![]() |
Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution dan Wakil Gubernur Sumut Surya |
Usai prosesi pelantikan, Bobby dan seluruh Kepala Daerah lainnya akan mengikuti retreat dan pembekalan di Akademi Militer Magelang. Retreat dan pembekalan berlangsung selama delapan hari, mulai hari ini hingga 28 Februari 2025.
Dengan jadwal yang padat selama retret, Bobby dipastikan baru efektif menjalankan sistem Pemerintahan sejak awal Maret 2025. Selama memimpin lima tahun ke depan, Bobby dipastikan tidak akan bisa tampil bak ‘penguasa besar’ seperti halnya saat menjabat walikota Medan.
Ia tidak akan lagi bersikap arogan sebab statusnya kini benar-benar di bawah kendali partai pengusung, terutama Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto. Oleh karena itu, tentu saja Bobby sangat berharap hubungan Prabowo dengan mertuanya Jokowi akan selau akrab.
Bagaimana pun juga naiknya Bobby ke pentas politik adalahberkat dukungan mertuanya, Joko Widodo yang kala itu menjabat Presiden RI. Tanpa adanya status menantu, Bobby bukanlah sosok yang dikenal masyarakat. Ia bukan siapa-siapa. Warga Medan yang mengenalnya bisa dihitung dengan jari.
Makanya, di saat Jokowi masih berkuasa, posisi Bobby sebagai walikota Medan begitu sangat disegani. Hampir semua menteri berupaya dekat dengannya demi mengambil hati Jokowi. Ada banyak petinggi polisi dan militer yang terus mepet ke Bobby agar bisa mendapat posisi strategis.
Inipula yang menjadi alasan mengapa para pejabat negara dan jenderal polisi beramai-ramai mendukung Bobby pada dua Pilkada sebelumnya.
Tapi saat menjabat sebagai Gubernur Sumut mulai pekan ini, kekuatan politis Bobby pasti tidak lagi seperti dulu, sebab mertua yang diandalkannya di ranah politik, telah meninggalkan singgasana sejak Oktober 2024 lalu. Oleh sebab itu, gengsi Bobby sebagai pejabat daerah pasti tidak sekuat dulu lagi.
Kekuatan politik Bobby akan sangat bergantung dari dukungan Presiden Prabowo. Selagi ia bisa menarik hati Prabowo, semasa itupula posisi politiknya tetap kuat.
Sebagai mertua, tentu Jokowi akan senantiasa memberi perhatian bagi menantunya. Namun mengingat power Jokowi tidak seperti dulu lagi, dukungan itu tidak lagi berpengaruh besar. Sangat bergantung kepada hubungan Jokowi dan Prabowo.
Selagi hubungan keduanya masih cukup baik, semasa itupula posisi politik Bobby akan tetap kuat. Namun jika hubungan keduanya merenggang, nasib Bobby bisa terancam. Apalagi Bobby bukanlah sosok yang berpengaruh di partai.
Kabarnya Prabowo enggan menunjuk Bobby untuk menjabat sebagai Ketua DPD Gerindra Sumut. Prabowo disebut-sebut telah menyiapkan satu figur yang akan menempati posisi kosong itu. Sosok itu adalah pemimpin muda yang namanya masih dirahasiakan. Ia merupakan putra seorang purnawirawan jenderal TNI yang merupakan teman dekat Prabowo.
Situasi ini yang membuat posisi politis Bobby sebagai gubernur tidak lagi sehebat saat menjabat walikota Medan. Tidak ada lagi penjagaan dari Pasukan Pengawal Presiden ( Paspampres) kepadanya. Sebagai gubernur, Bobby hanya didampingi pengamanan dari tim Kodam Bukit Barisan dan Polda Sumut.
Sudah pasti Bobby pun tidak lagi tampak istimewa di mata para menteri maupun perwira TNI/Polri. Apalagi latar belakangnya sebagai politisi tidak terlalu kuat. Kekuatan arus bawah untuk Bobby juga sangat diragukan sebab ia bukanlah pemimpin yang merintis karir dari bawah. Bobby sosok pemimpin yang lahir dari rahim penguasa. Itu sebabnya Bobby tidak lagi bisa tampil lagi arogan sebagaimana saat mertuanya masih berkuasa.
Tersandera Korupsi
Selain tidak lagi memiliki mertua seorang presiden, Bobby pun sebenarnya dalam posisi yang terpojok mengingat sejumlah kasus korupsinya sudah tercatat di KPK.
Setidaknya ada tiga kasus yang berpotensi menjerat Bobby, yakni kasus korupsi penyelundupan nikel ke China yang merugikan negara hingga ratusan triliun, korupsi tambang di Maluku Utara yang kasusnya sudah dibongkar secara terang benderang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Ternate, dan kasus penyelewengan APBD Kota Medan.
Beberapa terpidana korupsi di kasus tambang itu sudah mendesak agar Bobby menjalani pemeriksaan di KPK. Salah satunya suara dari Abdul Gani Kasuba, mantan Gubernur Maluku Utara yang kini menjalani hidup dipenjara setelah divonis 8 tahun dalam kasus korupsi tambang.
Abdul Gani menyebut kalau Bobby semestinya diseret ke pengadilan karena berbagai permainan tambang yang ada di Maluku Utara melibatkan menantu Jokowi itu. Tidak hanya Bobby, istrinya Kahiyang Ayu juga terseret.
![]() |
Aksi demo pemuda menuntut penangkapan Bobby Nasution dalam berbagai kasus korupsi |
Lahan tambang milik Bobby dan Kahiyang itu lebih dikenal dengan sebutan ‘Blok Medan’.
“Tak ada seorang pun yang berani mengusik lahan Blok Medan itu, karena ada nama Bobby dan Kahiyang di sana,” kata Abdul Gani Kasuba.
Abdul Gani sendiri mengaku pernah datang ke Medan atas undangan Bobby dan istrinya. Abdul Gani yang kala itu datang bersama keluarganya, disambut meriah di rumah pribadi Bobby di Kawasan Setia Budi, Medan.
Bobby, menurut Abdul Gani, adalah sosok penting yang juga terlibat dalam kasus gratifikasi lahan tambang di Maluku Utara. Hanya saja, karena kala itu Jokowi masih berkuasa, tak sekalipun KPK berani mengutik Bobby.
Sudah menjadi rahasia umum kalau di masa Jokowi, KPK tunduk kepada penguasa. Seorang yang jelas-jelas terlibat korupsi, tetap tidak akan berani diusik KPK selagi sosok itu masih dekat dengan penguasa.
Adapun dalam kasus penyelundupan nikel ke China, Bobby disebut-sebut sebagai pemain utamanya bersama mantan Ketua Golkar, Airlangga Hartarto. Penyelundupan ini seharusnya menjadi perhatian KPK mengingat Pemerintah telah menegaskan kalau bahan mineral nikel tidak bisa dieksport ke luar negeri.
Nikel merupakan bahan utama pembuatan baterai listrik yang harganya cukup mahal di pasar internasional. Harga mahal ini yang membuat banyak penguasah yang secara diam-diam melakukan penyelundupan nikel ke China.
KPK sebenarnya sudah memiliki data lengkap soal keterlibatan Bobby dalam kasus penyelundupan itu. Tapi lagi-lagi KPK harus tebang pilih karena belum berani mengusik keluarga Solo.
Sampai kapan KPK akan diam terhadap kasus korupsi Bobby? Ini yang menjadi pertanyaan banyak pihak.
Selagi Bobby masih menjadi sosok berpengaruh di mata penguasa, tentu KPK akan tetap diam. Apalagi jika Jokowi masih memiliki hubungan yang sangat erat dengan Prabowo, sudah pasti tak akan pernah ada jeratan hukum yang berani menyentuh keluarga itu.
Namun situasi itu sebenarnya membuat posisi Bobby dalam keadaan tersandera. Catatan korupsinya mungkin tidak akan dihilangkan KPK. Tetap disimpan di dalam peti kaus . Sewaktu-waktu jika Bobby tidak lagi punya kekuatan politik yang kuat, apalagi tidak sejalan dengan penguasa, kasus itu bisa dibongkar.
Situasi politik Bobby ini bisa jadi merupakan karma bagi Jokowi, sebab selama memimpin negeri ini, Jokowi sangat terkenal dengan strategi ‘Politik Sandera’. Ia memiliki data lengkap tentang korupsi para pejabat negara. Manakala pejabat itu berseberangan dengannya, kasus korupsi itu akan dibongkar ulang.
Masih ingat kasus ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar? Ya, Muhaimin sebenarnya sempat bakal dijerat KPK dalam kasus korupsi sistem perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) luar negeri pada 2013. Korupsi itu terjadi saat ia menjabat Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Kala itu Muhaimin sempat beberapa kali menjalani pemeriksaan di KPK.
Namun di masa Jokowi, kasus itu dipendam karena PKB merupakan salah satu pendukung utama Jokowi saat mencalonkan diri sebagai presiden pada Pemilu 2014. Tidak hanya itu, Jokowi yang kemudian terpilih sebagai presiden kemudian memberi sejumlah kursi menteri kepada PBK. Sementara kasus korupsi Muhaimin dipendam di dalam peti es.
Selama 10 tahun Jokowi memimpin, kasus korupsi itu sama sekali tidak pernah diusik.
Barulah ketika Pemilu 2024, tiba-tiba saja PKB mengalihkan dukungan kepada Anis Baswedan sebagai calon presiden. Langkah itu berseberangan dengan Jokowi yang berpihak kepada Prabowo Subianto berpasangan dengan anaknya, Gibran Rakabuming.
Begitu melihat Muhaimin membelot, kebijakan politik sandera Jokowi langsung tampak bergerak. KPK dengan cepat memanggil Muhaimin untuk menjalani pemeriksaan dalam kasus yang telah terpendam selama 12 tahun itu.
Muhaimin yang kala itu sibuk berkampanye sebagai calon wakil presiden pendamping Anies, sempat harus bolak balik memenuhi panggilan KPK. Kalau saja terus berbeda jalan dengan Jokowi, bisa-bisa Muhaimin bakal terseret sebagai tersangka.
Beruntungnya, Muhaimin menunjukkan perubahan cepat dengan berbalik badan mendukung kebijakan Jokowi yang berpihak kepada Prabowo-Gibran. Alhasil, kasusnya yang sempat diusut oleh KPK, perlahan redup kembali. Bukan hanya itu, Muhaimin malah diberi jatah kursi Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat.
Kasus lainnya bisa kita lihat dari korupsi yang menjerat Hasto Kristiyanto, sekjen PDIP yang kini ditahan KPK. Kasus yang diusut itu merupakan peristiwa lama yang mencuat pada 2018.
Nama Hasto sebenarnya sudah berhembus kencang saat Harun Masiku ditetapkan sebagai buronan. Namun Jokowi yang kala itu masih berhubungan mesra dengan PDIP langsung bergerak cepat memberi perlindungan kepada Hasto. Apalagi Hasto kerap bolak balik ke istana untuk bertemu Jokowi.
Sekarang ini hubungan Jokowi dan PDIP sudah tidak seperti dulu lagi. Ada perang dingin di antara keduanya yang membuat kasus Hasto diungkap lagi. Akhirnya Hasto pun tidak bisa berbuat apa-apa saat ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di KPK.
Hasto dan Muhaimin adalah contoh sedikit pejabat negara yang masuk dalam perangkap sandera politik Jokowi. Ada banyak pejabat lainnya yang mengalami kasus serupa. KPK tinggal menunggu saat yang tepat untuk membongkarnya.
Dan kini giliran Bobby Nasution yang masuk dalam perangkap sandera politik itu. Kasus korupsinya sudah berkali-kali diadukan ke KPK, tapi KPK tidak berani menindaklanjuti pengaduan tersebut karena pengaruh kekuasaan. Tapi bukan berarti kasus itu dihilangkan.
Bisa jadi akan ada momen tertentu di mana kasus itu akan diungkap. Terutama jika Bobby menunjukkan sikap menentang kebijakan Prabowo. Atau manakala Prabowo sudah melepaskan diri dari pengaruh Jokowi. Jika ini yang terjadi, korupsi Bobby bisa jadi akan dibongkar.
Maka itu, jangan heran jika selama memimpin Sumut lima tahun ini, Bobby Nasution akan menjadi anak manis di mata Prabowo. Apapun kata Prabowo, pasti akan patuhinya.
Dan doa yang akan terus dilantunkan Bobby adalah agar hubungan Prabowo dan mertuanya tetap langgeng. Selagi Prabowo masih segan dengan Jokowi, selagi itu pula posisi Bobby akan kuat…!
“Hidup Jokowi…! Hidup Jokowi..!” inilah teriakan Prabowo yang membuat Bobby sumringah. ***
Ahmady