman bagi seluruh pihak-pihak terkait khususnya tahanan yang dilakukan pemeriksaan," pungkas Budi. ***

 

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini