![]() |
Ahmad Sahroni dan Ijazah yang bertuliskan nama ayahnya adalah Hendra Silalahi |
Ada satu hal yang sangat mengejutkan terkait Ahmad Sahroni, anggota DPR RI yang rumahnya dijarah para pengunjukrasa pada Sabtu 31 Agustus lalu. Dari sekian banyak barang yang dijarah dari rumahnya, ada satu yang cukup unik, yakni ijazah SMP- nya.
Bukan, bukan karena nilai ijazah yang pas-pasan, tapi karena di ijazah itu tertulis kalau Ahmad Sahroni adalah adalah dari Hendra Silalahi. Artinya, Ahmad Sarhroni adalah orang batak bermarga Silalahi.
Semua orang tentu cukup terkejut dengan kabar ini. Selama ini Ahmad Sahroni dikenal sebagai warga Tanjung Priuk sehingga orang-orang menganggap dia adalah warga betawi atau orang Jawa. Bahkan ada pula yang mengatakan ia berasal dari Minang.
Sahroni sendiri tidak pernah mengungkap asal usul keluarganya kepada public sehingga orang tidak tahu kalau dia bermarga batak.
Seorang influenser wanita asal Sumut termasuk yang sangat kaget dengan informasi ini.
"Hah, ternyata bermarga Silalahi rupanya kau, woi. Amang Tahe, dia itu Silalahi dari mana? Ketua Punguan -- Perkumpulan -- Silalahi mana dia woi?", begitulah pertanyaan si wanita yang terkejut dengan fakta Ahmad Sahroni.
Sampai sekarang belum ada jawaban Ahmad Sahroni mengenai asal usulnya ini. Tapi informasi dari ijazah itu membuktikan kalau ia pastilah orang batak. Sayangnya, ia sama sekali tidak pernah menggunakan marga itu pada namanya.
Tempat lahirnya pun tidak jelas. Ada yang mengatakan ia lahir di Belawan, Medan, tapi informasi lain menyebutkan kalau Sahroni lahir di Tanjung Priok, pada 8 Agustus 1977. Sebelum ditemukan ijazah tersebut, sama sekali tidak pernah beredar informasi soal ayah Sahroni. Dalam website resmi Partai Nasdem hanya disebutkan nama Ibu Sahroni, yaitu Hernawaty.
Beredar kabar kalau Hernawaty memiliki darah minang. Tapi tidak ada kabar bagaimana hubungan Hernawaty dengan suaminya Hendra Silalahi. Website Nasdem hanya menyebut bahwa Sahroni sejak kecil tinggal bersama ibu dan neneknya yang berjualan nasi padang di kawasan Tanjung Priok.
Ada yang mengatakan kalau Sahroni memang tidak mengenal ayahnya karena sejak kecil sudah tidak bersua dengan ayahnya. Ia hanya tahu ibunya saja. Tapi ia masih ingat nama Ayahnya Hendra Silalahi dari cerita sang ibu.
Kehidupan masa kecil Sahroni memang sarat dengan perjuangan karena ia diasuh ibu dan neneknya. Hidup mereka sangatlah sederhana. Bahkan bisa dikatakan di bawah garis kemiskinan.
Ahmad Sahroni menyelesaikan pendidikan sekolahnya di SMA 114, Jakarta Utara. Selepas SMA, keterbatasan ekonomi membuat Sahroni harus bekerja serabutan dan tidak melanjutkan pendidikannya.
Sahroni mengawali karier profesionalnya sebagai supir perusahaan yang bergerak di bidang pengisian bahan bakar minyak. Berkat ketekunannya, ia dipercaya mengerjakan administrasi, pembayaran, serta tukang angkat selang pengisi bahan bakar kapal.
Seiring dengan jabatannya yang terus meningkat, Sahroni semakin menguasai seluk-beluk bisnis tersebut. Dengan jabatan terakhir Direktur, Ahmad Sahroni kemudian keluar dan mendirikan perusahaan transportasinya sendiri.
Pada 2004 adalah awal perjuangan Ahmad Sahroni dalam menghadapi berbagai kesulitan usahanya. Setelah jatuh bangun dalam bisnis, Sahroni memutuskan mengembangkan perusahaan di bawah bendera PT Ekasamudera Lima dan PT Ruwanda Satya Abadi. Usaha itu bergerak di bidang operasional perkapalan tongkang pengangkut suplai BBM. Selain itu, Sahroni juga pemilik usaha properti di sejumlah wilayah.
Sesuai perkembangan zaman, usahanya semakin maju sehingga ia pun dikenal sebagai crazy rich Tanjung Priok. Beranjak dari profesi pengusaha, ia lantas terjun ke politik bergabung di Partai Nasdem. Ia dipercaya sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) dan Bendahara Partai Nasdem DKI Jakarta.
Ahmad Sahroni kemudian mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI yang diusung oleh Partai Nasdem. Setelah berhasil terpilih, Sahroni lalu menjabat sebagai anggota DPR RI dua periode, yaitu tahun 2019 - 2024 dan 2024 - 2029. Terakhir ia menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI.
Keputusan Sahroni yang tidak mau menggunakan marga batak pada namanya sebenarnya merupakan fenomena yang banyak dilakukan oleh orang-orang batak diperantauan. Mereka enggan menggunakan marga agar tidak memunculkan stigma di lingkup bergaulan yang mayoritas bukan orang batak. Dengan tidak membubuhkan marga, mereka merasa lebih luwes dalam bergaul karena tidak ada gap etnis.
Hal seperti ini memang sangat disayangkan karena tidak sejalan semangat melestarikan budaya. Tapi secara politis, mungkin saja ini cukup menguntungkan bagi Sahroni sehingga ia bisa saja mengklaim sebagai asli anak Tanjung Priok sehingga lebih mudah mendapatkan dukungan dari konsetuen.
Namun kini semua telah terungkap, bahwa ia adalah anak batak. Selagi ia mengaku bahwa ayahnya adalah Hendra Silalahi, maka darah batak tetap akan melekat pada dirinya. Sayangnya, semua itu baru terungkap setelah isi rumahnya dijarah massa. Tapi paling tidak penjarahan itu telah membuka tabir asal usul Sahroni yang sebenarnya. ***