-->

Muryanto Kecewa Dipanggil KPK Jelang Pemilihan Rektor, Scenario Politik Bersama Bobby Terganggu

Sebarkan:

Rektor USU, Muryanto Amin
Rektor USU incumbent, Muryanto Amin benar-benar sangat kecewa dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pasalnya, keputusan KPK yang memanggilnya untuk menjalani pemeriksaan dalam kasus korupsi yang melibatkan Topan Ginting, mantan Kepala Dinas PUPR Sumut, bertepatan saat akan berlangsungnya pemilihan Rektor USU masa bakti 2025-2030.

Muryanto sendiri sangat terobsesi untuk terpilih kembali pada pemilihan itu. Ia berharap bisa duduk lagi sebagai rektor demi memuluskan rencana politik yang sudah ia rancang bersama Gubernur Sumut Bobby Nasution dan sejumlah tokoh pendukung keluarga Jokowi.

“Tapi pemanggilan KPK itu membuat rencana tersebut terganggu. Tentu saja Pak Rektor kecewa. Makanya ia mangkir pada pemanggilan pertama. Pemanggilan itu sangat mengganggu citranya yang ingin maju lagi sebagai rektor periode kedua,” kata sumber kajianberita.com di Biro Rektor USU.

Jika tidak ada pemeriksaan KPK itu, hampir bisa dipastikan Muryanto bakal mulus terpilih kembali sebagai rektor pada pemilihan yang dijadwalkan November mendatang. Betapa tidak, ia sudah merancang semuanya sejak awal sehingga para pemilik suara adalah orang-orang yang berpihak kepadanya.

“Semua sudah disiapkan  dengan baik sehingga hampir bisa dipastikan Muryanto akan dapat suara mayoritas. Bayangkan, dia sudah menyusun 112 anggota senat dan 18 anggota Majelis wali Amanat yang kesemuanya orang-orang yang berpihak kepadanya. Mereka inilah yang memiliki hak suara pada pemilihan nanti. Sulitlah bagi kandidat lain untuk menang,” kata sumber itu.

Muryanto tidak bermain sendiri untuk menyiapkan semua perangkat itu. Ada tim kerjanya yang bertugas mendekati semua tokoh tersebut. Bukan tidak mungkin ia juga bermain money politic untuk mengatur semuanya.

Sumber  money politic ini yang disebut-sebut berasal dari hasil korupsi proyek kontruksi APBD Sumut.

Di sinilah Bobby berperan membantu Muryanto sebab mereka ini telah bersepakat merancang gerakan politik lima tahun ke depan, baik itu untuk mendukung Bobby kembali terpilih sebagai gubernur maupun untuk mendukung Gibran maju sebagai presiden pada Pilpres 2029.

“Rencana itu sudah matang, sehingga hampir bisa dipastikan tidak akan ada kandidat yang bakal bisa mengalahkan Muryanto,” tambahnya.

Dua Tahap Pemilihan Rektor

Ada dua tahap yang harus dilalui dalam proses pemilihan rektor USU. Pertama adalah tahap pemilihan di tingkat senat akademisi di mana yang berhak memberikan suara adalah 112 anggota senat yang sudah terpilih. Setiap anggota senat memiliki satu hak suara.

Masalahnya, sebagai rektor incumbent, Muryanto adalah pejabat yang paling berwenang menentukan anggota senat ini. Makanya pada pemilihan senat April lalu, dari 112 anggota senat akademi yang terpilih, sebagian besar adalah orang-orang yang berpihak kepadanya. Kalau saja sekarang ini dilakukan pemungutan suara untuk pemilihan rektor, minimal 100 anggota senat itu akan memberikan suara untuknya.

“Kalau dukungan modal sangat kuat, bagaimana lagi mengalahkannya. Jangan kira anggota senat itu orang-orang bersih yang tidak tergoda money politic dan jabatan akademik,” tambah  sumber itu.

Dengan dukungan suara mayoritas itu, Muryanto bahkan bisa merekayasa sistem pemilihan. Dia bisa saja memunculkan dua kandidat bayangan, karena pada pemilihan di tingkat senat harus terpilih kandidat tiga besar. 

Selanjutnya tiga kandidat ini akan dipilih lagi  oleh 18 anggota Majelis Wali Amanat (MWA) ditambah tiga suara  ex officio, yakni Menteri Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Mendikti Riset), Gubernur Sumut, dan Rektor. Dengan demikian total ada 21 orang yang berhak memberikan suara di tingkat MWA. 

Menurut aturan, Mendikti Ristek memiliki hak 35 persen suara. Dengan demikian 65 persen suara lagi ada di tangan 20 anggota MWA lainnya. Pemilihan di tingkat MWA akan berlangsung di Jakarta.

Kalau saja Muryanto sudah masuk dalam tiga besar kandidat rektor terpilih di tingkat senat, maka di tingkat MWA, hampir bisa dipastikan ia tidak akan bisa dikalahkan. Tahu kenapa, sebab Muryanto sejak awal juga telah mengatur sehingga para anggota MWA USU yang menjabat 2025-2030 adalah orang-orang yang berpihak kepadanya.

Lihat saja, Ketua MWA USU adalah Jenderal Pol (Purn) Agus Andrianto yang saat ini menjabat sebagai Menteri Imigrasi dan Lembaga Pemasyarakatan RI.  Bukan rahasia lagi,  Agus adalah bagian dari koalisi yang mendukung Bobby Nasution pada Pilkada Medan 2020 dan Pilkada Gubernur 2024. Ia selalu bekerjasama dengan Muryanto untuk memastikan Bobby menang pada dua Pilkada itu.  

Lagipula, naiknya Agus sebagai Ketua MWA USU adalah bagian dari scenario yang sudah dirancang oleh Muryanto dan Bobby Nasution.

Suara Agus, suara Bobby Nasution, apalagi suara Muryanto sendiri sebagai rektor incumbent pasti akan diarahkan mendukung Muryanto. Begitu juga dengan 18 anggota MWA lainnya, semua adalah orang-orang Muryanto Amin. Suara mereka tidak akan lari ke kandidat lain.

Anggap saja Mendikti Ristek tidak berpihak kepadanya, tapi minimal 60 persen suara lainnya sudah menjadi milik Muryanto. Maka itu  sudah pasti dua kandidat lainnya bakal tersungkur. Muryanto akan berjaya lagi sebagai rektor..!

"Bisa dikatakan, Muryanto adalah kandidat yang tidak mungkin terkalahkan. Modalnya kuat, pendukungnya orang-orang besar, semua suara bisa dikendalikannya. Apalagi kalau money politic bermain, sudah selesailah pemilihan itu," kata sumber Kajianberita.com.

Namun panggilan KPK yang mengindikasikan Muryanto Amin turut berperan dalam  korupsi sejumlah proyek kontruksi di Sumut tampaknya mengusik semua scenario itu. Muryanto yang tadinya dianggap sebagai akademisi murni, kita semakin tercela akibat gerakan politik yang dibangunnya.

Sebanyak 112 anggota senat akademik USU harusnya sadar  bahwa suara mereka sangat menentukan masa depan kampus ini. Kalau suara itu dijual untuk memilih rektor yang bermain di lingkup kekuasaan, bisa dipastikan USU tidak akan berkembang sebagai salah satu kampus yang maju dan berkualitas.

Para anggota MWA juga harus melihat realita yang ada. Jika mereka peduli dengan USU, harusnya sadar bahwa situasi USU sudah sangat memprihatinkan karena martabatnya telah dijual untuk kepentingan penguasa. Bahkan hasil penelitian para akademisinya tergolong kurang dipercaya sehingga banyak ditolak sejumlah  jurnal.

Semestinya USU kembali ke khittah. Pemilihan rektor harus murni berlandaskan visi misi untuk meningkatkan kualitas ke depan. Maka itu, selayaknya rektor yang dipilih benar-benar menguasai bidang akademik dan berpikir independen. Bukan orang yang terlibat sebagai penjilat penguasa. 

Para pemegang suara harusnya mau membangun USU dengan memilih rektor yang berpikir untuk kemajuan pendidikan bukan untuk kekuasaan. ****

Tahapan Pemilihan Rektor USU (diperkirakan pada November- Desember 2025)

Tahap pertama:

Pemungutan suara oleh 112 anggota senat  (internal kampus) untuk memilih tiga besar kandidat Rektor.

Tahap Kedua :

  • Kandidat tiga besar dipilih di Jakarta oleh Majelis Wali Amanat, dengan rincian:
  • Tiga anggota ex officio: yakni Mendikti Ristek, Gubernur Sumut, Rektor Incumbent
  • Sebanyak  8 anggota MWA dari Internal USU
  • Sebanyak 10 anggota MWA dari tokoh Masyarakat

Dalam pemilihan senat ini, suara Mendikti Ristek bernilai 35 persen. Sisanya 65 persen dari 20 pemilik suara lainnya. Peraih suara terbanyak adalah  rektor terpilih.

Berikut ini daftar 10 anggota MWA USU dari unsur tokoh Masyarakat:

  1. Jenderal Pol. (Purn) Agus Andrianto - (Menteri Imigrasi dan Lembaga Pemasyarakan /Mantan Wakapolri 2023-2024) sekaligus ketua MWA USU.
  2. Aminuddin Ma’ruf (Wakil Menteri BUMN/Mantan Stafsus Presiden dari kalangan milenial era Presiden Joko Widodo)
  3. Abdul Haris (Deputi bidang Koordinasi Pemberdayaan Desa, Desa Tertinggal dan Desa Tertentu pada Kementrian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat/Guru Besar tetap FMIPA UI/Dirjen Dikti Ristek 15 Maret 2024)
  4. Andrew Bingei P Siboro (Company Sumatera Tobacco Trading Company Business Manufactur/Direktur PT Tras Indo Utama)
  5. Fadhullah (Ketua Yayasan Perguruan Al Amjad/Gekrafs Sumut 2021-2024)
  6. Harmen Saputra (CEO PT JACKLEO/tokoh HIPMI)
  7. Irjen Pol Mahmud Nazly Harahap (Salah satu unsur pimpinan Badan Intelijen Negara )
  8. Mohammad Abdul Ghani (Dirut PTPN III)
  9. Musa Idi shah alias Dodi Shah (pengusaha yang merupakan adik Musa Rajeckshah alias Ijeck).
  10. Nixon Lambok P. Napitupulu (Dirut BTN)

 

 

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini