![]() |
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Prof Brian Yuliarto |
Proses pengusutan itu akan dilakukan melalui jaringan internal USU, terutama sejumlah dosen senior dan pimpinan kampus. Pihak Irjen juga sudah menyiapkan sejumlah permintaan yang harus dipenuhi manajemen USU terkait data dan bukti yang dibutuhkan.
Permintaan itu sudah diajukan ke pihak USU sejak pekan lalu. Irjen Kemendiktisaintek berharap bisa mendapatkannya secara lengkap pekan ini.
Bukti yang diminta tidak hanya terkait dengan masalah proses pemilihan senat dan pembentukan Majelis Wali Amanat, tapi juga soal asset-asset USU saat ini.
Bahkan proyek yang merupakan kerjasama antara USU dan Pemerintah Kota Medan semasa Walikota Bobby Nasution juga akan diusut, seperti proyek pembangunan kolam retensi yang ternyata tidak bisa berfungsi mengatasi masalah banjir. Begitu juga dengan proyek pembangunan Plaza UMKM Square yang menelan dana lebih dari Rp100 miliar.
Pihak Irjen Kemendiktisaintek juga meminta pihak rektorat menunjukkan hasil laporan audit BPK terkait kutipan uang kuliah, data tentang asset tanah dan perkebunan, serta data-data tentang kasus plagiarism yang pernah terjadi di kampus itu.
Melihat daftar permintaan itu, terlihat sekali kalau Irjen Kemendiktisaintek berupaya keras untuk mengusut berbagai manipulasi yang terjadi di kampus itu selama masa kepemimpinan Rektor Muryanto Amin.
Tak terbantahkan lagi bahwa kepemimpinan Muryanto sempat mendapat sorotan Kemendiktisaintek karena selama lima tahun belakangan ini prestasi USU terus melorot. Sampai-sampai karya penelitian para akademisinya masuk dalam kategori red flag atau kurang dipercaya. Muryanto Amin sebagai rektor dianggap paling bertanggungjawab mengenai masalah ini.
Sosok Muryanto sendiri dikenal sebagai akademisi yang aktif dalam kegiatan politik. Di masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhyono (SBY), ia turut bermain sebagai salah satu pendukung sehingga ia bisa mendapatkan jabatan sebagai Komisaris PTPN V.
Begitu era SBY berkahir, ia cepat berpindah ke kubu Jokowi dan menjadi konsultan politik bagi Bobby Nasution pada Pilkada Medan 2020 dan Pilkada Gubernur 2024. Tak heran jika Muryanto diidentikkan sebagai akademisi yang sarat kepentingan politik.
Ia juga termasuk salah satu anggota Tim Transisi yang dibentuk Bobby Nasution untuk mengutak-atik APBD Sumut 2025.
Saat menjabat Konsultan politik bagi Bobby Nasution di masa Pilkada Medan dan Pilkada Sumut, Muryanto aktif menjalin kerjasama dengan Agus Andrianto, mantan Kapolda Sumut yang kala itu menjabat sebagai Kabareskrim Polri dan kemudian Wakapolri.
Kalau Muryanto bermain di lingkup strategi kampanye, Agus bermain dalam mengerahkan peran ‘Partai Coklat’. Kedua sosok ini memang seiring sejalan untuk meloloskan Bobby sebagai kepala daerah, mulai dari jabatan walikota hingga gubernur.
Tak heran jika setelah Muryanto diangkat sebagai rector, ia kemudian menunjuk Agus Andrianto sebagai Ketua Majelis Wali Amanat USU periode 2025-2030. Majelis Wali Amanat sangat berperan menentukan sosok rektor yang akan dipilih memimpin kampus lima tahun ke depan.
Dari kronologis ini bisa dipahami kalau Muryanto memang menempatkan orang-orang dekatnya sebagai anggota Majelis Wali Amanat agar bisa berkuasa lagi. Hal yang sama telah ia lakukan saat memilih anggota Senat Akademik USU. Semuanya harus orang yang berpihak kepadanya.
Seperti dalam susunan kabinet pemerintahan, kalau sudah menguasai Senat Akademik dan Majelis Wali Amanat, maka rektor akan bisa berkuasa secara penuh mengendalikan system kampus. Di sinilah berbagai manipulasi berpeluang terjadi sehingga potensi korupsi juga hadir.
Di sisi lain, dengan berkuasanya Muryanto Amin serta Agus Andrianto di kampus USU, sudah pasti kampus itu berada dalam genggaman kekuatan Pro Jokowi. Bisa dipastikan Muryanto, Agus Andrianto dan Bobby Nasution berada dalam satu circle yang siap bermain politik menjelang Pemilu 2029.
Bobby Nasution nanti akan disiapkan kembali menjabat Gubernur Sumut. Jika akhirnya Gibran maju sebagai calon presiden, maka USU akan menjadi think thank di wilayah Indonesia bagian barat. Semua strategi ini akan bisa dijalankan kalau Muryanto kembali terpilih sebagai Rektor periode 2026-2031.
Sudah tentu hal ini tidak sulit bagi Muryanto sebab sejak awal ia sudah menguasai semua system yang ada. Saat pemilihan di tingkat Senat Akademik, Muryanto sudah mengatur strategi agar tiga besar calon rektor semuanya adalah orang-orangnya.
Dan benar saja, tiga calon rektor yang terpilih pada pemilhan Tingkat pertama itu adalah dia sendiri selaku incumbent, serta Prof. Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan dan Prof. Dr. Isfenti Sadalia. Dua sosok yang terakhir ini adalah ‘boneka’ yang sudah pasti tunduk kepada Muryanto. Keduanya sengaja dimunculkan agar Muryanto tidak punya pesaing berarti saat pemilihan di tingkat Majelis Wali Amanat.
Prof. Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan dan Prof. Dr. Isfenti Sadalia dipastikan bakal kalah pada pemilihan terakhir itu. Dengan demikian Muryanto akan kembali menjabat sebagai rector lima tahun ke depan. Namun dua nama yang tersingkir ini tetap akan mendapat jabatan strategis di lingkup USU atas jasa mereka.
Tapi sayang, semua strategi ini sudah terbaca oleh Mendiktisaintek, Prof Brian Yuliarto. Apalagi sejak awal ia sudah mendapat banyak masukan dari berbagai pihak terkait manipulasi yang ada di kampus USU.
Makanya, ketiga Agus Andrianto selalu Ketua Majelis Wali Amanat mengundang Brian Yuliarto untuk hadir pada pemilihan tahap akhir guna menentukan satu nama rektor USU terpilih, Brian menolak tegas. Ia bahkan meminta pemilihan rektor USU ditunda dulu sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Agus Andrianto sendiri saat ini menjabat sebagai Menteri Imigrasi dan Lembaga Pemasyarakatan RI. Meski demikian, ia tidak bisa suka-suka menjadikan USU sebagai kampus untuk kepentingan politik. Dibanding Agus, tentu saja Brian lebih berkuasa dalam mengatur proses suksesi kepemimpinan di Perguruan Tinggi Negeri.
Agus hanyalah sosok yang diangkat sebagai Ketua Majelis Amanat USU hanya karena kedekatan dengan Muryanto dan Bobby Nasution, bukan karena prestasi sebagai akademisi. Lagi pula Agus bukanlah sosok yang banyak terlibat dalam dunia kampus. Selama ini ia banyak terlibat dalam intelijen Polri yang kebetulan lama bertugas di Sumut.
Langkah Brian yang menunda pemilihan Rektor USU merupakan upaya menyelamatkan kampus ini dari jajahan kepentingan politik serta untuk membersihkan USU dari kasus manipulasi yang ada. Maka itu ia langsung membentuk tim untuk mengusut persoalan yang ada di internal kampus.
Bukan hanya masalah kemelut pemilihan rektor saja yang diusut, tapi juga beberapa kasus pengaduan terkait manipulasi lainnya.
Selama sepekan ini, tim Irjen akan bekerja untuk memeriksa lebih dalam mengenai kampus USU. Tak heran jika Muryanto Amin juga semakin banyak mengalami tekanan setelah sebelumnya namanya terus dikait-kaitkan dengan kasus korupsi yang terjadi di Pemerintah Provinsi Sumut. ***