Keduakalinya, Saudi Airlines Dapat Ancaman Bom, Mendarat Darurat di Kualanamu

Sebarkan:

Pesawat Saudi Airlines SVA5688 rute Muscat-Surabaya yang mengangkut jamaah haji kembali mendapat ancaman bom sehingga terpaksa mendarat darurat di Bandara Kualanamu. Ini adalah untuk kedua kalinya pesawat Saudi Ailines mendapat ancaman bom dan lagi-lagi mendarat di Deli Sedang
Pesawat Saudia SVA5688 rute Muscat-Surabaya mendapat ancaman bom dan mendarat darurat di Bandara Kualanamu, Sumatera Utara. Penumpang yang berjumlah 387 orang terpaksa dievakuasi selama pesawat menjalani pemeriksaan. Sejauh ini semua penumpang dalam keadaan selamat.

"Dilaporkan jumlah penumpang yg dievakuasi ke ruang isolasi atau ruang tunggu Bandara Internasional KNIA 387 orang, semua dalam kondisi selamat, ujar Kepala Kantor SAR Medan Heri Marantika saat dikonfirmasi, Sabtu (21/6/2025).

Heri menyebut bahwa saat ini proses evakuasi sedang ditangani TNI dan Polri. Dia belum bisa merinci ancaman bom itu datang dari mana.

"Sedang dilakukan pengecekan oleh tim dari TNI/Polri," ujarnya.

Sebelumnya, pesawat Saudia ini kembali dilaporkan mendapatkan ancaman bom. Proses evakuasi masih berlangsung. "Dilaporkan untuk personil Basarnas fokus pada evakuasi penumpang dari pesawat tersebut," ujar Heri.

"Evakuasi dilakukan mandiri, jadi personel kita mendampingi PKPPK Bandara KNIA (Kualanamu International Airport)," tambahnya.

Sebelumnya, maskapai Saudi Arabia yang sama juga sempat melakukan pendaratan darurat di Bandara Kualanamu pada Selasa (17/6/2025). Kasusnya sama, pendaratan darurat itu dilakukan usai adanya ancaman bom.

"Perihal ancaman bom pada pesawat Saudia Air SI-576 rute Jeddah-Jakarta, sehingga mendarat darurat di Bandara Kualanamu Medan," kata Kabid Humas Polda Sumut Kombes Ferry Walintukan, Selasa (17/6).

Polri Berkoordinasi dengan FBI

Berkaitan dengan maraknya ancaman bom kepada pesawat internasional ini memaksa Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) berkoordinasi intensif dengan Federal Bureau of Investigation (FBI) Amerika Serikat.

"Ya, kami tentunya bekerja sama dengan FBI," ujar Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (21/6/2025) dikutip dari Antara.

Kapolri menjelaskan bahwa kerjasama ini juga mencakup pembahasan mengenai penentuan wilayah hukum untuk penanganan kasus tersebut.

"Ini masuk wilayah hukum Indonesia, ataukah masih luar. Itu semuanya sedang kami lakukan pendalaman lebih lanjut," jelasnya, mengindikasikan kompleksitas investigasi lintas batas negara.

Sebelumnya, Juru Bicara Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri AKBP Mayndra Eka Wardhana telah menyampaikan hal senada.

"Dari e-mail, kami akan melihat apakah ada ancaman potensi dari dalam negeri, atau dari luar negeri," kata Mayndra kepada jurnalis di Jakarta, Rabu (18/6). Pendalaman ini dilakukan untuk mengetahui identitas pelaku yang diduga merupakan warga negara asing (WNA).

Densus 88 juga berkoordinasi erat dengan otoritas Arab Saudi terkait insiden ini, mengingat objek ancaman adalah aset negara tersebut, yakni Saudia Airlines. Pesawat dengan nomor registrasi HZ-AK32 tersebut dilaporkan menerima surat elektronik berisi ancaman akan diledakkan pada Selasa (17/6) pukul 07.30 WIB. Ancaman tersebut memicu alarm serius karena pesawat tersebut membawa sebanyak 442 jemaah haji.

Menanggapi ancaman serius ini, pilot pesawat Saudia Airlines SV-5276 segera mengambil keputusan kritis. Pesawat dialihkan dan melakukan pendaratan darurat di Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, pada pukul 10.44 WIB.

Langkah ini diambil demi keselamatan seluruh penumpang dan kru, menunjukkan respons cepat dan tepat dalam menghadapi situasi darurat.

Investigasi kolaboratif antara Polri, FBI, dan otoritas Arab Saudi diharapkan dapat segera mengungkap siapa dalang di balik ancaman bom ini dan motif di baliknya, serta memastikan keamanan penerbangan, khususnya bagi para jemaah haji. ***

 

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini