Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka menyinggung soal
pendekatan yang dilakukan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi dalam menangani
kenakalan remaja. Hal itu disampaikan Gibran saat menghadiri penutupan Muktamar
Persatuan Umat Islam (PUI) di Medan, Kamis (15/5/2025). Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka (tengah) saat menghadiri acara Muktamar Persatuan Umat Islam di Medan Kamis (15/5/2025). (
Sebaliknya, Gibran justru merespons pernyataan Gubernur Bobby Nasution yang sebelumnya mengeluh soal tingginya angka penyalahgunaan narkoba di provinsi Sumatera Utara yang disebut tertinggi se-Indonesia.
Gibran pun memberikan saran. Ia menyebut bahwa organisasi kemasyarakatan seperti PUI bisa diajak bekerja sama untuk mengatasi persoalan tersebut.
“Tadi Pak Gubernur mengeluh masalah narkoba, ini PUI bisa digandeng ini Pak Gubernur (Sumut),” ujar Gibran, dikutip dari kanal YouTube Wakil Presiden RI, Kamis malam. Tidak jelas bentuk kerjasama apa yang ia sarankan untuk dijalankan Bobby.’
Di mata Gibran, semua anak bandel dan pemakai narkoba di Sumut adalah muslim, sehingga mereka perlu diperkuat dengan pendidikan agama. Oleh karena itu Gibran menyarankan agar anak bandel di Sumut diikirim ke pesantren.
“Saya memuji Langkah Gubernur Sumut jika mau melakukan itu,”katanya.
Gibran kemudian menyinggung metode yang digunakan Dedi Mulyadi di Jawa Barat, yakni dengan mengirim pelajar nakal ke barak militer, dan membandingkannya dengan kemungkinan melibatkan pondok pesantren yang dinaungi PUI untuk rehabilitasi pengguna narkoba di Sumut.
“Mungkin ada gubernur yang, Gubernur Jawa Barat yang mengirim anak-anak bandel ke barak, tapi di Sumut ini sebaiknya bisa dikirim ke pondok-pondok pesantrennya PUI mungkin,” kata mantan Walikota Solo itu.
Lebih lanjut, Gibran menekankan pentingnya peran Sumatera Utara dalam pembangunan nasional. Menurutnya, dengan jumlah penduduk yang besar, Sumut memiliki posisi strategis untuk mendorong kemajuan Indonesia.
“Ini Sumut memiliki peran strategis untuk mendorong kemajuan bangsa,” ujarnya.
Sebelumnya, Bobby Nasution menyebutkan bahwa Sumut menghadapi tantangan serius dalam hal penyalahgunaan narkoba. Ia bahkan menyatakan bahwa provinsinya masih menduduki peringkat pertama di Indonesia dalam kasus tersebut selama beberapa tahun terakhir.
“Dalam beberapa tahun terakhir ini sampai dengan kalau enggak salah di tahun 2024 dan 2025 ini kami masih jadi pemenangnya, yaitu adalah kami masih menjadi provinsi nomor satu dengan penyalahgunaan narkoba di Indonesia, Pak Wapres,” kata Bobby.
“Ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami untuk mencapai Indonesia emas 2045, karena tentunya kami ingin Indonesia emas yang selalu kita kumandangkan, Sumatera Utara menjadi bagian penyumbang emas, Bapak Wapres,” tambahnya.
Gibran dan Bobby adalah saudara ipar karena istri Bobby, Kahiyang merupakan adik kandung dari Gibran. Kedua anak muda ini sama-sama terjun ke politik berkat dukungan dari orangtua mereka, Joko Widodo. Melalui jaringan kekuasaan, Jokowi mendorong anak dan menantunya ini duduk di Pemerintahan.
Padahal keduanya tidka punya latar belakang politik yang memadai. Bobby dn Gibran bahkan tidak pernah terjun ke partai politik sebelumnya. Setelah Jokowi berkuasa, barulah mereka bermain di politik. Lebih parah lagi Bobby, pada dasarnya ia kurang dikenal masyarakat Sumut jika tidak menikah dengan Gibran.
Cerdiknya, kedua anak muda ini cukup pintar dalam memanfaatkan pengaruh orangtua mereka, sehingga keduanya bisa memegang kekuasaan. Namun jika posisi Jokowi terus digoyang, bukan tidak mungkin masa depan politik keduanya akan terusik sebab basis massa mereka sangat lemah mengingat keduanya merupakan pemimpin yang tumbuh dari kekuasaan.
Gibran sendiri terus menjadi sorotan karena kemampuannya yang tidak memadai sebagai wakil presiden. Ia juga dituding sebagai anak haram konstitusi karena tampil sebagai kandidat wapres melalui manipulasi Undang-undang.***