Sosok Silferster, si Penjilat Jokowi Alumni Kampus Ruko yang Membuat Dewan Kopral Sumut Marah

Sebarkan:




Mayjen (purn) Soenarko dan Silferster Matutina
Sosok Silferster Matutina menjadi perhatian public belakangan ini karena ia begitu lantang menghina dan melecehkan Mayjen (Purn) Soenarko, mantan Danjen Kopassus, hanya karena berbeda pendapat. Silferster memang dikenal sebagai salah seorang penjilat Jokowi. Tentu saja ia juga sangat menyintai Gibran. Tak heran ia mendapat posisi sebagai salah satu komisaris di BUMN.

Sementara Mayjen (Purn) Soenarko adalah salah seorang dari sekitar 200 kelompok purnawirawan yang aktif menyuarakan agar Gibran dimakzulkan dari jabatannya sebagai Wakil presiden. 

Selain telah melanggar aturan, Gibran dianggap sama sekali tidak punya kemampuan menjalankan tugas sebagai wakil presiden. Kemampuan komunikasinya sangat lemah, belum lagi rasa takutnya saat berhadapan dengan mahasiswa.

Sama seperti bapaknya Jokowi, Gibran juga terkenal dengan bualnya yang membuat masyarakat Indonesia tertipu telak. Salah satu bualnya yang sangat populer adalah  janji menyiapkan 19 juta lapangan kerja jika menang pada Pemilu 2024. Dan terbukti, janji itu sama sekali tidak bisa ia buktikan.

Namun bagaimana pun buruknya Gibran sebagai wakil presiden, para buzzer tetap berupaya melindunginya. Silferster Matutina termasuk salah satu buzzer bayaran itu. 

Tak heran jika Silferster aktif tampil di televisi dan medsos untuk menyerang siapapun  yang tidak senang dengan Gibran dan Jokowi. Di matanya, Gibran dan Jokowi tak ubahnya seperti malaikat.

“Keduanya adalah pemimpin yang sangat jujur, terbuka, sederhana dan tidak pernah berdusta kepada masyarakat. Mereka sama-sama pekerja keras untuk kemajuan bangsa ini,”  kata Silferster.

Dan kepada pihak yang tidak sependapat dengannya, Silferster siap melakukan serangan balik.  Salah satu yang diserang Silferster adalah Mayjen Soenarko. Ia malah mengancam akan mencukur kumis Soenarko kalau terus menunjukkan ketidaksukaan kepada Gibran.

“Kau pikir kami takut sama kau, hai Soenarko. Awas kucukur nanti kumismu itu,”  kata Silferster dalam video viral yang beredar di media social.

Selain melecehkan Soenarko, Silferster juga pernah menunjukkan sikap kasar kepada pengamat politik Rocky Gerung setelah kalah berdebat di televisi

Sosok Silferster

Silfester Matutina lahir di Ende Flores Nusa Tenggara Timur pada 19 Juni 1971. Dia dikenal sebagai relawan garda depan Presiden Joko Widodo. Sebagai pendukung Jokowi, ia kerap ditunjuk mewakili kelompoknya dalam berbagai diskusi dan wawancara, terutama yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah.

Silfester dikenal vokal melawan kritik yang dilontarkan kelompok oposisi kepada junjungannya. Pada Pilpres 2024 lalu, dia menjabat sebagai Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran. Melalui media social, ia juga aktif menyerang siapapun yang tidak sejalan dengan kebijakan Jokowi.

Sebelumnya Silferster adalah seorang pengacara yang kurang terkenal. Bisa dipahami sebab ia hanyalah seorang advokat alumni Universitas Wiraswasta Indonesia, Jakarta.  

Kampus itu awalnya berlokasi di kawasan pertokoan di sekitar Duri Pulo, Kecamatan Gambir Jakarta. Menariknya, kampus itu seakan tersembunyi dari public karena tanpa logo yang jelas. Ruang kuliahnya hanya berupa rumah toko sebanyak tiga unit.

Saat ini kampus itu tidak lagi ada sebab izinnya telah ditutup pemerintah karena ada banyak pelanggaran administrasi yang dilakukan pihak manajemen.

Silferster biasanya sangat tertutup untuk berbicara mengenai kampusnya ini. Ia selalu mengklaim bahwa ia adalah seorang sarjana hukum dan berpraktik sebagai pengacara. Soal clain, ia pun tidak pernah menyebutkannya.

Saat Pemilu Presiden 2014 lalu, Silferster mulai merapat dalam barisan Jokowi. Namun kala itu ia masih dianggap sebelah mata sehingga hanya berperan sebagai pion. Begitu juga saat Pemilu presiden 2018, perannya masih minim sehingga ia tidak banyak tampil di barisan depan.  

Setelah terjadinya perpecahan antara Jokowi dan PDIP, Silferter mulai muncul ke permukaan untuk menggeser pendukung Jokowi yang tidak sejalan dengan pimpinannya itu. Ia siap melakukan apa saja untuk membela Jokowi sehingga sejak itu, nama Silferster mulai terkenal.

Karena perannya itu ia kemudian mendapat jabatan sebagai Komisaris Independen ID Food/ PT. Rajawali Nusantara Indonesia (Persero), salah satu Badan Usaha Milik Negara. Dengan status komisaris itu, Silferster semakin aktif bergerak melindungi Gibran dan Jokowi. Ia rela membabi buta untuk melawan siapapun yang menentang juragannnya.

Menyerang Soenarko

Ketika melihat Mayjen (Punr) Soenarko begitu getol menyuarakan pemakzulan Gibran, Silferster aktif melakukan serangan balasan. Ia bahkan menghina mantan jenderal Kopassus Bintang dua itu.

Hal itu yang membuat Dewan  Kopral Sumatera Utara sangar marah. Sejumlah purnawirawan TNI yang bergabung dalam dewan Kopral itu balik mengecam Silferster. Mereka mengancam akan mencari Silferter kalau ia masih saja melontarkan penghinaan kepada Mayjen (purn) Soenarko.

“Sekali pimpinan, tetap pimpinan. Jangan kau menghina pimpinan kami hanya karena berbeda pendapat,” kata Herman, salah seorang anggota dewan Kopral Sumut. Sikap dewan Kopral itu tergambar dari video viral  yang beredar di media social belakangan ini.

Namun nampaknya Silferster tidak gentar. Kabarnya ia mendapat dukungan dari seorang jenderal purnawirawan senior yang juga terkenal sebagai pembela Jokowi. Purnawirawan itu juga masih punya jaringan dengan petinggi TNI yang merupakan anggota keluarganya.

Hal ini yang membuat perpecahan di tubuh purnawirawan semakin kental. Upaya kelompok para purnawirawan ini untuk membela Jokowi dan keluarga terus dilakukan. 

Di sisi lain, Gerakan purnawirawan pro demokrasi untuk memakzulkan Gibran terus berkumandang.

Silferster sudah tentu bergabung dalam barisan kelompok yang mendukung Jokowi itu sehingga ia sama sekali tidak takut menghadapi tekanan dari Soenarko dan pendukungnya. Situasi ini menunjukkan berapa persoalan politik di Indonesia sangat kacau.

Sebagian masih mengklaim bahwa Jokowi dan keluarganya adalah pemimpin yang hebat. Tapi kalau dilihat secara jelas,  petinggi yang membela Jokowi ini umumnya adalah kelompok yang selama ini diuntungkan dari keluarga Solo itu.

Sedangkan mereka yang pro demokrasi, tentu melihat dengan jelas betapa hancurnya negeri ini selama di bawah kepemimpinnan Jokowi. Sampai-sampai Indonesia pun tidak lagi memiliki ibukota negara. 

IKN yang disiapkan sebagai ibukota baru kini statusnya tidak jelas. Malah belakangan kota itu mendapat sorotan karena jadi sarang operasi para pekerja seks komersial. ***

 

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini