![]() |
Muryanto Amin, Rektor USU, terus menjauh dari kejaran awak pers sejak dipanggil KPK |
Pemberitaan tentang keterlibatan Rektor USU, Muryanto Amin dalam kasus korupsi proyek jalan di Sumut terus mendapat sorotan nasional. Muryanto sepertinya cukup shock dengan situasi itu, apalagi kasus itu terbongkar menjelang pemilihan rektor USU. Akibatnya ia terus berusaha menjauh dari wartawan yang berkali-kali meminta keterangannya.
Tentu saja ada banyak informasi menarik yang akan digali wartawan dari Muryanto. Misalnya, soal sikapnya yang mangkir dari panggilan KPK, soal hubungannya yang sangat erat dengan Bobby Nasution dan Topan Ginting, eks Kepala Dinas PUPR Sumut yang sudah mendekam dalam tahanan KPK.
Yang lebih penting adalah soal konspirasi Muryanto dengan Bobby Nasution, Jenderal Purn Agus Andrianto (Menteri Imigrasi dan Lembaga Pemasyarakatan) dan Luhut Binsar Pandjaitan dalam menyongsong Pemilu 2029. Konspirasi itu terkait dengan langkah mendukung kembali Bobby Nasution terpilih sebagai gubernur, dan majunya Gibran pada Pilpres 2029.
Ada pula rencana konspirasi kelompok itu untuk tetap mendukung Muryanto kembali terpilih sebagai rektor USU masa bakti 2026-2031. Untuk menjalankan semua rencana itu, Muryanto pun diduga telah menerima aliran dana dari kelompok Bobby dan Topan Ginting. Dana itu berasal dari hasil korupsi proyek jalan.
Itu sebabnya ia dipanggil sebagai saksi untuk ditanyai seputar kasus tersebut.
“Kita memang sudah menemukan fakta bahwa Muryanto berada dalam satu cyrcle dengan Bobby Nasution dan Topan Ginting,” kata Brigjen Pol Asep Guntur Rahayu, Pelaksana tugas (plt) Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK.
Maka itu, KPK menganggap sangat penting untuk meminta keterangan Muryanto Amin dalam kasus korupsi tersebut.
“Kita akan segera melayangkan panggilan kedua dalam waktu dekat untuk Beliau,” tegas Asep Guntur Rahayu.
Semua informasi tersebut tentu membuat wartawan sangat penasaran untuk meminta konfirmasi dari Muryanto. Namun apa yang terjadi? Muryanto justru terus menjauh dari kejaran wartawan.
Saat wartawan mencegatnya untuk meminta keterangan, ia hanya bungkam seribu bahasa seraya berusaha menjauh. Ada pula yang berupaya meminta keterangan darinya melalui jaringan telepon atau WhatsApp, tapi sama sekali tidak pernah dibalas walau sudah dibaca.
Bahkan ada wartawan yang sengaja menongkrongin rumahnya di kampus USU untuk mencari kesempatan wawancara, tapi selalu saja ditolak.
Sejak tersangkut kasus korupsi dan terbongkarnya konspirasinya dengan Bobby Nasution, Muryanto seakan bisu saat berhadapan dengan kalangan pers.
Muryanto sendiri dikabarkan tetap bertekad akan kembali maju pada Pemilihan Rektor USU yang berlangsung September mendatang. Ia sangat yakin sekali akan menang, sebab merasa didukung oleh mayoritas kekuasaan yang memiliki hak suara.
Para pemilik suara itu-- baik dari kalangan Senat Akademik maupun dari Majelis Wali Amanat -- adalah orang-orang yang bisa dikendalikannya karena sudah diatur sejak awal. Apalagi Bobby Nasution sebagai gubernur juga punya suara untuk memilih.
Ada pula peran Agus Andrianto yang menjabat sebagai Ketua Majelis Wali Amanat USU yang terpilih pada Juni lalu. Tentu saja terpilihnya Agus Andrianto tidak lepas dari scenario yang dibangun Muryanto bersama Bobby Nasution.
Agus adalah mantan Wakapolri yang juga lama bertugas sebagai perwira polisi di Sumut. Agus disebut-sebut sangat berperan mengendalikan ‘Partai Coklat’ untuk mendukung suksesnya Bobby pada Pilkada Medan 2020 dan Pilkada Gubernur 2024. Ia merupakan loyalis Joko Widodo. ***